RINGKASAN BAB II: REALITAS SOSIAL
BUDAYA SINDEN
§ Pengertian
dan Perkembangan Sinden
Sinden
merupakan salah satu profesi yang berakar pada budaya masyarakat Jawa,
khususnya seni karawitan dan pewayangan. Ki Mujoko Joko Raharjo salah seorang
seniman mengatakan bahwa asal kata sinden dari kata “pasindhian” yang berarti
kaya akan lagu atau melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut
waranggana, “wara” berarti seorang berjenis kelamin wanita dan “anggana”
berarti sendiri. Pada zaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam
panggung pagelaran wayang ataupun pentas karawitan.
Lebih
lanjut, pada pagelaran wayang zaman dulu sinden nyaris hanya sebagai pelengkap
pertunjukan wayang sebagaimana para pengrawit. Pada zaman modern zaman sekarang
ini, peran sinden sedemikian bertambah. Terkadang, kehadiran sinden menjadi
daya tarik sendiri di luar nama sang dalang. Sinden tidak hanya dibutuhkan
untuk mahir dalam menyajikan lagu, tetapi juga harus menjaga penampilan dengan
berpakaian rapi dan menarik.
§ Etika
dan Pengetahuan Sinden
Untuk
menjadi sinden yang mumpuni, seorang wanita haruslah memiliki etika agar dapat
menjaga kehormatan serta wibawanya. Etika yang perlu dimiliki seorang sinden
ialah cara berpakaian dan sikap duduk. Selain itu, seorang sinden mestinya juga
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dalam bidang seni dan budaya.
§ Peranan
Sinden dalam Pertunjukan
a. Peranan
Sinden dalam Seni Karawitan
Peranan
sinden dalam dalam pertunjukan seni karawitan adalah sebagai pembawa lagu
sekaligus pembawa acara. Sinden memiliki kebebasan melakukan improvisasi melodi
dalam menyanyikan lagu.
b. Peranan
Sinden dalam Pagelaran Rakyat
Sinden
dalam pertunjukan ini sama dengan apa yang ditampilkan di pentas karawitan.
Perbedaannya yang mencolok hanya terkadang pertunjukan karawitan ini dibarengi
dengan pertunjukan campursari atau pertunjukan kuda lumping.
c. Peranan
Sinden dalam Pagelaran Wayang
Peranan
sinden pada pertunjukan wayang adalah sebagai pendukung suasana dan sebagai
pendukung alur cerita pada setiap adegan atau pergantian babak. Sinden dituntut
untuk menguasai isi dari setiap lagu yang akan dinyanyikan sehingga sesuai
dengan lakon yang sedang ditampilkan.
§ Syair
Lagu, Teknik Vokal, dan Rasa Musikal Sinden
a. Syair
Lagu Sinden
Dalam
dunia sinden, bahasa yang dipergunakan dalam syair lagu biasanya menggunakan
bahasa puitis, tetapi dalam lagu-lagu tertentu terdapat syair lagu yang
berbahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sementara itu, hubungan syair dan lagu
terjalin pada setiap unsur musikal dan sastra yang ada baik pada lagu maupun
syair. Syair sendiri berfungsi sebagai hasil sastra yang dikaitkan dengan
karawitan, juga sebagai media untuk menyampaikan pesan dan buah pikiran, serta
sebagai alat untuk membantu pengucapan dalam rangka menyajikan lagu-lagu.
b. Teknik
Vokal Sinden
Seorang
sinden dituntut agar dapat mengatur pernapasannya dengan baik, yaitu tahu saat
yang tepat untuk menarik, mengeluarkan, dan mengatur pernapasan agar udara
dapat digunakan secara optimal. Seorang sinden harus bersikap rileks agar dapat
berkonsentrasi dan mengendalikan napas ketika membawakan lagu. Selain itu,
sikap badan seorang sinden juga berpengaruh terhadap suara yang dihasilkan.
Sikap badan dalam bernyanyi haruslah tegak agar pernapasan lancar dan
meningkatkan kualitas vokal yang dikeluarkan. Kualitas vokal yang tinggi
tentunya didapat dari teknik pengolahan vokal seorang sinden yang terampil
dalam menerapkan jenis suara pada nada-nada yang tinggi.
c. Rasa
Musikal Sinden
Seorang
penyanyi haruslah memiliki rasa musikal yang tinggi, begitu juga dengan seorang
sinden. Seorang sinden harus memiliki kepekaan terhadap musik. Yang pertama
adalah ketepatan nada, seorang sinden harus menguasai teknik pernapasan dan
tangga nada dengan baik agar tidak sumbang ketika membawakan lagu. Kemudian
tempo, seorang sinden perlu memperhatikan tempo dalam setiap pementasannya
karena tempo akan sangat mempengaruhi pertunjukan yang berkaitan dengan lagu
yang akan dimainkan. Selanjutnya seorang sinden juga harus menguasai dinamika
atau pengolahan volume suara ketika menembangkan sebuah lagu. Dan yang terakhir
adalah ekspresi, seorang sinden harus pandai menghayati syair untuk menyampaikan
makna lagu supaya lebih berkesan di hati penggemar.
Teori yang dipaparkan Ummi tidak terdapat sumber siapakah yang mencetuskan teori tersebut karena kita tidak tahu teori itu valid (benar dari pakar) atau dari penulis skripsi. Terimakasih.
BalasHapusSetelah saya membaca ringkasan yang di buat oleh Ummi Anisa, saya menilai baik sebab sebagai sebuah ringkasan telah mencirikan paragraf yang padat. Bagi saya, Ummi memaparkan teori secara singkat, padat, dan jelas dengan menggunakan bahasa yang telah diolahnya. Meskipun di dalam komentar sebelumnya dikatakan bahwa sumber teori belum jelas siapa pencetusnya, bagi saya hal tersebut benar demikian.
BalasHapusSetelah saya membaca ringkasan yang di buat oleh Ummi Anisa, saya menilai baik sebab sebagai sebuah ringkasan telah mencirikan paragraf yang padat. Bagi saya, Ummi memaparkan teori secara singkat, padat, dan jelas dengan menggunakan bahasa yang telah diolahnya. Meskipun di dalam komentar sebelumnya dikatakan bahwa sumber teori belum jelas siapa pencetusnya, bagi saya hal tersebut benar demikian.
BalasHapusPenulisan ringkasan skripsi ini cukup menjelaskan pengertian sinden maupun beberapa pengenalan tentang sinden. Namun saya setuju dengan komentar Rya di atas mengenai teori juga pengertian sinden harusnya bisa lebih dari satu.
BalasHapusNaswati- 2 SIS