Minggu, 05 Juni 2016

Pulang sebagai Refleksi Kerinduan (Resensi oleh Mia Karnia Sari)


Ia bernama Leila S. Chudori. Karya-karya awal wanita yang pernah mengenyam pendidikan di Victoria ini pertama dipublikasikan saat ia berusia 12 tahun di majalah Si Kuncung, Kawanku & Hai. Kemudian, buku kumpulan cerita pendeknya Malam Terakhir telah diterjemahkan kedalam bahasa Jerman. Sejak tahun 1989 hingga kini ia bekerja sebagai wartawan di majalah berita Tempo.
Setelah karya-karya terdahulu, Leila kini menelurkan novel yang berkisah tentang kehidupan Dimas Suryo seorang eksil politik dan ketiga kawannya antara lain Tjai, Risjaf, dan Mas Nug. Hidup mereka digelayuti oleh kewaspadaan hingga harus berpindah secara tak menentu dari Negara satu ke negara yang lainnya, demi menghindari kejaran dari aparat negaranya Indonesia. Bahkan mereka diharamkan untuk menginjak tanah airnya Indonesia. Leila menyertakan kisah asmara tiga generasi yang selanjutnya kisah mulai terfokus pada Lintang Utara, puteri dari hasil perkawinan Dimas dengan Viviene wanita berdarah Prancis. Lintang akan menjadi saksi mata penyebab terjadinya kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia. Dalam novel Pulang, Leila secara berkesinambungan melibatkan tiga peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia: G 30 S PKI pada tahun 1965, revolusi mahasiswa yang berlatar di Prancispada Mei 1968, dan runtuhnya rezim Orde Baru di Indonesia.
Novel berjudul Pulang ini diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Diterbitkan pertama pada bulan Desember tahun 2012. Ketebalannya kurang lebih13,5 x 20 cm, viii + 464 halaman.
Kisah dalam novel ini disuguhkan dengan alur maju-mundur. Meski begitu, hal ini tak mengurangi antusiasme pembaca dalam menelusuri jalan kisah yang cukup kompleks.
Kelebihan yang Nampak dalam novel ini ialah gaya Leila yang mengisahkan romansa tiga generasi dengan latar belakang peristiwa sejarah. Sehingga, nuansa sejarah yang dihadirkan terasa lebih ringan dan mengalir tanpa mengurangi nilai-nilai yang ingin disampaikan Leila kepada pembaca.
Namun, novel ini banyak memfokuskan kisah percintaan yang agak mengusik jalan cerita. Hawa-hawa sensual yang ditiupkan Leila dalam novel ini mampu mengurangi focus pembaca dalam memahami isi novel. Hal ini amat disayangkan oleh pembaca.
Teknik penyampaian kisah dalam novel ini menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dengan diselingi metafora. Sehingga pembaca tidak cepat bosan dalam rangka menyelesaikan bacaannya. Teknik lain ialah berkaitan dengan bentuk fisik novel. Novel Pulang ini dijilid dengan kuat namun kertas mudah kusam. Terkadang, hal ini agak mengecewakan pembaca. Sebab dirasa mampu mengurangi kenyamanan dalam membaca.
Novel Pulang mampu mengemas rindu dengan cara yang yang hebat. Rangkaian peristiwa bersejarah yang dihadirkan dalam novel Pulang dituliskan dengan begitu ringan dan mengalir. Leila amat pandai merajut imajinasi pembaca tanpa menggunakan deskripsi yang heboh dalam novel ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar