Sabtu, 04 Juni 2016

BALAS DENDAM EKA LEWAT NOVEL BARUNYA YANG BERJUDUL “O” : MUHAMMAD PUTERA SUKINDAR

Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Maret 2016
Tebal: 470 halaman
ISBN:  9786020325590


            Sejak Desember 2015 para pengagum Eka Kurniawan rela menunggu-nunggu novel “O” ini, yang akan diterbitkan oleh Gramedia awal bulan Maret 2016. Sastrawan yang digadang-gadangkan sebagai salah satu pelopor aliran realisme magis ke Indonesia ini, sebetulnya sudah menggarap novel “O” sejak 2008. Yang berarti novel ini secara historis merupakan novel ke tiga Eka Kurniawan sesudah Cantik itu luka (2002), Lelaki harimau (2004), dan sebelum novel Seperti dendam rindu harus dibayar tuntas (2014).

            “Tentang seorang monyet yang ingin menikah dengan kaisar dangdut” begitulah yang tertera di cover belakang buku barunya. Secara garis besar buku ini memang menceritakan tentang perjalanan seekor monyet yang bernama O, yang berusaha menjadi manusia untuk mengikuti jejak kekasihnya Entang Kosasih yang sudah duluan berubah menjadi manusia. Inilah keunikan Eka, selalu memiliki ide-ide yang unik dan segar sehingga menantang setiap orang untuk membaca bukunya.

            Di Rawa Kalong tempat O, dan Entang kosasih tinggal terdapat sebuah legenda dimana cerita tersebut berisi tentang seekor monyet yang berubah menjadi manusia. Tokoh tersebut bernama Armo Gundul. Di sinilah awal kisah bermula, ketika Entang Kosasih begitu terobsesi menjadi manusia. Begitu banyak terjadi perubahan di Rawa Kalong. Salah satunya Entang Kosasih yang menjadi manusia.

            Hal tersebut tentu membuat O ingin pula menjadi manusia, agar dapat mencintai kembali seutuhnya cinta Entang Kosasih. Agar dapat menjadi manusia harus pula belajar dari manusia itu sendiri, begitulah yang para monyet Rawa Kalong percayai. Jadi O percaya bahwa bekerja sebagai topeng monyet merupakan salah satu cara untuk menjadi manusia. Kurang lebih novel ini menceritakan tentang perjuangan O, hiruk pikuk perjalanannya, dan tokoh-tokohnya yang diceritakan begitu menarik oleh Eka Kurniawan.

            Selain itu, seolah-olah novel yang sampulnya terdapat gambar monyet ini membawakan pesan tersirat setelah novel sebelumnnya Cantik itu luka mendapat kritik mengenai banyaknya tokoh-tokoh tidak penting yang hadir. Dan O, hadir untuk menampik itu semua. Kedasyatan dalam penuturan cerita, gaya bercerita (memiliki bentuk yang sama dengan novelnya Seperti rindu dendam harus dibayar tuntas), dan penyelesaikan psikologi tokoh yang hadir pada novel tersebut dilakukan dengan cerdas oleh Eka Kurniawan. Meskipun gaya penceritaan seperti ini berpotensi memusingkan pembaca, tapi lainhalnya dengan apa yang diterapkan oleh Eka. Hal tersebut tentu dijamin dapat memanjakan, dan membuat kenyang para pembacanya.


            Meskipun tanpa editor, Eka dapat menyelesaikan tulisannya ini dengan apik. Sehingga tidak ada barang beberapa kalimat atau katapun yang dapat memusingkan para pembacanya. Yang ada malah pembaca dibuat terus ingin membacanya, dan semakin dibuat penasaran. Lantas, apakah O berhasil menjadi manusia demi mengikuti jejak kekasihnya Entang Kosasih?  

1 komentar:

  1. Novel 'O' yang diresensi oleh Putera, menurut saya sudah cukup baik, resentator telah memberikan informasi kepada pembaca. Akan tetapi, resentator menyebutkan kepengarangan secara acak, yaitu dibagian awal, tengah dan belakang. Alangkah baiknya apabila penjelasan mengenai kepengarangan dijadikan dalam satu paragraf.

    BalasHapus