Jumat, 03 Juni 2016

Resensi Novel Hujan Oleh Riska Yuvista



Hujan Perantara Rindu


Judul Buku: Hujan
Penulis :Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku : 320 halaman
Harga : 68.000
ISBN :978-602-03-2478-4
Lail mengangguk, menyeka matanya. Dia sedang menangis. Air hujan membuat air matanya tidak terlihat. “Kita harus mencari tempat berteduh, sebelum hujan deras,” anak laki-laki itu berkata pelan. Dia lantas memegang lengan Lail, mengajaknya berlari menembus gerimis sekaligus riuh rendah akibat gempa (halaman 33). Itulah pertama kali Lail bertemu dengan Esok. Seorang anak laki-laki berusia tiga tahun lebih tua darinya.
Lail seorang anak belia yang mesih duduk di bangku SMA dan tinggal di sebuah panti, sejak saat itu ia tergabung dalam organisasi relawan bersama Maryam, sahabatnya. Sementara Esok yang membunyai nama asli Soke Bahtera ialah pria yang Lail kenal ketika gempa vulkanik, saat itu Lail menyelamatkan Esok, sejak saat itu mereka menjalin hubungan yang lebih dekat. Mereka saling memendam rasa, namun Lail ragu akan perasaannya kepada Esok perihal mereka berasal dari keluarga yang memiliki status sosial yang berbeda, Esok merupakan anak angkat walikota, sementara Lail hanyalah seorang anak yang tinggal di panti. Namun, perihal itu bukan menjadi permasalahan bagi nya, mereka tetap berhubungan baik, Lail begitu dekat dengan keluarga Esok. Akan tetapi, semenjak esok berkuliah di kota, ia semakin sibuk dengan tugas-tugasnya, ditambah dengan projek mereka hanya mempunyai waktu bertemu satu kali dalam setahun. Sembari menunggu Esok kembali, Lail menyibukkan diri dengan bergabung di organisasi relawan sambil sesekali mengunjungkin ibu Esok dan membantunya membuat kue. Beberapa tahun kemudian, Lail dan Maryam lolos di salah satu perguruan tinggi keperawatan, ia pun menjadi sibuk dengan kegiatan perkuliahannya dan organisasi, hal itu membuat Lail sedikit bisa memendam rindu kepada Esok.
Esok memiliki seorang adik angkat perempuan bernama Claudia, ia amat cantik dan berasal dari keluarga terhormat, membuat Lail khawatir dan merasa cemburu. Sebab, Esok dan Claudia hanyalah saudara angkat, Esok pun tidak pernah menunjukan tanda-tanda atau mengungkapkan perasaannya kepada Lail. Lail selau menunggu Esok kembali tanpa kepastian. Ia bercerita tentang perasaannya untuk Esok kepada sahabatnya, Maryam. Setelah mendengarkan semua ceritanya, Mariam memberikan nasihat dan pengertian kepada Lail bahwa “Ada orang yang sebaiknya hanya menetap dihati kita saja, tetapi tidak bisa tinggal dihidup kita, maka biarlah itu tinggal apa adanya, biar tinggal di hati dan diterima dengan lapang dada. Toh, dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik, justru memberikan kedamaian”.Sejak saat itu Lail memutuskan untuk melupakan Esok dan pergi ke dokter Elijah untuk menghapus semua kenangan tanpa kepastian tentang Esok.
Tere Liye menceritakan kisah rumit ini  menggunakan alur mundur, dengan membuat pembaca penasaran, bahkan harus menyelesaikan cerita untuk memahami secara keseluruhan. Kisah ini diceritakan dengan kalimat-kalimat yang santai dan mudah dipahami, siapapun yang membaca kisah ini akan hanyut di dalamnya. Pada bagian belakang buku tidak terdapat sinopsis cerita, hanya beberapa analogi dari bagian cerita yang diungkapkan dan buku tersebut tidak mencantumkan biografi penulis.

2 komentar:

  1. Pertama-tama, saya sedikit kebingungan karena Riska yang tidak merujuk pada teori Resensi Gorys Keraf. Namun saya pribadi tidak masalah, karena bagaimanapun kita disuruh merujuk pada teori itu agar mempermudah kita saja untuk saling berkomentar.
    Maka secara subjektif saya akan mengomentari resensi ini, yakni saya amat menyayangkan Riska yang terlalu banyak mengutip dan menceritakan isi novel Hujan - Tere Liye. Diluar itu semua, seperti kekurangan dan kelebihan buku hanya ada pada paragraf akhir yang porsinya amat sedikit dan pembahasannya kurang.

    BalasHapus
  2. Pertama-tama, saya sedikit kebingungan karena Riska yang tidak merujuk pada teori Resensi Gorys Keraf. Namun saya pribadi tidak masalah, karena bagaimanapun kita disuruh merujuk pada teori itu agar mempermudah kita saja untuk saling berkomentar.
    Maka secara subjektif saya akan mengomentari resensi ini, yakni saya amat menyayangkan Riska yang terlalu banyak mengutip dan menceritakan isi novel Hujan - Tere Liye. Diluar itu semua, seperti kekurangan dan kelebihan buku hanya ada pada paragraf akhir yang porsinya amat sedikit dan pembahasannya kurang.

    BalasHapus