Rabu, 15 Juni 2016

ANALISIS HIERARKI KEBUTUHAN TOKOH SENTARU DALAM CERPEN BELIAN KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN Pendekatan Psikologi-Abraham Maslow Oleh Yudha Prasetya (UAS)





Pendahuluan
            Sentaru sebenarnya ingin terus menjaga budaya belian di kampung halamannya. Tetapi Sang Ibu lebih menginginkan agar ia menjadi dokter untuk membawa perubahan di kampung halamannya agar tak lagi menjadi masyarakat yang menganut animisme. Sebagai seorang manusia tentu hal itu membuat bingung Sentaru. Hal ini akan berpengaruh pada psikologi Sentaru.
            Cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan ini sebenarnya banyak membahas budaya belian. Namun terselip juga permasalahan konflik batin tokoh utama di dalamnya. Seperti yang dijelaskan di atas hal tersebut akan berpengaruh pada psikologisnya. Sentaru sendiri menurut dengan ibunya untuk mengenyam pendidikan di kota. Padahal ia ingin terus berada di kampung halamannya. Perbedaan lingkungan sekitar juga turut mempengaruhi psikologinya sehingga unsur psikologi di dalamnya sebenarnya cukup kental.
            Untuk itu penulis ingin mencoba menganalisis kepribadian Sentaru dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan. Dengan konflik batin yang ada dalam dirinya maka akan memengaruhi psikologisnya. Penulis akan mencoba menganalisis kepribadian tersebut dengan psikologi milik Abraham Maslow di mana akan terfokus pada fisiologi, rasa aman, cinta, dan harga diri, dan aktualisasi diri.
Kerangka Teori
            Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Untuk melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Pendekatan psikologi yang banyak bersandar kepada psikoanalisis, yang dikembangkan Freud setelah melakukan berbagai penelitian, bahwa manusia banyak dikuasai oleh alam batinnya sendiri. Menurut Maslow dalam Albertine Minderop  (2011:49) tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan.
            Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berati jiwa, dan logos ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson, 1996:7). Pembawaan yang  mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan. Itu yang disebut kepribadian menurut Santrock.
            Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu juga pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.
            Dengan adanya keterkaitan antara bidang sastra dengan psikologi tak dapat dihindarkan terjadinya beberapa kekeliruan dan kesalahpahaman penerapan teori ini. Pertama, tanpa disadari para peneliti sangat bersemangat menggiring telaah sastra terlalu dalam ke wilayah psikologi. Kedua, mereka kerap kali melakukan telaah karya sastra melalui pendekatan psikologi berujung pda hasil analisis yang berbau mistik (Guerin et al., 1979:122). Ketiga, mereka yang bergumul di dalam bidang psikologi seringkali tidak memahami kaidah menelaah karya sastra secara komprehensif.
Maslow menyampaikan teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut, kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang paling mendasar ialah kebutuhan fisiologis; bila kebutuhan ini belum tercapai maka individu tidak akan bergerak mencapai kebutuhan di atasnya. Teori kebutuhan bertingkat, menurut Maslow, semua motif, termasuk reduksi tensi dan lainnya, tergabung dalam suatu skema.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri tokoh Sentaru dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mendeskripsikan data yang berupa kutipan-kutipan dari cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan secara objektif, yaitu pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra.
Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penulis menggunakan bentuk kualitatif dalam penelitian ini dikarenakan dengan menggunakan bentuk ini, akan lebih mudah diterapkan untuk penelitian yang menggunakan manusia sebagai instrumen kunci. Dengan bentuk kualitatif, penulis akan berusaha mendeskripsikan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri tokoh Sentaru dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan.
Analisis
            a. Fisiologis
            Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks , tidur, dan oksigen. Dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan tidak terdapat aspek fisiologis karena tidak digambarkan bagaimana tokoh bertahan hidup entah dengan tidurnya, makan, atau seks sekalipun tak pernah disinggung di dalam cerpen.
            b. Rasa Aman
            Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut Maslow dengan kebutuhan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini di antaranya adalah rasa aman fisik. Untuk aspek rasa aman, beberapa digambarkan dalam cerpen seperti misalnya,
            Ibu memang turunan ayahnya seorang kepala adat. Atau “Orang sini lebih menghormatiku sebagai anak seorang polisi dan cucu kepala adat, ....” yang menjelaskan bahwa ia sebenarnya memiliki rasa aman karena tak akan mungkin diganggu oleh orang lain karena ia anak polisi dan cucu dari kepala adat.
            c. Rasa Memiliki dan Kasih Sayang
            Kebutuhan selanjutnya adalah rasa memiliki dan kasih sayang yang mana akan mencakup keinginan tentang cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki-dimiliki. Dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan terdapat aspek rasa memiliki dan kasih sayang. Kutipannya ialah:
            “Kau benar. Kau punya masalah, aku punya masalah. Bagaimana kalau kita sisihkan masalah masing-masing dan besok kuminta ibu datang melamarmu? Apa pendapatmu?” atau Selama dua puluh tujuh tahun aku tak pernah memikirkan wanita karena harus menjadi pahlawan versi ibu, namun selama sebulan di Temula perasaan aneh sering meremas jantungku jika aku melihat Ule.
            Kedua kutipan tersebut menggambarkan bahwa Sentaru memiliki perasaan cinta dan kasih sayang kepada Ule, teman wanitanya. Hal itu menandakan bahwa Sentaru memiliki aspek rasa memiliki dan kasih sayang.
d. Kebutuhan Akan Penghargaan
            Ketika kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang telah terpenuhi, maka selanjutnya adalah kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.
            Untuk masalah ini mari kita melihat kutipan,
            Sebagai dokter aku telah mempelajari anatomi dan susunan luar dan dalam badan manusia. Aku mempelajari segala macam penyakit dan penyebab manusia sakit. Lalu cara-cara penyembuhannya.
            Dan
            “Dokter itu pahlawan kehidupan,” suara ibu selalu aku kenang pada saat aku lulus saringan di salah satu fakultas kedokteran di Surabaya.
            Maka kita bisa mendapati bahwa Sentaru telah memiliki kebutuhan akan penghargaannya dengan cara ia menjadi dokter dan ibunya menegaskan bahwa itu adalah prestasi yang sangat bagus.
            Meskipun begitu ia masih belum dihargai oleh warga di tempat kelahirannya seperti dalam kutipan,
            “Dokter itu untuk orang kota,” kata seorang tetua yang kudatangi rumahnya. “ Orang-orang desa seperti kami ini hanya bisa disembuhkan dengan belian,” ia pandang wajahku seperti menyimpan ketakutan.
            e. Aktualisasi Diri
            Tingkatan yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
            Sudah sebulan aku berada di sini dan akubelum bisa berbuat apa-apa. Aku belum dapat menjadi pahlawan seperti yang diinginkan ibu. Bahkan aku baru sampai tarap sebagai penonton yang justru begitu terpesona dengan berbagai atraksi belian di arena lou.
            Kutipan tersebut menandakan bahwa Sentaru masih dalam proses untuk aktualisasi diri.
Kesimpulan
            Kesimpulan dari analisis di atas adalah tidak adanya aspek kebutuhan fisiologis dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan karena memang tak digambarkan sama sekali. Lalu tokoh Sentaru memenuhi kriteria kebutuhan rasa aman karena ia anak seorang polisi dan cucu kepala adat. Untuk masalah percintaan dalam kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang Sentaru jatuh cinta pada tokoh Ule. Kebutuhan penghargaannya sebenarnya sudah tercukupi namun kurang maksimal karena masih ada penolakan dari masyarakat kampungnya.  Terakhir ialah aktualisasi diri, tokoh Sentaru masih dalam proses untuk mengaktualisasi dirinya.


DAFTAR PUSTAKA
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa.
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar