Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Maret 2016
Tebal: 470 halaman
ISBN: 9786020325590
Sejak Desember 2015 para pengagum
Eka Kurniawan rela menunggu-nunggu novel “O” ini, yang akan diterbitkan oleh
Gramedia awal bulan Maret 2016. Sastrawan yang digadang-gadangkan sebagai salah
satu pelopor aliran realisme magis ke Indonesia ini, sebetulnya sudah menggarap
novel “O” sejak 2008. Yang berarti novel ini secara historis merupakan novel ke
tiga Eka Kurniawan sesudah Cantik itu luka (2002), Lelaki harimau (2004), dan
sebelum novel Seperti dendam rindu harus dibayar tuntas (2014).
“Tentang seorang monyet yang ingin
menikah dengan kaisar dangdut” begitulah yang tertera di cover belakang buku
barunya. Secara garis besar buku ini memang menceritakan tentang perjalanan
seekor monyet yang bernama O, yang berusaha menjadi manusia untuk mengikuti
jejak kekasihnya Entang Kosasih yang sudah duluan berubah menjadi manusia.
Inilah keunikan Eka, selalu memiliki ide-ide yang unik dan segar sehingga
menantang setiap orang untuk membaca bukunya.
Di Rawa Kalong tempat O, dan Entang
kosasih tinggal terdapat sebuah legenda dimana cerita tersebut berisi tentang
seekor monyet yang berubah menjadi manusia. Tokoh tersebut bernama Armo Gundul.
Di sinilah awal kisah bermula, ketika Entang Kosasih begitu terobsesi menjadi
manusia. Begitu banyak terjadi perubahan di Rawa Kalong. Salah satunya Entang
Kosasih yang menjadi manusia.
Hal tersebut tentu membuat O ingin
pula menjadi manusia, agar dapat mencintai kembali seutuhnya cinta Entang
Kosasih. Agar dapat menjadi manusia harus pula belajar dari manusia itu sendiri,
begitulah yang para monyet Rawa Kalong percayai. Jadi O percaya bahwa bekerja
sebagai topeng monyet merupakan salah satu cara untuk menjadi manusia. Kurang
lebih novel ini menceritakan tentang perjuangan O, hiruk pikuk perjalanannya,
dan tokoh-tokohnya yang diceritakan begitu menarik oleh Eka Kurniawan.
Selain itu, seolah-olah novel yang
sampulnya terdapat gambar monyet ini membawakan pesan tersirat setelah novel
sebelumnnya Cantik itu luka mendapat kritik mengenai banyaknya tokoh-tokoh
tidak penting yang hadir. Dan O, hadir untuk menampik itu semua. Kedasyatan
dalam penuturan cerita, gaya bercerita (memiliki bentuk yang sama dengan
novelnya Seperti rindu dendam harus dibayar tuntas), dan penyelesaikan
psikologi tokoh yang hadir pada novel tersebut dilakukan dengan cerdas oleh Eka
Kurniawan. Meskipun gaya penceritaan seperti ini berpotensi memusingkan
pembaca, tapi lainhalnya dengan apa yang diterapkan oleh Eka. Hal tersebut
tentu dijamin dapat memanjakan, dan membuat kenyang para pembacanya.
Meskipun tanpa editor, Eka dapat
menyelesaikan tulisannya ini dengan apik. Sehingga tidak ada barang beberapa
kalimat atau katapun yang dapat memusingkan para pembacanya. Yang ada malah
pembaca dibuat terus ingin membacanya, dan semakin dibuat penasaran. Lantas,
apakah O berhasil menjadi manusia demi mengikuti jejak kekasihnya Entang
Kosasih?
Novel 'O' yang diresensi oleh Putera, menurut saya sudah cukup baik, resentator telah memberikan informasi kepada pembaca. Akan tetapi, resentator menyebutkan kepengarangan secara acak, yaitu dibagian awal, tengah dan belakang. Alangkah baiknya apabila penjelasan mengenai kepengarangan dijadikan dalam satu paragraf.
BalasHapus