Sabtu, 04 Juni 2016

RESENSI BUKU SEJUTA RASANYA oleh Ria Tri Rahayu

Sejuta Cerita dari Tere Liye


Seorang penulis tentu akan menulis bagaimana pendapatnya tentang suatu hal. Tentang cara ia memandang kehidupan, tentang bagaimana ia ingin pembacanya tahu apa yang menjadi keresahannya. Tidak terkecuali bagi Tere Liye, penulis dengan sejuta pembaca ini meluncurkan buku fiksi terbaru pada tahun 2012 berjudul "Berjuta Rasanya". Tere Liye adalah nama pena dari Darwis.
Ia adalah salah satu penulis best seller yang telah menerbitkan sekitar 21 buku. Beberapa bukunya telah diadaptasi dalam bentuk film. Berbeda dari penulis yang lain, Tere Liye tidak ingin kehidupannya diketahui publik. Sedikit biodatanya yang beredar di internet. Bahkan pada halaman terakhir setiap bukunya, yang lazimnya adalah biografi penulis Tere Liye tidak mencantumkan sedikitpun mengenai kehidupannya.
Cerita yang dituangkan oleh Tere Liye dalam bukunya kali ini berisi tentang perasaan orang-orang yang sedang jatuh cinta dengan penuh rasa dan warna yang berbeda-beda. Terdapat 15 cerpen dengan tema yang sama yaitu tentang cinta. Buku terbitan Mahaka Publishing pada tahun 2012. Buku ini tidak begitu tebal, hanya 205 halaman. Harga yang tidak begitu mahal dibandingkan bukunya yang lain, hanya empatpuluh ribu rupiah. Kumpulan cerpen ini berpenampilan sederhana, dengan kulit buku putih dan terdapat pohon yang terbuat dari gabungan gambar hati berwarna-warni dengan judul berwarna ungu ditambahkan logo best seller di bawah nama penulis. Hanya saja kertas yang digunakan mudah muncul bercak kuning.
Dibuka dengan sebuah cerpen yang mengisahkan seorang perempuan bernama Vin dan mempunyai sahabat bernama Josephine. Merasa dirinya tidak menarik, suatu hari ia berdoa kepada Tuhan agar ia cantik namun tidak berhasil. Justru orang-orang disekitarnya yang bertambah cantik. Sebuah kutipan yang menohok dari cerpe ini adalah sebagai berikut: Seseorang yang mencintaimu karena fisik maka suatu hari juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk (Halaman 26).
Menggunakan bahasa yang tidak rumit, ada beberapa gaya bahasa seperti mendongeng. Meskipun cerpen-cerpen Tere Liye dalam buku ini berkesan mendalam namun sarat akan makna dan menyadarkan kita tentang cinta anak muda yang berjuta rasanya. Bagi seorang penulis yang terbiasa menulis buku dengan tema kehidupan yang rumit buku ini begitu ringan untuk ukuran penulis seperti Tere Liye. Semoga dengan membaca buku ini muncul pemahaman baik bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama dengan kita, tidak peduli sesederhana apapun itu.


3 komentar:

  1. Resensi yang dibuat oleh Ria Tri Rahayu sudah baik, akan tetapi informasi mengenai detail buku harus dibedakan dalam beberapa paragraf agar tidak membuat pembaca merasa bingung, diantaranya paragraf yang menerangkan informasi buku disatukan dengan keunggulan buku dari segi teknik, ada baiknya dari segi unggulan buku disatukan dalam pembahasan yang sama, sehingga runtut. Juga seperti kutipan yang disertakan dalam resensi tersebut, ada baiknya di pisah dalam paragraf sendiri dan dibuat dengan italic, agar memudahkan pembaca mengetahui kutipan tersebut.

    BalasHapus
  2. saya setuju dengan komentar yang dipaparkan oleh claudia. secara keseluruhan isi resensi yang dibuat oleh ria sudah mengikuti kaidah-kaidah teori resensi dari Gorys Keraf. akan tetapi menurut saya resensi tersebut terlalu singkat.
    selain itu, seharusnya Ria memberi judul terhadap resensi tersebut. seperti pada tugas yang lalu, terdapat resensi buku "Melipat Air: Budaya Pendekar Tionghoa" yang resensinya diberi judul "Pesan Dagang dan Pesan Politik".

    BalasHapus
  3. Resensi yang sudah dipaparkan oleh Ria sudah baik, akan tetapi lebih baik kembali untuk menggunakan spasi antar paragraf 1 dengan yang lainnya, agar tidak membingungkan pembaca. Keunggulan buku tidak disatukan dalam 1 paragraf, dan dalam resensi masih kurang menjelaskan dalam segi organisasi, bagaimana alur dari cerita ke cerita.

    BalasHapus