Landasan
Teori dan Kerangka Berpikir
2.
1 Landasaan Teori
Dalam landasan teori akan diuraikan
hakikat makna, hakikat ungkapan, bentuk ungkapan meliputi ungkapan bentuk kata,
ungkapan bentuk gabungan kata, ungkapan bentuk kalimat, dan makna ungkapan
meliputi ungkapan berasosiasi peristiwa,
tempat, warna, bunyi, lambang, penangkapan pancaindra, dan nama, serta feature Burung-burung di Bundaran HI.
2.1.1
Hakikat Makna
Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa
setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yakni
komponen signifiant “yang mengartikan”
yang berupa runtutan bunyi, dan komponen signifie
“yang diartikan” yang berupa konsep.
Para filsuf dan linguis menyatakan bahwa
terdapat tiga hal yang berkaitan dengan istilah makna. Ketiga hal itu meliputi
(i) menjelaskan makna kata secara alamiah, (ii) mendeskripsikan kalimat secara
alamiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi, pemakai bahasa khususnya masyarakat awam untuk mengetahui makan
suatu kata, mereka menggunakan kamus.Namun terkadang sulit menerapkan makna
dalam kamus. Disebabkan dalam satuan kalimat, makna sebuah kata mengalami
kekaburan atau ketidak jelasan makna.
Oleh karena itu, banyak pakar mengatakan
makna sebuah kata dapat ditentukan apabila kata itu sudah berada dalam konteks
kalimat. Para pakar juga menyatakan bahwa kalimat , baru dapat ditemukan
apabila kalimat itu berada di dalam konteks wacananya atau konteks situasinya.
2.1.2
Hakikat Ungkapan
Asal mula tercipta suatu ungkapan melalui
orang-orang yang mahir menggunakan bahasa dan oang-orang yang diangggap
bijaksana di suatu tempat. Akhirnya samapai saai ini ungkapan akan terus
berkembang, karena untuk memenuhi kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan
dan nilai estetik. Berdasarkan perkembangan, maka ungkapan dibedakan menjadi
ungkapan lama dan ungkapan baru.
Ungkapan lama masih dapat ditemukan dalam
komuikasi lisan dan tulisan. Ungkapan baru tercipta karena perkembangan bahasa
suatu daerah dan berasal dari terjemahan bahasa asing.
Pembicaraan mengenai ungkapan tidak lepas
dari peribahasa, karena keduanya merupakan kata-kata yang bermakna kiasan. Peribahasa merupakan kalimat atau bagian
kalimat yang susunannya tetap dan mempunyai makna kiasan. Kemudian yang
dimaksud dengan ungkapan adalah kata-kata yang mempunyai makna kiasan.
2.1.3
Bentuk Ungkapan
Bahasa terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Dalam
linguistik, bahasa terdiri dari tata cara (sistem) bawahan dan arti kata
(semantik) yaitu satuan-satuan kata secara leksikal dan tata bahasa yaitu
gramatikal.
Ungkapan adalah usaha penutur untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan
emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap paling tepat
dan paling kena. Seperti sebelumnya, idiom merupakan suatu ungkapan. Bentuk
ungkapan (idiom) yang terdiri dari satuan bahasa meliputi kata, frasa, dan
kalimat. Klausa tidak dapat digolongkan dalam bentuk ungkapan karena dalam
penerapannya saat berkomunikasi bentuk klausa akan menjadi kalimat.
2.1.3.1
Ungkapan Bentuk Kata
Bentuk ungkapan dapat terdiri dari kata,
baik itu kata dasar, kata berafiks ataupun kata ulang. Ungkapan dapat pula
mengalami afiksasi. Selain itu, bentuk ungkapan juga dapat berupa kata ulang.
Pembentukan kata dengan mengulang biasa disebut dengan reduplikasi.
Dengan demikian ungkapan bentuk kata
merupakan makna khusus atau kiasaan yang dibentuk dari konstruksi kata dasar,
afiksasi, ataupun reduplikasi.
2.1.3.2
Ungkapan Bentuk Gabungan
Pemakaian bahasa banyak yang menyatakan
bahwa frasa merupakan salah satu bentuk dari ungkapan. Namun jika kita
perhatikan lebih lanjut, ungkapan dan frase memiliki perbedaan. Menurut Ramlan, frasa ialah satuan
gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidakmelampaui batas fungsi
unsur klausa.
Ungkapan dapat terdiri dari gabungan kata
yang membentuk makna baru, berbeda dengan frasa yang masih yang masih mempunyai
makna dari salah satu unsur yang membentuknya, karena ungkapan adalah gabungan
kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan kata yang maknanya tidak sama
dengan gabungan makna anggota-angggotanya.
Gabungan kata dapat disebut dengan
komposisi. Kridalaksana mengatakan bahwa komposisi adalagh proses penggabungan
dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Uangkapan bentuk terdiri atas
kompositum dan kompositum berafiks.
2.1.3.3
Ungkapan Bentuk Kalimat
Menurut Djajasudarma, dkk menyatakan
bahwa peribahasa dapat pula dikatakan sebagai ungkapan atau kalimat-kalimat
ringkas, padat,yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup,
atau aturan tingkah laku.
Ungkapan tersebut merupakan bentuk dari
suatu budayayang menggambarkan kehidupan sekarang ini dan erat hubungannya
dengan lingkungan. Hal ini, karena ungkapan merupakan unsur bahasa yang
menggambarkan budaya suatu masyarakat bahasa pada zamannya, atau unsur-unsur
budaya yang memiliki nilai yang sebagian besar menjadi pedoman atau larangan
berbahaya aktivitas manusia berbudaya.
2.1.4
Makna Ungkapan
Berdasarkan penjelasan di atas, ungkapan
terdiri dari kata atau gabungan kata yang digunakan pembicara atau penulis
untuk menyatakan maksud secar tidak langsung. Ungkapan berhubungan dengan makna
lain, yaitu menggunakan hubungan di luar makna aslinya, walaupun ada juga yang
menyebutka sebagai satuan-satuan leksikal tersendiri yang maknanya juga
merupakan makna leksikal dari satuan tersebut.
2.1.4.1
Makna Asosiasi
Selamat Muljana (1964:25) dalam Peteda
mengatakan bahwa asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna dalam
lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna baru, yaitu
makna dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa.
Makna
asosiasi disamakan dengan perlambangan-perlambangan yang digunakan oleh
suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Pateda memaparkan
makna asosiasi dapat dihubungkan ke dalam bebrapa hal. Hal yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Asosiasi peristiwa
Makna asosiasi
dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa, tetapi yang dimaksud bukan
peristiwa sebenarnya melainkan maksud tertentu.
b. Asosiasi tempat
Makna asosiasi
dapat dihubungkan dengan tempat atau lokasi, tetapi yang dimaksud tempat atau
lokasi sebenarnya, melainkan untuk menyatakan maksud tertentu.
c. Asosiasi bunyi
Makna asosiasi
dapat dihubungkan dengan bunyi, adanya perubahan makna, yaitu bukan bunyi itu
sendiri, tetapi makna yang ada di lur
bunyi, atau dengan kata lain pesan yang ada di dalam bunyi.
d. Asosiasi warna
Makna asosiasi
dapat dihubungkan dengan warna, tetapi yang dimaksud bukan warna sebenarnya
melainkan untuk menyatakan maksud tertentu
e. Asosiasi lambang
Makna asosiasi dapat pula dihubungkan
dengan lambang-lambang tertentu.
2.1.4.2
Makna Asosiasi Berdasarkan Kemiripan dan Hubungan Kemaknaan
Metafora dan metonimia dapat memuat
ungkapan. Metafora adalah perbandingan langsung., sebuah benda dibandingkan
dengan benda lain yang mempunyai sifat sama dengan benda semula, sedangkan
metonimia adalah suatu nama yang berasosiasi dengan suatu bend, dipakai
mengggantikan benda yang dimaksud.
a. Asosiasi Penangkapan Pancaindra
Dalam asosiasi
kesamaan pancaindra dapat disebut dengan metafora. Struktur metafora yang utam
adalah topik yang dibicarakan, citra atau topik kedua, dan titik kemiripan atau
kesamaan. Hubungan antara topik atau citra dapat bersifat objektif dan emotif.
Berdasarkan pilihan citra yang dipakai oleh pemakai bahasa dan para penulis
berbagai bahasa, pilihan citra dikelompokan menjadi metafora bercitra
antropolorfik, metafora bercitra hewani, metafora bercitra abstrak ke konkret,
dan metafora bercitra sinestesia.
b. Asosiasi nama-nama
Asosiasi nama-nama
dapat disebut dengan metonimi atau hubungan kemaknaan. Metonimi merupakan
sebutan pengganti untuk sebuah objek atau perbuatan dengan atribut yang melekat
pada objek atau perbuatan yang bersangkutan. Metinimi dapat dikelompokan
menjado metinimi berelasi tempat, berelasi waktu, berelasi parsprototo (unsur
bagian untuk seluruhnya ), dan berelasi penemu atau pencipta.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa makna asosiasi adalah makna yang
terbentuk akibat adanya hubungan antara kata dengan fenomena dalam
penggunaannya. Fenomena terdiri atas peristiwa, tempat, warna, bunyi, dan
lambang, penangkapan pancaindra dan nama.
2.1.5
Feature Burung-burung di Bundaran HI
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta
dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut sebagai karangan
khas karena feature ditulis
berdasarkan sudut pandang penulis, tetapi berdasarkan fakta. Dalam penulisan feature terdapat keunggulan yang
terletak pada unsur kreativitas dalam penciptaannya, informasi isinya, serta
sifatnya menghibur. Bahkan terkadang dibubuhi dengan unsur sastra sehinggapesan
yang disampaikan dapat membangkitkan emosi dan dapat mempengaruhi pembacanya.
Pada zaman sekarang ini, ungkapan atau
idiom sudah sering digunakan dalam media, baik media tertulis ataupun
elektronik. Ungkapan sangat penting bagi perkembangan suatu media, yaitu untuk
menarik minat dan menggugah nurani pembaca dan pendengar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penggunaan ungkapan dalam feature
adalah salah satu cara yag digunakan penulis, untuk menarik perhatian pembaca
serta dapat memberikan bahasa-bahasa yang indah agar tidak membosankan.
Terbentuknya suatu ungkapan dalam penulisan feature berasal dari keinginan
penulis atau pengarang untuk menuangkan gagasan-gagasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar