Sur-el
: agustianafazri37@gmail.com
Program
Studi Sastra Indonesia
Fakultas
Bahasa dan Sastra
Universitas
Negeri Jakarta
1.
Pendahuluan
Pada hakikatnya sastra memang merupakan pengungkapan
kehidupan manusia lewat bahasa yang di kemas melalui tulisan maupun bahasa
lisan. Sastra juga mencerminkan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya yang di
ungkapkan oleh manusia berupa ekspresi, penghayatan, dan pengalaman batin
manusia pada situasi dan waktu tertentu. Suatu kejadian yang terjadi pada
situasi dan waktu tertentu merupakan penggambaran keadaan sosial suatu
masyarakat yang membangun sebuah cerita pada karya sastra.
Seorang pengarang dalam menciptakan sebuah karya
sastra memiliki tujuan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
pembaca. sebuah karya sastra merupakan penggambaran dari kehidupan sosial yang
erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi pada masyarakat. Seoramg
pengarang tidak begitu saja dapat melahirkan sebuah karya sastra, karya sastra
dihasilkan dengan imajinasi pengungkapan perasaan yang cukup tinggi, sehinggi,
sehingga dapat menimbulkan ide cerita yang menggambarkan realita kehidupan
sosial. Sebuah karya sastra juga memberikan suatu pengetahuan dan informasi
baru kepada pembaca mengenai hal-hal yang diungkapkan oleh pengarang.
Sesungguhnya manusia dan kebudayaan merupakan suatu
kesatuan yang erat sekali hubungannya. Perkembangan budaya sesungguhnya tidak
lepas dari campur tangan manusia yang mendukungnya. Kebudayaan dapat berkembang
terus menerus jika manusia diberikan kepandaianuntuk mengajarkan kebudayaan
penerusnya. Memang masih banyak cara lain untuk melestarikan kebudayaan
tergantung dari manusia itu sendiri dalam menyikapi perkembangan kebudayaan.
Akan tetapi yang menjadi permasalahannya adalah tidak semua kebudayaan dapat
diterima dengan baik. Apalagi seiring berkembangnya zaman manusia dituntut
rasional dalam melakukan sesuatu, tidak semua budaya peninggalan nenek moyang dapat
diterima dan dilestraikan. Melestarikan budaya harus dengan rasionalitas,
karena tidak semua budaya bisa mengikuti perkembangan zaman. Seperti halnya
budaya Dayak Belian (upacara
pengobatan pada suku Dayak) yang di gambarkan dalam cerpen yang berjudul Belian karya Karrie Rayun Rampan. Dalam
cerpen tersebut di gambarkan penolakan budaya Belian oleh seorang tokoh utama yang bernama Sentaru yang profesinya seorang Dokter.
2.
Kerangka
Teori
A.
Teori-Teori
Koenjaraningrat memakai kata kebudayaan
secara harfiah berasal dari bahasa Sansakerta budhayah, merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau
akal. Secara etimologi kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan akal.
Menurut E.B Talyor dalam buku Primitive Culture mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapati
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Wujud dan aktivitas kebudayaan
berbentuk melalui kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam alam pemikiran warga masyarakat,
sehingga tumbuh suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujudnya bisa dikenal dengan sistem sosial yang terdiri atas
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan pada adat tata
kelakuan. Aktivitas ini memiliki sifat yang nyata dan terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga dapat diamti dan didokumentasikan.
Sedangkan Kluckholen dan W.H. Kelly
mencoba merumuskan definisi kebudayaan. Hasil diskusi dengan para ahli
antropologi, hukum, psikologi, sejarah, filsafat, dan lain-lain. Bahwa
kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah yang eksplisit,
implisit, rasional, irrasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai
pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. Dari definisi-definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah suatu hal yang luas,
meliputi aktivitas dan hasil aktivitas dari manusia, teratur oleh kata kelakuan
yang harus didapatkan dengan belajar. Semua itu tersusun dalam kehidupan
masyarakat yang begitu kompleks, terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari
dari pola-pola perilaku yang normatif atau mencakup segala cara-cara atau
pola-pola berpikir, merasakan, atau bersikap, dan bertindak dengan buah budi
manusia untuk mencapai suatu kesempurnaan hidup.
B.
Hakikat
Antropologi Sastra
Penelitian serta sangtlah penting
peranannya sebagai aspek kehidupan manusia, serta memberikan dampak positif
untuk perkembangan penelitian sastra sendiri. peran penelitian sastra ini
sangat dipengaruhi oleh dokumen-dokumen sastra pada zaman yang menjadi sejarah
perkembangan iulmu sastra. Dari hasil penelitian sastra sangatlah bermanfaat
bagi ilmu lain yang masih dianggap relevan dengan penelitian sastra, sehingga
dapat terbentuk suatu kerja sama antardisiplin ilmu, sastra penelitian sastra
dengan bidang penelitian lain.
Bidang penelitian lain yang dapat
bekerja sama dengan penelitian sastra diantaranya, penelitian antropologi,
penelitian sosiologi, dan penelitian psikologi. Penelitian antropologi
merupakan suatu penelitian yang membicarakan tentang kehidupan manusia dalam
masyarakat. Penelitian sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
perkembangan masyarakat adalah kehidupan sosial serta perubahannya. Sedangkan
penelitian psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aktivitas kejiwaan
yang mempengaruhi mental dan perilaku seseorang.
C.
Metode
Penelitian
Teknik penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif, yaitu berdasarkan data-data yang yang berhubungan
dengan suku Dayak dan budayanya Delian.
Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu dengan cara membaca cerpen Delian karya Karrien Rayun Rampan,
menganalisa suku Dayak dengan budayanya Delian yang terdapat dalam cerpen Delian yang menjadi objek penelitian.
D.
Analisis
Wadian/Balian/Belian adalah upacara pengobatan pada suku Dayak
Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan, Benuaq dan Bukit. Suku-suku serumpun ini hidup
bertetangga di sekitar wilayah yang berbatasan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan. Sedangkan pada suku Melayu pedalaman (Suku Melayu Petalangan/Suku Talang mamak) disebut Bulian.
Seringkali juga dipakai sebagai sebutan untuk orang yang mengobati (tabib)
dalam upacara pengobatan tradisional Dayak tersebut yang dinamakan balian dalam
berbagai dialek seperti bolin (Dayak Pesaguan), boretn (Dayak Simpakng),
baliatn (Dayak Jalai).
Dari penjelasan di
atas bahwa memang benar cerpen Delian karya
Karrien Rayun Rampan mengangkat kebudayan suku dayak yaitu Delian. Karrien Rayun Rampan begitu detail menjelaskan kebudayan
dari Suku Dayak ini karena memang tidak dapat dipungkiri latar belakang
pengarang yang menjadi alas dari kecakapannya mengangkat realita kehidupan suku
dayak dengan kebudayaannya delian tersebut. Penulis rasa ini merupakan bentuk
kritik sosail pengarang terhadap kebudayaan tersebut yang sudah menjadi
kebudayaan turun temurun, yang justru malah menentang rasionalitas zaman dalam
mengobati penyakit.
Ada beberapa
kutipan yang penulis rasa merupakan bentuk kecemasan pengarang terhadap
kebudayaan Belian ini, “Ibu sudah jemu dengan keyakinan yang
menghambat karena tidak berhenti pada akal seha,”, “Kau Ru, kau harus memberi bukti bahwa kau turunan Pangeran Peraji
karena kau bisa mengubah kesaktian menjadi kesehatan, seperti ribuan tahun
dilakukan belian”. Dari kutipan tersebut jelaslah sebuah kecemasan
tergambar, dengan adanya keyakinan yang kuat dari masyarakat justru malah menghambat
profesi dokter yang dirasa masuk akal sehat dalam mengobati.
Selain itu juga
pengarang mengungkapkan ideologinya bahwa bukan tidak mungkin seorang dokter
pun bisa terbengkalai dan justru malah terkalahkan dengan kebudayaan Belian tersebut jika tetap disakralkan
dan dianggap sebagai sesuatu yang patut dipercayai tanpa memikirkan lagi
rasionalitas zaman yang menuntut untuk berpikir secara masuk objektif. Ini
terbukti dalam kutipan cerpennya, “Perlukah
aku mengkaji Belian seperti aku mengkaji ilmu kedokteran ?”, “Darahku makin
terasa mendidih ketika musik belian makin seru dipalu dari lou. Dalam cahayanya
bulan masa lalu serasa menyerbu ke dalam mataku. Jemariku terasa ikut menari
dan tak terasa kakiku bergerak menghentak bumi. Aku kesurupan roh belian ?
darahku makin mendidih naik ke kepala.
E.
Kesimpulan
Cerpen Belian karya Karrien
Rayun Rampan merupakan cerpen yang mengangkat kehidupan
sosial masyarakat suku Dayak, khusunya dalam budayanya Belian yaitu upacara
pengobatan pada suku Dayak
Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan, Benuaq dan Bukit.
Budaya sudah
seharusnya dilestarikan , karena budaya juga merupakan ideologi nenek moyang
yang berdasar pada pehaman di zamannya. Akan tetapi, tidak semua budaya dapat
dilestarikan dan diterima oleh masyarakat,
apalagi seiring perkembangan zaman saaat ini yang semua hal meuntut
untuk rasionalitas pada pemikiran yang masuk pada akal sehat.
Cerpen ini juga
merupakan kritik sosail pengarang terhadap budaya suku dayak khusunya budaya Belian, dengan adanya ideologi nenek
moyang yang dipertahankan yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman,
menjadi sebuah ke khawatiran Sentaru
selaku tokoh utama dalam cerpen tersebut yang profesinya sebagai doketer. Sudah
berletih-letih mengkaji ilmu kedokteran akan tetapi tidak mudah diterima oleh
masyarakat tersebut karena keyakinan yang terpatri pada Belian.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo,
Budaya dan Masyarakat
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), hlm. Xi.
Prasetyo, Joko Tri. Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), hlm. 29.
Koentajaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 1997), hlm. 329.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar