Minggu, 05 Juni 2016

Ringkasan Skripsi Fitriyani Bab II : Bentuk dan Makna Ungkapan pada Kumpulan Feature Burung-burung di Bundaran HI Karya Sindunata Oleh : Naswati



Landasan Teori dan Kerangka Berpikir
2. 1 Landasaan Teori
Dalam landasan teori akan diuraikan hakikat makna, hakikat ungkapan, bentuk ungkapan meliputi ungkapan bentuk kata, ungkapan bentuk gabungan kata, ungkapan bentuk kalimat, dan makna ungkapan meliputi ungkapan berasosiasi  peristiwa, tempat, warna, bunyi, lambang, penangkapan pancaindra, dan nama, serta feature Burung-burung di Bundaran HI.
2.1.1 Hakikat Makna
Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yakni komponen signifiant “yang mengartikan” yang berupa runtutan bunyi, dan komponen signifie “yang diartikan” yang berupa konsep.
Para filsuf dan linguis menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang berkaitan dengan istilah makna. Ketiga hal itu meliputi (i) menjelaskan makna kata secara alamiah, (ii) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi, pemakai bahasa khususnya masyarakat awam untuk mengetahui makan suatu kata, mereka menggunakan kamus.Namun terkadang sulit menerapkan makna dalam kamus. Disebabkan dalam satuan kalimat, makna sebuah kata mengalami kekaburan atau ketidak jelasan makna.
Oleh karena itu, banyak pakar mengatakan makna sebuah kata dapat ditentukan apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimat. Para pakar juga menyatakan bahwa kalimat , baru dapat ditemukan apabila kalimat itu berada di dalam konteks wacananya  atau konteks situasinya.
2.1.2 Hakikat Ungkapan
Asal mula tercipta suatu ungkapan melalui orang-orang yang mahir menggunakan bahasa dan oang-orang yang diangggap bijaksana di suatu tempat. Akhirnya samapai saai ini ungkapan akan terus berkembang, karena untuk memenuhi kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan nilai estetik. Berdasarkan perkembangan, maka ungkapan dibedakan menjadi ungkapan lama dan ungkapan baru.
Ungkapan lama masih dapat ditemukan dalam komuikasi lisan dan tulisan. Ungkapan baru tercipta karena perkembangan bahasa suatu daerah dan berasal dari terjemahan bahasa asing.
Pembicaraan mengenai ungkapan tidak lepas dari peribahasa, karena keduanya merupakan kata-kata yang bermakna kiasan.  Peribahasa merupakan kalimat atau bagian kalimat yang susunannya tetap dan mempunyai makna kiasan. Kemudian yang dimaksud dengan ungkapan adalah kata-kata yang mempunyai makna kiasan.
2.1.3 Bentuk Ungkapan
Bahasa terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Dalam linguistik, bahasa terdiri dari tata cara (sistem) bawahan dan arti kata (semantik) yaitu satuan-satuan kata secara leksikal dan tata bahasa yaitu gramatikal.
Ungkapan adalah usaha penutur untuk menyampaikan  pikiran, perasaan, dan emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap paling tepat dan paling kena. Seperti sebelumnya, idiom merupakan suatu ungkapan. Bentuk ungkapan (idiom) yang terdiri dari satuan bahasa meliputi kata, frasa, dan kalimat. Klausa tidak dapat digolongkan dalam bentuk ungkapan karena dalam penerapannya saat berkomunikasi bentuk klausa akan menjadi kalimat.
2.1.3.1 Ungkapan Bentuk Kata
Bentuk ungkapan dapat terdiri dari kata, baik itu kata dasar, kata berafiks ataupun kata ulang. Ungkapan dapat pula mengalami afiksasi. Selain itu, bentuk ungkapan juga dapat berupa kata ulang. Pembentukan kata dengan mengulang biasa disebut dengan reduplikasi.
Dengan demikian ungkapan bentuk kata merupakan makna khusus atau kiasaan yang dibentuk dari konstruksi kata dasar, afiksasi, ataupun reduplikasi.
2.1.3.2 Ungkapan Bentuk Gabungan
Pemakaian bahasa banyak yang menyatakan bahwa frasa merupakan salah satu bentuk dari ungkapan. Namun jika kita perhatikan lebih lanjut, ungkapan dan frase memiliki  perbedaan. Menurut Ramlan, frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidakmelampaui batas fungsi unsur klausa.
Ungkapan dapat terdiri dari gabungan kata yang membentuk makna baru, berbeda dengan frasa yang masih yang masih mempunyai makna dari salah satu unsur yang membentuknya, karena ungkapan adalah gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-angggotanya.
Gabungan kata dapat disebut dengan komposisi. Kridalaksana mengatakan bahwa komposisi adalagh proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Uangkapan bentuk terdiri atas kompositum dan kompositum berafiks.
2.1.3.3 Ungkapan Bentuk Kalimat
Menurut Djajasudarma, dkk menyatakan bahwa peribahasa dapat pula dikatakan sebagai ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas, padat,yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku.
Ungkapan tersebut merupakan bentuk dari suatu budayayang menggambarkan kehidupan sekarang ini dan erat hubungannya dengan lingkungan. Hal ini, karena ungkapan merupakan unsur bahasa yang menggambarkan budaya suatu masyarakat bahasa pada zamannya, atau unsur-unsur budaya yang memiliki nilai yang sebagian besar menjadi pedoman atau larangan berbahaya aktivitas manusia berbudaya.
2.1.4 Makna Ungkapan
Berdasarkan penjelasan di atas, ungkapan terdiri dari kata atau gabungan kata yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksud secar tidak langsung. Ungkapan berhubungan dengan makna lain, yaitu menggunakan hubungan di luar makna aslinya, walaupun ada juga yang menyebutka sebagai satuan-satuan leksikal tersendiri yang maknanya juga merupakan makna leksikal dari satuan tersebut.
2.1.4.1 Makna Asosiasi
Selamat Muljana (1964:25) dalam Peteda mengatakan bahwa asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna baru, yaitu makna dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa.
Makna  asosiasi disamakan dengan perlambangan-perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Pateda memaparkan makna asosiasi dapat dihubungkan ke dalam bebrapa hal. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.      Asosiasi peristiwa
Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa, tetapi yang dimaksud bukan peristiwa sebenarnya melainkan maksud tertentu.
b.      Asosiasi tempat
Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan tempat atau lokasi, tetapi yang dimaksud tempat atau lokasi sebenarnya, melainkan untuk menyatakan maksud tertentu.
c.       Asosiasi bunyi
Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan bunyi, adanya perubahan makna, yaitu bukan bunyi itu sendiri,  tetapi makna yang ada di lur bunyi, atau dengan kata lain pesan yang ada di dalam bunyi.
d.      Asosiasi warna
Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan warna, tetapi yang dimaksud bukan warna sebenarnya melainkan untuk menyatakan maksud tertentu
e.      Asosiasi lambang
Makna asosiasi dapat pula dihubungkan dengan lambang-lambang tertentu.
2.1.4.2 Makna Asosiasi Berdasarkan Kemiripan dan Hubungan Kemaknaan
Metafora dan metonimia dapat memuat ungkapan. Metafora adalah perbandingan langsung., sebuah benda dibandingkan dengan benda lain yang mempunyai sifat sama dengan benda semula, sedangkan metonimia adalah suatu nama yang berasosiasi dengan suatu bend, dipakai mengggantikan benda yang dimaksud.
a.      Asosiasi Penangkapan Pancaindra
Dalam asosiasi kesamaan pancaindra dapat disebut dengan metafora. Struktur metafora yang utam adalah topik yang dibicarakan, citra atau topik kedua, dan titik kemiripan atau kesamaan. Hubungan antara topik atau citra dapat bersifat objektif dan emotif. Berdasarkan pilihan citra yang dipakai oleh pemakai bahasa dan para penulis berbagai bahasa, pilihan citra dikelompokan menjadi metafora bercitra antropolorfik, metafora bercitra hewani, metafora bercitra abstrak ke konkret, dan metafora bercitra sinestesia.
b.      Asosiasi nama-nama
Asosiasi nama-nama dapat disebut dengan metonimi atau hubungan kemaknaan. Metonimi merupakan sebutan pengganti untuk sebuah objek atau perbuatan dengan atribut yang melekat pada objek atau perbuatan yang bersangkutan. Metinimi dapat dikelompokan menjado metinimi berelasi tempat, berelasi waktu, berelasi parsprototo (unsur bagian untuk seluruhnya ), dan berelasi penemu atau pencipta.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa makna asosiasi adalah makna yang terbentuk akibat adanya hubungan antara kata dengan fenomena dalam penggunaannya. Fenomena terdiri atas peristiwa, tempat, warna, bunyi, dan lambang, penangkapan pancaindra dan nama.
2.1.5 Feature Burung-burung di Bundaran HI
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut sebagai karangan khas karena feature ditulis berdasarkan sudut pandang penulis, tetapi berdasarkan fakta. Dalam penulisan feature terdapat keunggulan yang terletak pada unsur kreativitas dalam penciptaannya, informasi isinya, serta sifatnya menghibur. Bahkan terkadang dibubuhi dengan unsur sastra sehinggapesan yang disampaikan dapat membangkitkan emosi dan dapat mempengaruhi pembacanya.
Pada zaman sekarang ini, ungkapan atau idiom sudah sering digunakan dalam media, baik media tertulis ataupun elektronik. Ungkapan sangat penting bagi perkembangan suatu media, yaitu untuk menarik minat dan menggugah nurani pembaca dan pendengar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan ungkapan dalam feature adalah salah satu cara yag digunakan penulis, untuk menarik perhatian pembaca serta dapat memberikan bahasa-bahasa yang indah agar tidak membosankan. Terbentuknya suatu ungkapan dalam penulisan feature berasal dari keinginan penulis atau pengarang untuk menuangkan gagasan-gagasannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar