Minggu, 05 Juni 2016

Ringkasan Landasan Teori Skripsi Berjudul “Redundansi pada Koran Harian Warta Kota Rubrik Bodetabek Plus“ Ilham Fauzie




            A. Ragam Jurnalistik
            Ragam jurnalitik menurut Abdul Chaer termasuk ke dalam variasi bahasa berdasarkan dari segi pemakaiannya. Berdasarkan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya, ragam bahasa disebut fungsiolek, ragam atau register. Ciri tertentu ragam jurnalistik yaitu bersifat sederhana, komunikatif dan ringkas.
            Untuk penyampaian berita kepada semua kalangan, gaya bahasa yang digunakan pada ragam bahasa jurnalistik bersifat baku dan formal. Menurut Rosihan Anwar, bahasa yang digunakan wartawan dinamakan bahasa pers yang definisinya adalah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas seperti singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Menurut ahli bahasa J.S Badudu, bahasa jurnalistik harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik agar dapat dipahami oleh semua kalangan pembaca dan pendengar.
            Kesederhaan struktur dan pola kalimat jurnalistik harus tercapai. Kalimat yang panjang, bertele-tele, atau susunan kata yang rumit wajib dihindari. Yang harus dipatuhi dalam kalimat jurnalistik adalah logis, diawali huruf kapital, sederhana dan ringkas (mengandung, menarik, lugas, deklaratif dan informatif.
           


            B. Kalimat Efektif
            Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat dipahami sebagai entitas kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis sama dengan ide atau gagasan yang ada pada pembaca.
            Pada bentuk kalimat efektif, ada empat prinsip yang harus dipenuhi untuk mengkonstruksi kalimat efektif. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a. Prinsip kesepadanan bentuk atau kesepadanan struktur: kalimat itu harus disusun dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan kesepadanan bentuk atau kesepadanan struktur. Prinsip kesepadanan strtuktur adalah adanya keseimbangan antara ide atau pikirian yang dimiliki oleh seseorang dengan bentuk kalimat atau struktur kalimat yang digunakan.
b. Prinsip keparalelan bentuk: kesajajaran atau kesamaan bentuk atau jenis kata yang digunakan di dalam kalimat itu.
c. Prinsip ketegasan makna: fakta pengulangan pengulangan bentuk  kebahasaan yang dilakukan secara proposional. Pengulangan yang tidak proposional (berlebihan) akan mengerdilkan makna.
d. Prinsip kehematan kata: tidak melakukan pemborosan kata sehingga menjadi kalimat yang hemat, tidak berbelit-belit, dan tidak rumit.
            C. Kalimat Hemat Jurnalistik
            Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna. Unsur kehematan yang perlu diperhatikan adalah pengulangan subjek kalimat, hiponim,  pemakaian kata depan, pemakaian kata sambung, pemakaian kata mubazir, pemakaian kata dan kalimat rancu (kalimat rancu dan kerancuan susunan kata, kerancuan bentuk kata), pemakaian akronim.
            D. Rubrik Bodetabek Plus
            Menurut Onong Uchjana Effendy, rubrik merupakan istilah Belanda yang berarti rauangan pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan. Bentuk teks pada rubrik adalah artikel eksposisi. Rubrik Bodetabek Plus adalah ruang pada surat kabar yang memuat berita berdasarkan wilayah Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan tema-temanya adalah kriminalitas, kesehatan, teknologi, bencana alam, politik, ekonomi, dan sosial.
            E. Hakikat Semantik
            Semantik adalah ilmu yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda  yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lainnya, dan seberapa besar berpengaruh terhadap manusia juga masyarakat. Objek studi semantik adalah makna dalam keseluruhan sistematika bahasa.
            Menurut Abdul Chaer, kajian semantik membahas jenis makna, relasi makna, medan makna, dan komponen makna. Jenis makna dibagi menjadi makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual, makna referensial dan non referensial, makna denotatif dan konotatif, makna konseptual dan asosiatif, makna kata dan istilah, dan makna idiom dan peribahasa. Relasi makna dibagi dibagi menjadi sinonimi, antonimi, homonimi, hiponimi, ambuitas, dan redudansi.
           
            F. Redundansi
            Menurut John B. Carol dalam Hamid Hasan Lubis, rendundansi atau pemborosan adalah bila bobot informasi yang dikandung sebuah simbol yang diucapkan lebih sedikit atau kurang dari jumlah unsur yang mendukung simbol itu. Dapat juga dikatakan pemborosan adalah bila ada perbedaan antara kapasitas dari sebuah ucapan dengan informasi yang didukungnya. Menurut Dendy Soegono, istilah rendundansi diungkapkan sebagai kesalahan diksi dalam hal penggunaan dua kata.
a. Satuan Lingual Redundansi
            Menurut Messenger dan Taylor, bentuk yang mengandung dua kata atau lebih, yang tidak diperlukan karena memiliki arti yang sama juga merupakan bentuk redundansi. Menurut McMahan dan Hari, redundansi  terjadi antara kata-kata dan frase dalam. Terdapat bentuk atau pola rendundansi baik antara kata-kata dan frase dalam. Umumnya, rendundansi terjadi pada frase yang terkandung hal yang sama.
b. Tipe Redundansi
            Menurut Wilbers, Brannan, dan Williams, redundansi memliki tiga jenis yaitu: pasangan redundasi, pengubah rendundansi,  dan kategori redundansi. Pasangan redundansi atau pasangan berlebihan adalah dua kata atau informasi yang memliliki makna yang mirip. Pengubah redundansi berisi kata kepala dan pengubah kata yang memiliki informasi yang sama. Jika berlebihan,  fungsi pengubah tidak berguna. Pemotongan pengubah atau menemukan kata utama adalah cara menghapus pengubah redundansi. Kategori redundansi adalah penambahan kategori umum kata yang tujuannya sebagai penjelas, tetapi itu membuat redundansi.
            G. Fungsi Redundansi
            Menurut Gillete Marie, tujuan dan fungsi dari redundansi adalah memperjelas pengertian akan sesuatu, menyelesaikan masalah ambiguitas, mengisolasi fitur, kontras perbandingan, penekanan dan memberikan efek puitis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar