Pendahuluan
Sentaru
sebenarnya ingin terus menjaga budaya belian di kampung halamannya. Tetapi Sang
Ibu lebih menginginkan agar ia menjadi dokter untuk membawa perubahan di
kampung halamannya agar tak lagi menjadi masyarakat yang menganut animisme.
Sebagai seorang manusia tentu hal itu membuat bingung Sentaru. Hal ini akan
berpengaruh pada psikologi Sentaru.
Cerpen
Belian karya Korrie Layun Rampan ini
sebenarnya banyak membahas budaya belian. Namun terselip juga permasalahan
konflik batin tokoh utama di dalamnya. Seperti yang dijelaskan di atas hal
tersebut akan berpengaruh pada psikologisnya. Sentaru sendiri menurut dengan
ibunya untuk mengenyam pendidikan di kota. Padahal ia ingin terus berada di
kampung halamannya. Perbedaan lingkungan sekitar juga turut mempengaruhi
psikologinya sehingga unsur psikologi di dalamnya sebenarnya cukup kental.
Untuk
itu penulis ingin mencoba menganalisis kepribadian Sentaru dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan. Dengan
konflik batin yang ada dalam dirinya maka akan memengaruhi psikologisnya.
Penulis akan mencoba menganalisis kepribadian tersebut dengan psikologi milik
Abraham Maslow di mana akan terfokus pada fisiologi, rasa aman, cinta, dan
harga diri, dan aktualisasi diri.
Kerangka
Teori
Pendekatan
psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra
selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Untuk melihat dan
mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Pendekatan
psikologi yang banyak bersandar kepada psikoanalisis, yang dikembangkan Freud
setelah melakukan berbagai penelitian, bahwa manusia banyak dikuasai oleh alam
batinnya sendiri. Menurut Maslow dalam Albertine Minderop (2011:49) tingkah laku manusia lebih
ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si
individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan.
Psikologi
berasal dari kata Yunani psyche, yang
berati jiwa, dan logos ilmu. Jadi
psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah
laku manusia (Atkinson, 1996:7). Pembawaan yang
mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan
karakteristik seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi
dalam kehidupan. Itu yang disebut kepribadian menurut Santrock.
Psikologi
sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan.
Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu juga
pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari kejiwaan masing-masing.
Dengan
adanya keterkaitan antara bidang sastra dengan psikologi tak dapat dihindarkan
terjadinya beberapa kekeliruan dan kesalahpahaman penerapan teori ini. Pertama,
tanpa disadari para peneliti sangat bersemangat menggiring telaah sastra
terlalu dalam ke wilayah psikologi. Kedua, mereka kerap kali melakukan telaah
karya sastra melalui pendekatan psikologi berujung pda hasil analisis yang
berbau mistik (Guerin et al.,
1979:122). Ketiga, mereka yang bergumul di dalam bidang psikologi seringkali
tidak memahami kaidah menelaah karya sastra secara komprehensif.
Maslow menyampaikan teorinya
tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut, kebutuhan:
fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang paling mendasar ialah kebutuhan fisiologis; bila kebutuhan ini
belum tercapai maka individu tidak akan bergerak mencapai kebutuhan di atasnya.
Teori kebutuhan bertingkat, menurut Maslow, semua motif, termasuk reduksi tensi
dan lainnya, tergabung dalam suatu skema.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode
deskriptif dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri
tokoh Sentaru dalam cerpen Belian
karya Korrie Layun Rampan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
mendeskripsikan data yang berupa kutipan-kutipan dari cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan secara
objektif, yaitu pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada
karya sastra.
Bentuk penelitian dalam penelitian
ini adalah kualitatif. Penulis menggunakan bentuk kualitatif dalam penelitian
ini dikarenakan dengan menggunakan bentuk ini, akan lebih mudah diterapkan
untuk penelitian yang menggunakan manusia sebagai instrumen kunci. Dengan
bentuk kualitatif, penulis akan berusaha mendeskripsikan fisiologis, rasa aman,
cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri tokoh Sentaru dalam cerpen
Belian karya Korrie Layun Rampan.
Analisis
a. Fisiologis
Kebutuhan
paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks , tidur, dan oksigen. Dalam
cerpen Belian karya Korrie Layun
Rampan tidak terdapat aspek fisiologis karena tidak digambarkan bagaimana tokoh
bertahan hidup entah dengan tidurnya, makan, atau seks sekalipun tak pernah
disinggung di dalam cerpen.
b.
Rasa Aman
Setelah
kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang
disebut Maslow dengan kebutuhan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
ini di antaranya adalah rasa aman fisik. Untuk aspek rasa aman, beberapa
digambarkan dalam cerpen seperti misalnya,
Ibu memang turunan ayahnya seorang kepala
adat. Atau “Orang sini lebih
menghormatiku sebagai anak seorang polisi dan cucu kepala adat, ....” yang
menjelaskan bahwa ia sebenarnya memiliki rasa aman karena tak akan mungkin
diganggu oleh orang lain karena ia anak polisi dan cucu dari kepala adat.
c.
Rasa Memiliki dan Kasih Sayang
Kebutuhan
selanjutnya adalah rasa memiliki dan kasih sayang yang mana akan mencakup
keinginan tentang cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki-dimiliki. Dalam cerpen
Belian karya Korrie Layun Rampan
terdapat aspek rasa memiliki dan kasih sayang. Kutipannya ialah:
“Kau benar. Kau punya masalah, aku punya
masalah. Bagaimana kalau kita sisihkan masalah masing-masing dan besok kuminta
ibu datang melamarmu? Apa pendapatmu?” atau Selama dua puluh tujuh tahun aku tak pernah memikirkan wanita karena
harus menjadi pahlawan versi ibu, namun selama sebulan di Temula perasaan aneh
sering meremas jantungku jika aku melihat Ule.
Kedua
kutipan tersebut menggambarkan bahwa Sentaru memiliki perasaan cinta dan kasih
sayang kepada Ule, teman wanitanya. Hal itu menandakan bahwa Sentaru memiliki
aspek rasa memiliki dan kasih sayang.
d. Kebutuhan Akan Penghargaan
Ketika
kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang telah terpenuhi, maka selanjutnya
adalah kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang
memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang
lebih rendah dan lebih tinggi.
Untuk
masalah ini mari kita melihat kutipan,
Sebagai dokter aku telah mempelajari anatomi
dan susunan luar dan dalam badan manusia. Aku mempelajari segala macam penyakit
dan penyebab manusia sakit. Lalu cara-cara penyembuhannya.
Dan
“Dokter itu pahlawan kehidupan,” suara ibu
selalu aku kenang pada saat aku lulus saringan di salah satu fakultas
kedokteran di Surabaya.
Maka
kita bisa mendapati bahwa Sentaru telah memiliki kebutuhan akan penghargaannya
dengan cara ia menjadi dokter dan ibunya menegaskan bahwa itu adalah prestasi
yang sangat bagus.
Meskipun
begitu ia masih belum dihargai oleh warga di tempat kelahirannya seperti dalam
kutipan,
“Dokter itu untuk orang kota,” kata
seorang tetua yang kudatangi rumahnya. “ Orang-orang desa seperti kami ini
hanya bisa disembuhkan dengan belian,” ia pandang wajahku seperti menyimpan
ketakutan.
e.
Aktualisasi Diri
Tingkatan
yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri
adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan
keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan
kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya
sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Sudah sebulan aku berada di sini dan
akubelum bisa berbuat apa-apa. Aku belum dapat menjadi pahlawan seperti yang
diinginkan ibu. Bahkan aku baru sampai tarap sebagai penonton yang justru
begitu terpesona dengan berbagai atraksi belian di arena lou.
Kutipan
tersebut menandakan bahwa Sentaru masih dalam proses untuk aktualisasi diri.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
analisis di atas adalah tidak adanya aspek kebutuhan fisiologis dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan karena
memang tak digambarkan sama sekali. Lalu tokoh Sentaru memenuhi kriteria
kebutuhan rasa aman karena ia anak seorang polisi dan cucu kepala adat. Untuk
masalah percintaan dalam kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang Sentaru jatuh
cinta pada tokoh Ule. Kebutuhan penghargaannya sebenarnya sudah tercukupi namun
kurang maksimal karena masih ada penolakan dari masyarakat kampungnya. Terakhir ialah aktualisasi diri, tokoh
Sentaru masih dalam proses untuk mengaktualisasi dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV
Angkasa.
Minderop, Albertine.
2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra,
Metode, Teori, dan Contoh
Kasus.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar