Minggu, 05 Juni 2016

Perjalanan Menjadi Pemimpin Cinta oleh Muhamad Rifqi



Buku ini berjudul pemimpin cinta karya Edi Sutarto. Buku terbitan Mizan Pustaka yang terbit di bulan februari 2015. Buku setebal 367 halaman ini membahas tentang, bagaimana cara me-manajemen sekolah yang baik,belajar bagaimana cara memimpin dengan cinta, inovasi dalam mendidik anak dan bagaimana kita membangun sinergitas yang baik antara guru dan orang otua. Di bab pertama dibuka dengan bab Bermula dari akar bab ini menjelaskan jika ingin membuat perubahan harus membuat pondasi yang kuat dalam hal ini Pak Edi Sutarto mengunakan istilah Akar di bab ini pak Edi membahas tentang bekerja untuk keabadian
Jadi di subbab ini pak Edi menceritakan tentang awal beliau menginjakan kaki di Attirah dari awal beliau diminta oleh pak JK untuk mengelola sekolah itu dari nol.
Di bab 1 ini juga beliau menceritakan pengalaman beliau dengan guru-guru hebat semasa sekolah.ada pak iskandar yang mengajarkan matematika sambil main catur. Ada pak Susanto yang mengajarkan bahasa Indonesia dengan gimmik gerak, Pak Suwarno yang memiliki wibawa yang kuat yang tidak pernah marah. Dan terakhir ada banyak filosofi perubahan.
Bab II membahas tentang bagaimana melakukan perencanaan perubahan mulai dari mempelajari karakteristik yang kita pimpin yaitu, orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini orang-orang yang ada disekitarnya dalam konteks ini guru, karyawan, Satpam, Pedagang. Dan juga pihak eksternal seperti akademisi dan lainnya.
Selain itu juga menyusun masterplan.
Nah dibab selanjutnya, ada menyentuh guru dan karyawan  ini membahas bagaimana cara memenejemen SDM dan menempatkan orang yang tepat memberi pemahaman kepada karyawan yang terlambat, lalu membangun sistem sesuai visi misinya menjadi sekolah islami yang berwawasan global. Lalu bagaimana cara menyeleksi pemimpin.
Yang menarik juga adalah lahirnya e-school yaitu sekolah berbasis teknologi.
yaitu Sistem informasi akademik online, Sms gateway,Finger Print
Bab Iv menyentuh siswa dibab ini Pak Edi Sutarto mencoba menjawab persoalan pendidikan kita.
Yaitu, buliyying di bab ini menjelaskan bagaimana cara mengatasi bully yang marak  beberapa tahun terakhir dengan cara memberikan sanksi tegas berupa skorsing dan sanksi dikeluarkan dari sekolah. Serta, tak lupa melakukan pembekalan karakter kepada siswanaya.
Dan juga dibab ini dibahas juga bagaimana Mos dikembalikan kepada konsep awalnya yaitu pengenalan lngkungan sekolah, bukan sebagai ajang kekerasan.
Di sini juga dibicarakan menanamkan keterampilan para siswa yaitu keterampilan berbahasa, menulis itu mudah dan karya ilmiah. Serta menumbuhkan rasa percaya diri
Kalau Bab V membahas hubungan orang tua dan lingkungan.

Di bab ini banyak menyinggung peran orang tua dan lingkungan dalam membentuk karakter anak disini banyak dibahas tentang bagaimana cara menciptakan waktu-waktu berkualitas bersama ayah lalu bagaimana, cara kita mengenalkan budaya lalu membuat lingkungan yang baik yang disebut “mendidik Anak sekampung’ berisi bagaimana cara menciptakan lingkungan yang baik serta cara memilih sekolah untuk anak.
Buku ini punya kelebihan yaitu pembahasan yang rinci manajemen sekolah,  membangun sistem, dan juga mendidik dengan cinta dilengkapi juga dengan kutipan puisi dari sastrawan  ternama seperti puisi Chairil Anwar “aku ingin hidup seribu tahun lagkui” atau Dengan hidup setengah tarikan napas jangan tanam apa-apa keculi cinta serta ada cerpen yang beliau buat sendiri jadi membaca buku ini tidak terasa bosan dan ini unik biasanya kan buku pendidikan itu banyak teori saja.
Namun ada kekurangan di sampul bukunya yang terlalu sederhana yaitu foto Pak edi dengan toga yang berada diatas tulisan pemimpin cinta.
Buku ini sangat bagus dan sangat cocok dibaca oleh guru, calon pemimpin dan orang tua dan penulis pemula.









1 komentar:

  1. Isi buku yang Rifqi tulis sudah cukup padat. Namun Rifqi melupakan beberapa aspek yaitu latar belakang pengarang, apakah pengarang itu sebelumnya sudah mempunyai karya tulis (jika ada), buku ini berjenis apa (dari yang Rifqi tulis sepertinya buku ini non-fiksi). Selain itu Rifqi tidak menilai organisasi, bahasa yang digunakan, dan bagaimana teknik dari buku ini.

    BalasHapus