Minggu, 05 Juni 2016

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL THE SINDEN KARYA HALIMAH MUNAWIR: TINJAUAN FEMINISME KULTURAL Oleh Ummi Anisa



RINGKASAN BAB II: REALITAS SOSIAL BUDAYA SINDEN
§  Pengertian dan Perkembangan Sinden
Sinden merupakan salah satu profesi yang berakar pada budaya masyarakat Jawa, khususnya seni karawitan dan pewayangan. Ki Mujoko Joko Raharjo salah seorang seniman mengatakan bahwa asal kata sinden dari kata “pasindhian” yang berarti kaya akan lagu atau melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut waranggana, “wara” berarti seorang berjenis kelamin wanita dan “anggana” berarti sendiri. Pada zaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam panggung pagelaran wayang ataupun pentas karawitan.
Lebih lanjut, pada pagelaran wayang zaman dulu sinden nyaris hanya sebagai pelengkap pertunjukan wayang sebagaimana para pengrawit. Pada zaman modern zaman sekarang ini, peran sinden sedemikian bertambah. Terkadang, kehadiran sinden menjadi daya tarik sendiri di luar nama sang dalang. Sinden tidak hanya dibutuhkan untuk mahir dalam menyajikan lagu, tetapi juga harus menjaga penampilan dengan berpakaian rapi dan menarik.
§  Etika dan Pengetahuan Sinden
Untuk menjadi sinden yang mumpuni, seorang wanita haruslah memiliki etika agar dapat menjaga kehormatan serta wibawanya. Etika yang perlu dimiliki seorang sinden ialah cara berpakaian dan sikap duduk. Selain itu, seorang sinden mestinya juga memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dalam bidang seni dan budaya.
§  Peranan Sinden dalam Pertunjukan
a.       Peranan Sinden dalam Seni Karawitan
Peranan sinden dalam dalam pertunjukan seni karawitan adalah sebagai pembawa lagu sekaligus pembawa acara. Sinden memiliki kebebasan melakukan improvisasi melodi dalam menyanyikan lagu.
b.      Peranan Sinden dalam Pagelaran Rakyat
Sinden dalam pertunjukan ini sama dengan apa yang ditampilkan di pentas karawitan. Perbedaannya yang mencolok hanya terkadang pertunjukan karawitan ini dibarengi dengan pertunjukan campursari atau pertunjukan kuda lumping.
c.       Peranan Sinden dalam Pagelaran Wayang
Peranan sinden pada pertunjukan wayang adalah sebagai pendukung suasana dan sebagai pendukung alur cerita pada setiap adegan atau pergantian babak. Sinden dituntut untuk menguasai isi dari setiap lagu yang akan dinyanyikan sehingga sesuai dengan lakon yang sedang ditampilkan.
§  Syair Lagu, Teknik Vokal, dan Rasa Musikal Sinden
a.       Syair Lagu Sinden
Dalam dunia sinden, bahasa yang dipergunakan dalam syair lagu biasanya menggunakan bahasa puitis, tetapi dalam lagu-lagu tertentu terdapat syair lagu yang berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sementara itu, hubungan syair dan lagu terjalin pada setiap unsur musikal dan sastra yang ada baik pada lagu maupun syair. Syair sendiri berfungsi sebagai hasil sastra yang dikaitkan dengan karawitan, juga sebagai media untuk menyampaikan pesan dan buah pikiran, serta sebagai alat untuk membantu pengucapan dalam rangka menyajikan lagu-lagu.
b.      Teknik Vokal Sinden
Seorang sinden dituntut agar dapat mengatur pernapasannya dengan baik, yaitu tahu saat yang tepat untuk menarik, mengeluarkan, dan mengatur pernapasan agar udara dapat digunakan secara optimal. Seorang sinden harus bersikap rileks agar dapat berkonsentrasi dan mengendalikan napas ketika membawakan lagu. Selain itu, sikap badan seorang sinden juga berpengaruh terhadap suara yang dihasilkan. Sikap badan dalam bernyanyi haruslah tegak agar pernapasan lancar dan meningkatkan kualitas vokal yang dikeluarkan. Kualitas vokal yang tinggi tentunya didapat dari teknik pengolahan vokal seorang sinden yang terampil dalam menerapkan jenis suara pada nada-nada yang tinggi.
c.       Rasa Musikal Sinden
Seorang penyanyi haruslah memiliki rasa musikal yang tinggi, begitu juga dengan seorang sinden. Seorang sinden harus memiliki kepekaan terhadap musik. Yang pertama adalah ketepatan nada, seorang sinden harus menguasai teknik pernapasan dan tangga nada dengan baik agar tidak sumbang ketika membawakan lagu. Kemudian tempo, seorang sinden perlu memperhatikan tempo dalam setiap pementasannya karena tempo akan sangat mempengaruhi pertunjukan yang berkaitan dengan lagu yang akan dimainkan. Selanjutnya seorang sinden juga harus menguasai dinamika atau pengolahan volume suara ketika menembangkan sebuah lagu. Dan yang terakhir adalah ekspresi, seorang sinden harus pandai menghayati syair untuk menyampaikan makna lagu supaya lebih berkesan di hati penggemar.

4 komentar:

  1. Teori yang dipaparkan Ummi tidak terdapat sumber siapakah yang mencetuskan teori tersebut karena kita tidak tahu teori itu valid (benar dari pakar) atau dari penulis skripsi. Terimakasih.

    BalasHapus
  2. Setelah saya membaca ringkasan yang di buat oleh Ummi Anisa, saya menilai baik sebab sebagai sebuah ringkasan telah mencirikan paragraf yang padat. Bagi saya, Ummi memaparkan teori secara singkat, padat, dan jelas dengan menggunakan bahasa yang telah diolahnya. Meskipun di dalam komentar sebelumnya dikatakan bahwa sumber teori belum jelas siapa pencetusnya, bagi saya hal tersebut benar demikian.

    BalasHapus
  3. Setelah saya membaca ringkasan yang di buat oleh Ummi Anisa, saya menilai baik sebab sebagai sebuah ringkasan telah mencirikan paragraf yang padat. Bagi saya, Ummi memaparkan teori secara singkat, padat, dan jelas dengan menggunakan bahasa yang telah diolahnya. Meskipun di dalam komentar sebelumnya dikatakan bahwa sumber teori belum jelas siapa pencetusnya, bagi saya hal tersebut benar demikian.

    BalasHapus
  4. Penulisan ringkasan skripsi ini cukup menjelaskan pengertian sinden maupun beberapa pengenalan tentang sinden. Namun saya setuju dengan komentar Rya di atas mengenai teori juga pengertian sinden harusnya bisa lebih dari satu.
    Naswati- 2 SIS

    BalasHapus