Minggu, 05 Juni 2016

BINATANG SESUNGGUHNYA DALAM NOVEL LELAKI HARIMAU KARYA EKA KURNIAWAN Oleh Ummi Anisa




Judul   : Lelaki Harimau
Pengarang       : Eka Kurniawan
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit   : Agustus 2014
(sampul baru)
Harga  : Rp 45.000
Tebal   : 190 halaman
Ukuran            : 13.5 x 20 cm
Cover  : Softcover
ISBN   : 978-602-03-0749-7

Setelah mencapai sukses dengan novel Cantik itu Luka pada tahun 2002, Eka Kurniawan, seorang penulis dan komikus asal Indonesia yang lahir di Tasikmalaya pada 28 November 1975 kembali menyajikan sebuah karya fiksi beruapa novel yang lebih dari sekadar bacaan hiburan semata. Bagaimana tidak? inti permasalahan yang diangkat dalam novel Lelaki Harimau merupakan hal yang lazimnya pernah dirasakan oleh semua golongan masyarakat dan sangat sarat makna. Ya, dendam. Pada bagian belakang cover novel Lelaki Harimau, seorang pembaca pun mengatakan bahwa novel ini lebih licin dari novel Cantik Itu Luka.

Novel ini mengisahkan tentang seorang pemuda penggiring babi yang bernama Margio, yang sejak lama tengah memiliki dendam yang mengendap selama hidupnya kepada sang ayah, Komar Bin Sueb. Perilaku ayahnyalah yang kian waktu selalu menambah bobot dendam Margio. Margio yang tanpa sadar dirasuki oleh sosok Harimau yang diwarisi turun-temurun dari kakek dan leluhur sebelumnya. Harimau yang selalu berontak untuk membunuh ayah Margio ketika mengetahui si empunya tubuh memiliki dendam teramat besar pada ayah kandungnya sendiri.

Ketika membaca novel ini, sang penulis sukses membuat saya larut dalam penceritaannya yang sangat minim dengan dialog. Hal yang mengagumkan dalam novel ini adalah sisi penceritaan dengan alur campuran yang digunakan oleh Eka Kurniawan, kita akan dibuat menjelajahi seluruh rangkaian cerita dengan alur mundur dan maju yang berselang-seling namun tidak kentara  karena perpindahan bagian cerita yang dibuat sehalus mungkin. Paragraf demi paragraf selalu menghadirkan fakta-fakta yang menyambungkan kepada runut permasalahan yang menjadi pokok cerita tersebut, sampai akhirnya di halaman terakhir pembaca dapat mengetahui apa-apa faktor yang menjelaskan mengapa Margio tega membunuh Anwar Sadat dengan menggerogoti lehernya hingga nyaris putus. Bahasa yang dipaparkan dalam novel ini pun mudah dipahami namun ada beberapa kosakata berbahasa daerah yang tidak dijelaskan maknanya.

Dari keseluruhan novel tersebut, kemungkinan Margio tidak akan menghabisi nyawa Anwar Sadat jikalau semasa pacaran dulu Komar Bin Sueb menyempatkan diri untuk menulis dan mengirimi Nuraeni sepucuk surat. Yang karena hal tersebut, lantas membuat Nuraeni jengah dan rasa cintanya terhadap Komar Bin Sueb pun memudar; hilang tanpa bekas. Nuraeni secara terpaksa menikah dengan Komar Bin Sueb, membuatnya menjadi pribadi yang pendiam, kaku, dan suka berceloteh dengan panci dan peralatan dapur lainnya. Hal ini menjadikan Komar Bin Sueb selalu memukuli Nuraeni karena menganggapnya sinting namun tetap memaksa melayaninya ketika berahinya datang. Betapa hal tersebut membuat Nuraeni pilu kemudian ia berselingkuh dengan Anwar Sadat sehingga menghasilkan bayi bernama Marian yang hidupnya hanya bertahan selama 7 hari. Saat Margio mengetahui bahwa Marian adalah anak dari ibunya dan Anwar Sadat, lantas Margio meminta Anwar Sadat untuk menikahi ibunya. Dan kata-kata Anwar Sadatlah yang kemudian membangunkan Harimau di dalam diri Margio untuk membunuhnya. Kalimat terakhir yang ia ucapkan semasa hidupnya. Sesederhana itu. Asal mula masalah sepele yang akhirnya mengundang masalah besar.

Binatang sesungguhnya dalam novel Lelaki Harimau bukanlah sosok Harimau yang tengah bersemayam dalam tubuh Margio. Lebih dari itu, Eka Kurniawan ingin memaparkan sisi kebinatangan yang ada pada tokoh-tokoh di Lelaki Harimau. Sifat binatang yang tidak menggunakan akal sehat dalam bertindak, mengatasnamakan behari di atas segalanya, dan lain sebagainya. Seperti Komar Bin Sueb yang tanpa belas kasih selalu melayangkan serbuan tinju pada istrinya, Nuraeni. Juga tidak segan menumpahkan berahinya secara paksa. Pun sama halnya dengan Anwar Sadat, lelaki mata keranjang yang berhasil menyetubuhi Nuraeni sampai menghasilkan keturunan. Kemudian Margio sendiri yang atas nama dendam, ia membuat leher Anwar Sadat nyaris putus.

Bila ditilik dari sisi psikologis, keseluruhan tokoh seakan-akan mempunyai sifat yang sama. Mereka semua diam. Nuraeni yang diam atas perlakuan Komar Bin Sueb terhadapnya, Margio yang walau menyimpan dendam namun tetap diam dan manut saja kepada ayahnya. Mameh (adik Margio) yang hanya diam dan merasa serba salah atas semerawutnya keadaan dalam keluarga mereka. Anwar Sadat yang tak banyak omong namun lihai dalam mengambil hati wanita untuk memenuhi kepuasan berahinya. Agung Yudha (karib Margio) yang diam saja ketika Margio bercerita akan membunuh seseorang. Juga istri Anwar Sadat (Kasia) serta ketiga anaknya (Laila, Maesa Dewi, Maharani) yang diam saja dan terkesan acuh tak acuh walaupun mereka tahu bahwa suami dan ayah mereka adalah lelaki yang suka meniduri banyak perempuan.

Segala sesuatu yang setelah membaca Lelaki Harimau, tanpa sadar mengantarkan kita pada banyaknya pesan moral dalam novel ini. Tentang bagaimana seharusnya memanusiakan manusia, memberi jarak antara sifat manusia dengan binatang, dan lain sebagainya. Lantas bagaimana dengan sesuatu yang berwujud manusia namun berperilaku seperti binatang?

Lebih lanjut, penggunaan bahasa Indonesia yang terdapat pada novel ini sangatlah kaya dengan ungkapan, idiom, metafora, dan juga analogi. Di mana ragam bahasa tersebut tentunya dapat menambah kosakata bahasa si pembacanya. Namun, jika dilihat dari segi fisik, cover novel ini terlalu sederhana dengan warna yang cenderung mencolok. Juga penggunaan jenis kertas yang terlalu tipis serta font yang tidak terlalu besar. Ditambah dengan isi novel yang hanya sedikit sekali menayangkan dialog antar tokoh, yang pastinya akan sedikit menyusahkan pembaca ketika membacanya.

3 komentar:

  1. Resensi ini memiliki daya tarik yang mampu membuat pembaca penasaran. Gaya penceritaan Ummi Anisa begitu mendalam. Di awal kalimat dibuka dengan pengenalan penulis novel. Namun karya Eka Kurniawan yang lain hanya diberitahukan Cantik itu luka padahal dapat ditulis beberapa karyanya yang lain. Nilai buku belum diulas oleh peresensi.
    Naswati- 2 SIS

    BalasHapus
  2. Apa yang sudah ummi paparkan sudah sangat jelas dan rinci, namun akan lebih baik jika Ummi menarasikan deskripsi buku bukan membuat poin-poin seperti diatas. selain itu, ummi tidak menyebutkan keunggulan buku ini dalam artian nilai buku, sudahkah buku ini mendapat penghargaan atau hal lainnya. karena setahu saya novel Lelaki Harimau ini membawa Eka Kurniawan masuk nominasi The Man Booker Prize 2016 bersaing dengan Orhan Pamuk dan Han Kang yang notabene penulis luar negeri yang sudah lebih dulu diekanl daripada Eka.

    Ria T. R - 2 Si S

    BalasHapus
  3. Setelah membaca resensi yang dibuat oleh Ummi Anisa,sebagai pembaca saya merasa tertarik ingin mengulik buku tersebut. Artinya, Ummi telah berhasil mencuri daya pikat pembaca melalui resensi yang dibuatnya. Terlebih lagi, Ummi meresensi tepat berdasarkan teori Gorys Keraf. Namun,sayangnya saya masih menemukan pronomina 'saya' dalam resensi ini sehingga bagi saya resensi ini masih bersifat subjektif.

    BalasHapus