1.
PENDAHULUAN
Karya
sastra adalah suatu proses penciptaan kreatif yang merupakan refleksi kehidupan
dari pengarangnya. Proses kreatif tersebut dapat berupa pengalaman, pemikiran,
ide, semangat, dan keyakinan yang dituangkan pengarang melalui tulisan. Tulisan
yang dihasilkan dapat berwujud menjadi karya sastra yang berupa prosa maupun
puisi, dimana hal tersebut tidak terlepas dari unsur latar belakang sosial.
Dalam hal ini, melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problema
kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.
Dunia sastra adalah gambaran kecil tentang kenyataan yang ada di
masyarakat. Bentuk cerita disajikan dalam bentuk kehidupan masyarakat, yang
dilengkapi dengan unsur-unsur imajinasi pengarang. Bahkan, sastra sendiri
secara populer dianggap sebagai suatu karya yang menghadirkan suatu dunia
imajiner kepada pembacanya. Dalam ranah sastrawi, tinjauan yang memusatkan pada
pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat disebut sosiologi sastra.
Sosiologi sastra adalah telisik karya sastra yang mengungkapkan
pengarang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal,
ideologi politik dan soaialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
Dalam disiplin sastra, kajian sosilogi
memusatkan perhatiannya dengan telaah karya sastra yang diyakini
mencerminkan prses dan aktivitas kemasyarakatannya.
Salah satu jenis karya sastra yang dapat di kaji ialah cerpen.
Cerpen merupakan jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita
tentang kehidupan manusia melalui tulisan pendek. Cerpen biasanya ditulis
secara fiktif meskipun berdasarkan realitas sosial yang ada. Sekecil apapun,
realitas sosial jelas sebuah sejarah hidup manusia (Suwardi Endraswara : 2012 :
1).
Dalam penelitian ini, peneliti
hendak menggunakan objek kajian
cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan. Pembaca mungkin sudah mengenal
sosok Korrie Layun Rampan, beliau adalah seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia
yang berkelahiran di Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam cerpen Belian, Korrie bercerita mengenai tokoh
Sentaru yang hidup di Temula, dimana dalam lingkungannya menganut kebiasan membeliani orang . Kebiasan di Temula
mengenai tradisi Belian dalam masyarakat suku Dayak menjadi momok
bahwasannya segala penyakit dapat disembuhkan melalui upacara Belian. Sedangkan, Sentaru sendiri yang
menjadi sarjana kedokteran menjadi bahan olok-olokan dikampung Temula oleh
karena profesi kedokteran dianggap sebagai profesi priyayi kedokteran. Dalam
hal ini, Sentaru merasa pasrah terhadap pemikiran masyarakat yang saklek terhadap suatu tradisi. Di sisi
lain, sang Ibu mendukung Sentaru untuk tetap mempertahankan profesinya sebagai
dokter demi mengubah satu generasi.
Pemilihan cerpen Belian karya
Korrie Layun Rampan dalam penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1) Pertama, cerpen ini merupakan
karya yang ditulis oleh pengarang yang berasal dari suku Dayak, sesuai dengan
isi cerita yang diangkat dalam cerpen ini,
2) Tradisi yang saklek dalam
cerpen ini banyak mengungkapkan realitas
sosial yang ada di masyarakat Dayak sehingga mempengaruhi tentang bagaimana
masyarakat berinteraksi untuk menerima suatu pembaharuan.
Untuk dapat meneliti tentang bagaimana masyarakat dalam suatu karya
sastra, maka kajian ini cocok dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra dimana
karya sastra menganut prinsip-prinsip kemasyarakatan. Dalam penelitian ini,
peneliti hendak menggunakan judul Realitas Sosial Masyarakat Dayak dalam cerpen
Belian karya Korrie Layun Rampan :
Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra.
2.
KERANGKA TEORI
Belian karya Korrie Layun Lamban dianalisis dengan dua teori yang
saling berkaitan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
teori realitas sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
1.
Hakikat Sosiologi Sastra
Pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini
disebut sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan gabungan kata sosiologi
dan sastra. Sosiologi sastra berfungsi
untuk menganalis hubungan karya sastra dengan suatu kelompok sosial, hubungan
antara selera massa dan kualitas suatu karya cipta sastra, serta hubungan
antara gejala sosial yang timbul disekitar karyanya. Damono (1978:6) memberikan definisi sosiologi sastra sebagai telaah yang
objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat. Sosiologi sastra
berhubungan dengan masyarakat dalam menciptakan karya sastra tentunya tak lepas
dari pengaruh budaya tempat karya sastra dilahirkan.
Menurut Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1999 : 3), pengklasifikasian
kajian sosiologi meliputi tiga hal, pertama sosiologi pengarang yang mempermasalahkan
atau membahas tentang status sosial, idiologi, sosiologi, dan sebagainya yang
menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra
yang mempermasalahkan unsur-unsur pembentuk suatu karya sastra itu sendiri. Hal
tersebut membahas hal yang menjadi pokok permaslahan. Ketiga, sosiologi sastra
yang mempermaslahkan pembaca dengan pengaruh sosial karya sastra.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian.
Pendekatan sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang
bertumpu pada karya sastra sebagai objek yang dibicarakan.
2.
Teori Realitas Sosial
Realitas sosial adalah penungkapan
tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti
aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan
pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
Konstruksi Sosial atas
Realitas (Social Construction of Reality) didefinisikan sebagai
proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok
individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan
dialami bersama secara subjektif. Teori ini berakar pada paradigma
konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang
diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas. Individu menjadi
penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya, yang
dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol
struktur dan pranata sosialnya. Dalam proses sosial, manusia dipandang sebagai
pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
3.
METODE PENELITIAN
Objek kajian dalam penelitian ini ialah
cerpen Belian karya Korrie Layun
Rampan. Fokus dalam penelitian ini adalah realitas sosial masyarakat dayak.
Aspek yang diteliti yakni latar sosial yang ada di masyarakat dayak dengan
menghubungkan realitas yang ada.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif kualitatif artinya menganalisis bentuk deskripsi
tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar-variable. Hasil
penelitian berisikan kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan
ilustrasi. Metode deskriptif dalam dalam penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai yang terjadi di masyarakat dayak dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan.
4.
ANALISIS
Cerpen Belian karya Korrie
Layun Rampan mengungkap kehidupan masyarakat suku Dayak di Kalimantan Timur.
Berdasarkan penceritaan pengarang di dalam cerpen Belian mengulas tentang adat istiadat suku Dayak. Belian merupakan
tradisi pengobatan ritual yang memiliki
fungsi layaknya seorang dokter. Namun, secara tradisional pemelian ini memiliki
cara tersendiri untuk meyembuhkan penyakit. Kepercayaan akan keahlian seorang
pemelian memang tak lepas dari kondisi permukiman warga Suku Dayak. Dalam
ritual Belian sebenarnya tak hanya sekadar prosesi pengobatan semata. Tapi, di
dalamnya terkandung sebuah ikatan sosial, yang menjadi perekat nilai
kebersamaan di antara masyarakat Dayak. Meski secara keagamaan mereka telah
menganut agama samawi, kepercayaan adat terhadap leluhur masih tetap dipegang
teguh.
Dahulu aku kenal benar dengan segala gerak dan tarian
belian, suatu upaya pengobatan untuk orang sakit. Bahkan aku pernah belajar
beberapa bahasa mantra salah satu jenis belian bawo yang banyak digunakan
masyarakat setempat untuk mengusir roh-roh jahat. –Hal. 208
Bila kita perhatikan kutipan diatas, si
tokoh ‘aku’ megungkapkan ingatannya pada ingatan masa kecil mengenai tradisi
belian. Si tokoh aku juga menyatakan bahwa belian biasa digunakan dalam masyarakat
suku Dayak.
Ibu sebenarnya yang membuat
aku jadi terpisah dari suasana desa dengan segala rona yang tersulam di
dalamnya. –Hal 209
Pada kutipan diatas, penulis berusaha menggambarkan latar tempat
dimana tradisi belian di jalankan.
Ibu mengadakan selamatan
merayakan keberhasilanku dan ia menjual beberapa guci antik peninggalan kakek
untuk biaya kuliahku di Surabaya. Tak sempat lagi aku kembali ke Temula karena
aku harus mengejar tahun ajaran baru. –Hal 212
Temula yang bermakna temu dan mula menunjukkan bahwa
di tempat itulah mula pertama ditemukan umat manusia. Mungkin karena mereka
Adam dan Hawa yang menurut versi Ibu berupa Pangeran Perjadiq-putra langit-yan
bertemu dengan berkembang biak dan memenuhi bumi dan menurunkan berbagai
tradisi yang mengikat semua warga pada kondisi asli sebuah puak. –Hal 212
Ketika kita perhatikan kutipan diatas, jelas digambarkan bagaimana
latar yang ada di dalam cerpen belian ini
yaitu suasana digambarkan sesuai dengan realitas sosial yang ada dimasyarakat
suku Dayak itu sendiri.
Telah menjadi kesepakatan bersama bahwa dokter
merupakan profesi priyayi modern. Akan tetapi aku diterima dengan cemooh oleh
orang-orang yang sudah berumur yang mengenal siapa aku. –Hal 213
Pada kutipan tersebut, kita bisa mendapati bagaimana kondisi
kemasyarakatan Temula yang saklek pada
kepercayaan kolot serta tidak mau menerima pembaharuan.
Banyak yang menolak pertolongan dokter; terutama yang
tua-tua. Kenyataan ini membuat aku menjadi gamang, mengapa pertolongan kebaikan
berdasarkan dan akal sehat ditolak, sementara sesuatu yang musykil justru
diterima dengan keyakinan sepenuh hati? –Hal 215
“Orang sini lebih menghormatiku sebagai anak seorang
polisi dan cucu kepala adat, bukan karena aku dokter: Ibu ingat kan? Bahkan
seorang nabi sulit diterima oleh bangsanya sendiri, Ia harus berjuang
menegakkan kebenaran. Dan aku tak punya kesabaran seperti nabi”, aku berkata
putus asa. –Hal. 216
Pada kedua kutipan diatas, si tokoh aku merasa tertekan karena
adanya konflik yang timbul. Konflik tersebut berasal dari masyarakat sekitar
yang menganggap tokoh aku aneh lantaran berprofesi sebagai dokter.
5.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian diatas, analisis cerpen Belian dengan menggunakan realitas sosial yang ada dimasyarakat
suku Dayak didapati bahwa masyarakat suku Dayak menentang adanya
pikiran-pikiran pembaharuan serta lebih konsisten dalam mempertahankan tradisi
dalam sukunya. Dalam hal ini, terdapat individu merasa tertekan apabila tidak dapat diterima
di suatu masyarakat tersebut.
DAFTAR
RUJUKAN
Endraswara, Suwardi.
2013 . Teori Kritik Sastra: Prinsip, Falsafah, dan Penerapan.
Yogyakarta
:
CAPS (Center for Academic Publishing).
Endraswara, Suwardi.
2012 . Teori Pengkajian Sosiologi Sastra.
Yogyakarta : UNY Press.
Wellek, Rene, Austin Warren. 2014 . Teori Kesusastraan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka
Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar