Rabu, 15 Juni 2016

UNSUR BUDAYA DAYAK DALAM CERPEN BELIAN KARYA KARRIE RAYUN RAMPAN : SUATU KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Oleh Agustiana Fajri (UAS)



Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Jakarta

1.      Pendahuluan

Pada hakikatnya sastra memang merupakan pengungkapan kehidupan manusia lewat bahasa yang di kemas melalui tulisan maupun bahasa lisan. Sastra juga mencerminkan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya yang di ungkapkan oleh manusia berupa ekspresi, penghayatan, dan pengalaman batin manusia pada situasi dan waktu tertentu. Suatu kejadian yang terjadi pada situasi dan waktu tertentu merupakan penggambaran keadaan sosial suatu masyarakat yang membangun sebuah cerita pada karya sastra.
Seorang pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra memiliki tujuan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh pembaca. sebuah karya sastra merupakan penggambaran dari kehidupan sosial yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi pada masyarakat. Seoramg pengarang tidak begitu saja dapat melahirkan sebuah karya sastra, karya sastra dihasilkan dengan imajinasi pengungkapan perasaan yang cukup tinggi, sehinggi, sehingga dapat menimbulkan ide cerita yang menggambarkan realita kehidupan sosial. Sebuah karya sastra juga memberikan suatu pengetahuan dan informasi baru kepada pembaca mengenai hal-hal yang diungkapkan oleh pengarang.
Sesungguhnya manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali hubungannya. Perkembangan budaya sesungguhnya tidak lepas dari campur tangan manusia yang mendukungnya. Kebudayaan dapat berkembang terus menerus jika manusia diberikan kepandaianuntuk mengajarkan kebudayaan penerusnya. Memang masih banyak cara lain untuk melestarikan kebudayaan tergantung dari manusia itu sendiri dalam menyikapi perkembangan kebudayaan. Akan tetapi yang menjadi permasalahannya adalah tidak semua kebudayaan dapat diterima dengan baik. Apalagi seiring berkembangnya zaman manusia dituntut rasional dalam melakukan sesuatu, tidak semua budaya peninggalan nenek moyang dapat diterima dan dilestraikan. Melestarikan budaya harus dengan rasionalitas, karena tidak semua budaya bisa mengikuti perkembangan zaman. Seperti halnya budaya Dayak Belian (upacara pengobatan pada suku Dayak) yang di gambarkan dalam cerpen yang berjudul Belian karya Karrie Rayun Rampan. Dalam cerpen tersebut di gambarkan penolakan budaya Belian oleh seorang tokoh utama yang bernama Sentaru yang profesinya seorang Dokter.

2.      Kerangka Teori
A.    Teori-Teori
Koenjaraningrat memakai kata kebudayaan secara harfiah berasal dari bahasa Sansakerta budhayah, merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Secara etimologi kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Menurut E.B Talyor dalam buku Primitive Culture mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapati oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Wujud dan aktivitas kebudayaan berbentuk melalui kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam alam pemikiran warga masyarakat, sehingga tumbuh suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujudnya bisa dikenal dengan sistem sosial yang terdiri atas aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan pada adat tata kelakuan. Aktivitas ini memiliki sifat yang nyata dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diamti dan didokumentasikan.
Sedangkan Kluckholen dan W.H. Kelly mencoba merumuskan definisi kebudayaan. Hasil diskusi dengan para ahli antropologi, hukum, psikologi, sejarah, filsafat, dan lain-lain. Bahwa kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah yang eksplisit, implisit, rasional, irrasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah suatu hal yang luas, meliputi aktivitas dan hasil aktivitas dari manusia, teratur oleh kata kelakuan yang harus didapatkan dengan belajar. Semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat yang begitu kompleks, terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif atau mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, atau bersikap, dan bertindak dengan buah budi manusia untuk mencapai suatu kesempurnaan hidup.

B.     Hakikat Antropologi Sastra
Penelitian serta sangtlah penting peranannya sebagai aspek kehidupan manusia, serta memberikan dampak positif untuk perkembangan penelitian sastra sendiri. peran penelitian sastra ini sangat dipengaruhi oleh dokumen-dokumen sastra pada zaman yang menjadi sejarah perkembangan iulmu sastra. Dari hasil penelitian sastra sangatlah bermanfaat bagi ilmu lain yang masih dianggap relevan dengan penelitian sastra, sehingga dapat terbentuk suatu kerja sama antardisiplin ilmu, sastra penelitian sastra dengan bidang penelitian lain.
Bidang penelitian lain yang dapat bekerja sama dengan penelitian sastra diantaranya, penelitian antropologi, penelitian sosiologi, dan penelitian psikologi. Penelitian antropologi merupakan suatu penelitian yang membicarakan tentang kehidupan manusia dalam masyarakat. Penelitian sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku perkembangan masyarakat adalah kehidupan sosial serta perubahannya. Sedangkan penelitian psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang aktivitas kejiwaan yang mempengaruhi mental dan perilaku seseorang.
C.    Metode Penelitian
Teknik penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu berdasarkan data-data yang yang berhubungan dengan suku Dayak dan budayanya Delian. Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu dengan cara membaca cerpen Delian karya Karrien Rayun Rampan, menganalisa suku Dayak dengan budayanya Delian yang terdapat dalam cerpen Delian yang menjadi objek penelitian.
D.    Analisis
Wadian/Balian/Belian adalah upacara pengobatan pada suku Dayak Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan, Benuaq dan Bukit. Suku-suku serumpun ini hidup bertetangga di sekitar wilayah yang berbatasan di Kalimantan TengahKalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan pada suku Melayu pedalaman (Suku Melayu Petalangan/Suku Talang mamak) disebut Bulian. Seringkali juga dipakai sebagai sebutan untuk orang yang mengobati (tabib) dalam upacara pengobatan tradisional Dayak tersebut yang dinamakan balian dalam berbagai dialek seperti bolin (Dayak Pesaguan), boretn (Dayak Simpakng), baliatn (Dayak Jalai).
Dari penjelasan di atas bahwa memang benar cerpen Delian karya Karrien Rayun Rampan mengangkat kebudayan suku dayak yaitu Delian. Karrien Rayun Rampan begitu detail menjelaskan kebudayan dari Suku Dayak ini karena memang tidak dapat dipungkiri latar belakang pengarang yang menjadi alas dari kecakapannya mengangkat realita kehidupan suku dayak dengan kebudayaannya delian tersebut. Penulis rasa ini merupakan bentuk kritik sosail pengarang terhadap kebudayaan tersebut yang sudah menjadi kebudayaan turun temurun, yang justru malah menentang rasionalitas zaman dalam mengobati penyakit.
Ada beberapa kutipan yang penulis rasa merupakan bentuk kecemasan pengarang terhadap kebudayaan Belian ini, “Ibu sudah jemu dengan keyakinan yang menghambat karena tidak berhenti pada akal seha,”, “Kau Ru, kau harus memberi bukti bahwa kau turunan Pangeran Peraji karena kau bisa mengubah kesaktian menjadi kesehatan, seperti ribuan tahun dilakukan belian”. Dari kutipan tersebut jelaslah sebuah kecemasan tergambar, dengan adanya keyakinan yang kuat dari masyarakat justru malah menghambat profesi dokter yang dirasa masuk akal sehat dalam mengobati.
Selain itu juga pengarang mengungkapkan ideologinya bahwa bukan tidak mungkin seorang dokter pun bisa terbengkalai dan justru malah terkalahkan dengan kebudayaan Belian tersebut jika tetap disakralkan dan dianggap sebagai sesuatu yang patut dipercayai tanpa memikirkan lagi rasionalitas zaman yang menuntut untuk berpikir secara masuk objektif. Ini terbukti dalam kutipan cerpennya, “Perlukah aku mengkaji Belian seperti aku mengkaji ilmu kedokteran ?”, “Darahku makin terasa mendidih ketika musik belian makin seru dipalu dari lou. Dalam cahayanya bulan masa lalu serasa menyerbu ke dalam mataku. Jemariku terasa ikut menari dan tak terasa kakiku bergerak menghentak bumi. Aku kesurupan roh belian ? darahku makin mendidih naik ke kepala.
E.     Kesimpulan
Cerpen Belian karya Karrien Rayun Rampan  merupakan cerpen yang mengangkat kehidupan sosial masyarakat suku Dayak, khusunya dalam budayanya Belian yaitu upacara pengobatan pada suku Dayak Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan, Benuaq dan Bukit.
Budaya sudah seharusnya dilestarikan , karena budaya juga merupakan ideologi nenek moyang yang berdasar pada pehaman di zamannya. Akan tetapi, tidak semua budaya dapat dilestarikan dan diterima oleh masyarakat,  apalagi seiring perkembangan zaman saaat ini yang semua hal meuntut untuk rasionalitas pada pemikiran yang masuk pada akal sehat.
Cerpen ini juga merupakan kritik sosail pengarang terhadap budaya suku dayak khusunya budaya Belian, dengan adanya ideologi nenek moyang yang dipertahankan yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, menjadi sebuah ke khawatiran Sentaru selaku tokoh utama dalam cerpen tersebut yang profesinya sebagai doketer. Sudah berletih-letih mengkaji ilmu kedokteran akan tetapi tidak mudah diterima oleh masyarakat tersebut karena keyakinan yang terpatri pada Belian.






DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), hlm. Xi.
Prasetyo, Joko Tri. Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 29.
Koentajaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1997), hlm. 329.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar