Minggu, 05 Juni 2016

Ketika Cinta Memperlihatkan Sisi Gelap (Resensi oleh Claudia Putri)


Judul Buku : Sisi Gelap Cinta
Penulis : Mira W
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 208 Halaman
Harga : Rp. 48.000

Novel “Sisi Gelap Cinta” karya Mira W memiliki tebal 208 halaman, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka pada tahun 2015, dengan harga Rp. 48.000. Novel ini merupakan buku Fiksi yang bercerita tentang sepasang suami istri bernama Andien dan Wibi yang sudah menikah selama 20 tahun dan dikaruniai 2 orang anak, bernama Ari dan Avi. Suatu ketika, saat pernikahan mereka menginjak yang ke-20, Andien mendapatkan kejutan yang tidak ia duga selama ini, suaminya berselingkuh dengan laki-laki di kantor dan sudah terjalin selama 5 tahun. Kekagetan Andien belum selesai, karena ternyata Wibi adalah tersangka pelaku pembunuhan terhadap Dimas, selingkuhan Wibi. Seperti pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga”, barangkali itu yang harus dialami Andien, masalah dengan Wibi belum selesai, tiba-tiba anak perempuannya, Avi koma setelah perjalanan wisata ke Afrika Selatan, dan anak laki-lakinya, Ari memilih pergi meninggalkan rumah karena tidak tahan dijadikan bahan gunjingan akibat perilaku ayahnya yang Gay.
Tema dari novel ini adalah percintaan dan perselingkuhan. Mungkin tema seperti ini sering ditemukan pada novel lain, akan tetapi Mira W membuat tema ini menjadi sesuatu yang berbeda, dengan tokoh Andien yang menjadi keunikan dalam novel ini. Dengan segala kerumitan yang terjadi pada keluarga Andien, ia tetap membela dan mengurus suaminya, tetap sabar menunggu anaknya bangkit dari koma, dan menunggu anak laki-lakinya akan pulang. Andien tetap menjalankan perannya sebagai istri dan orangtua, walau ia sendiri terluka dan harus mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mulai mengurus pekerjaan suaminya. 
Sedikit mengulas tentang Mira W, seorang penulis wanita yang saat ini sudah membuat karya sebanyak 82 buku, hingga buku terakhirnya yang baru terbit berjudul “Sisi Gelap Cinta”. Karya Mira W sudah tidak diragukan lagi, tulisan pertamanya tahun 1975 dimuat di majalah Femina. Novel pertamanya dimuat sebagai cerber Harian Kompas, dan dibukukan oleh Gramedia Pustaka Utama. Sebagian besar novelnya diangkat ke layar lebar dan layar kaca. Salah satu filmnya yang menjadi box office adalah “Masih Ada Kereta yang Lewat” meraih Piala Antemas sebagai film terlaris tahun 1988, dan Sinetron berjudul ”Seandainya Aku Boleh Memilih” meraih Panasonic Award tahun 1999. 
Ciri khas kepenulisan Mira W menggunakan alur maju-mundur. Mungkin pertama kali membacanya, agak membingungkan karena alur yang maju-mundur, akan tetapi secara keseluruhan setiap bab menjelaskan keterkaitan antara bab sebelumnya atau bab sesudahnya. Bahasa yang digunakan dalam novel ini menggunakan bahasa sehari-hari, tidak terbelit-belit, sehingga mudah dipahami pembaca. Selain itu, diksi yang digunakan tepat, dan hubungan antar kalimat menunjukkan kepaduan. Cover novel ini juga tidak luput dari perhatian, karena menarik dengan warnanya bagus seperti warna pastel, tidak terlalu mencolok. Pencetakannya baik dan rapi, akan tetapi kertas yang digunakan mudah menguning.
Dari penjelasan yang telah diuraikan, buku ini layak untuk dibaca oleh kalangan remaja maupun dewasa. Bahkan, untuk pembaca yang belum pernah sama sekali membaca karya Mira W, ketika membaca novel ini akan menikmati bagaimana jalan ceritanya yang dibuat oleh penulis, walau dengan alur yang maju-mundur, akan tetapi tidak mengurangi isi ceritanya yang menarik.  

1 komentar:

  1. Apa yang sudah dipaparkan Claudia sudah jelas, namun mengenai deskripsi buku akan lebih baik jika dinarasikan seperti apa yang Ibu Fat contohkan. Selain itu, deskripsi bukunya ada dua, sedangkan diatasnya sudah dibuat poin-poin. Lalu, mengenai nilai buku seperti buku ini pernah mendapat penghargaan atau tidak, tidak dicantumkan. Selebihnya sudah baik dan jelas.
    Terimakasih

    BalasHapus