Sabtu, 04 Juni 2016


Pelajaran dari Bapak lewat Handycam

oleh Ulya Yurifta


Judul : Sabtu Bersama Bapak

Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : GagasMedia
Tahun terbit : Juni 2014
Cetakan : Pertama
Tebal : 278 hlm
Harga : 48.000

Pada kesempatan ini, saya akan meresensikan buku Sabtu Bersama Bapak karya Adhitya Mulya. Buku tersebut tergolong novel. Sebelum saya meresensikan, kita perlu mengetahui pengertian resensi itu sendiri, setelah tau akan pengertian resensi tersebut, kita juga patut tahu tujuan dari resensi itu apa. Menurut Gorys Keraf, resensi adalah tulisan yang berisi tentang ulasan atau penilaian terhadap suatu karya tulis atau buku. Oleh karena itu, resensi lebih dikenal dengan istilah ulasan atau bedah buku. Tujuan resensi menurut Gorys Keraf adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai suatu karya tulis ditinjau dari segi keunggulan serta kelemahan.


Novel SBP ( Sabtu Bersama Bapak) saya akan menjelaskan dengan menggunakan teori Gorys Keraf, yang dimana teori tersebut ada 4 poin. Yang pertama ada poin latar belakang, di latar belakang mencakup tema, ringkasan, identitas, dan pengenalan pengarang. Di tema saya memberikan judul Pesan bapak di dalam handycam, karena bapak Gunawan disini memberikan banyak pelajaran melalu sebuah handycam. Ringkasan yang saya petik dari novel tersebut adalah Seorang bapak yang memberikan banyak pelajaran kepada anak-anaknya melalui video yang direkam dalam handycam, dan ditonton dalam waktu yang tepat. Dan novel SBP ini adalah novel ke-5 Adihitya, dan saat tahun 2013 tepat 10 tahun Adhitya berkarier dibidang menulis.


Lalu lanjut ke Nilai buku, yang dimana dapat saya pahami dari novel tersebut mempunyai banyak hikmah yang bisa kita petik. Mulai dari seorang bapak yang mengajari banyak hal dari sebuah video, yang dimana si bapak tidak akan bertahan lama hidupnya. Buku ini pantas dibaca untuk kalangan remaja, dewasa bahkan orang tua. Dan buku Sabtu Bersama Bapak akan di film kan (dibulan April) dan sudah masuk cetakan keempat belas ditahun 2015. Novel SBP ini berjenis fiksi karena bukunya bersifat novel.


Keunggulan novel ini, dari covernya saja sudah bagus, menurut saya tidak terkesan norak, malah lucu dan membuat para pembeli ingin membelinya, dengan judul yang unik, sampul novel yang tidak mencolok warna. Untuk kertas novel ini saya suka, karena tidak licin, namun warna kertas tersebut cepat menguning. Dari animasi yang dibuat untuk bab yang sedang membahas bapak Gunawan sedang berbicara di handycam ada animasi seperti layar handycam, menurut saya disana ada unsur estetika yang bagus. Untuk struktur kalimat, menurut saya kalimatnya bisa dipahami, bahasanya tidak kaku dan terkesan bahasa kesehari-harian kita saja. Namun, hubungan antara kalimatnya terkesan agak sulit, karena Hubungan antara kalimat dari bab ke bab lainnya tidak jelas awalnya,karena alurnya yang maju-mundur, mundur maju. Tetapi jika kalian membaca dari awal pasti akan bisa merangkai cerita yang disuguhkan. 



3 komentar:

  1. Resensi yang dijelaskan oleh Ulya Yurifta sudah baik, dengan menjelaskan teori Gorys Keraf yang terdiri dari 4 aspek dan penjelasannya pun runtut karena tidak jauh dari teori tersebut. Akan tetapi, di bagian ringkasan, Ulya hanya memaparkan cerita sangat sedikit, tidak memperkenalkan siapa saja tokohnya atau sedikit saja mengulas cerita tersebut. Dan dalam pengenalan pengarang, Ulya sebaiknya menjelaskan secara singkat bagaimana biodata pengarang dan buku apa saja yang sudah diterbitkan oleh pengarang tersebut, agar pembaca dapat mengetahui sedikit informasi tentang pengarang.

    BalasHapus
  2. Setelah membaca resensi yang telah dibuat oleh Ulya Yurifta, saya menilai baik resensi ini karena sudah mencakup keempat aspek pembuatan resensi yang diperkenalkan oleh Gorys Keraf. Dalam hal ini Ulya telah berupaya memberikan informasi mendetil kepada khalayak agar mampu menarik daya pikat pembaca terhadap buku yang diresensinya. Namun, bagi saya resensi ini masih sedikit bersifat subjektif oleh sebab menggunakan pronomina 'saya' dalam tiap paragrafnya. Meskipun saya sendiri pun belum tahu indikator baik atau buruknya suatu resensi diluar teori yang diperkenalkan oleh Gorys Keraf.

    BalasHapus
  3. Setelah membaca resensi yang telah dibuat oleh Ulya Yurifta, saya menilai baik resensi ini karena sudah mencakup keempat aspek pembuatan resensi yang diperkenalkan oleh Gorys Keraf. Dalam hal ini Ulya telah berupaya memberikan informasi mendetil kepada khalayak agar mampu menarik daya pikat pembaca terhadap buku yang diresensinya. Namun, bagi saya resensi ini masih sedikit bersifat subjektif oleh sebab menggunakan pronomina 'saya' dalam tiap paragrafnya. Meskipun saya sendiri pun belum tahu indikator baik atau buruknya suatu resensi diluar teori yang diperkenalkan oleh Gorys Keraf.

    BalasHapus