Minggu, 05 Juni 2016

RINGAKASAN SKRIPSI PERISTIWA TUTUR DALAM MOCKUMENTAR MALAM MINGGU MIKO BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR



Oleh Nopriandi Saputra

            Penulis disini ingin menganalisis komponen peristiwa tutur yang terdapat dalam mockumentary Malam Minggu Miko berdasarkan sudut pandang sosiolingusitik dengan menggunakan pisau analisisnya komponen tutur SPEAKING oleh Hymes yang didapat dari peristiwa tutur dalam etnografi komunikasi.
2.1 Hakikat Sosiolinguistik
            Untuk mengetahui apa yang dimaksud sosiolinguistik maka perlu tahu apa itu sosiologi dan linguistik sendiri. Sosiologi sendiri adalah disiplin ilmu mengenai manusia dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga serta proses sosial yang ada didalam masyarakat. Sementara itu linguistik adalah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa diambil sebagai objek kajiannya. Dengan demikian sosiolinguistik dapat dipandang sebagai kajian interdisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu sendiri dalam masyarakat.
2.2 Hakikat Etnografi Komunikasi
            Dalam sosiolinguistik terdapat kajian tentang kajian tentang etnografi komunikasi. Entografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa.
            Dalam suatu etnografi komunikasi pastilah ada percakapan. Sebuah percakapan baru bisa disebut peristiwa tutur apabila memenuhi syarat dan memiliki komponen peristiwa tutur
2.3 Hakikat Peristiwa Tutur
            Yang dimaksud dengan peristiwa bahasa ialah interaksi linguistik tertentu, suatu kejadian komunikasi yang terdiri dari satu atau lebih ujaran. Chaer dan Leonie Agustine mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yakni penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat dan situasi tertentu, jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah peritiwa tutur.
2.4 Komponen Tutur
            Dalam tulisannya yang berjudul “Models of the Interaction of Language and Social Life” Hymes menjelaskan social units yang didalamnya terdapat speech community, speech situation, speech event, speech act, speech style, ways of speaking, dan components of speech.
            Dalam komponen tutur, Hymes juga menjelaskan pada awalanya terdapat enam belas komponen tutur yaitu message form, message content, setting, scene, speaker or sender, addressor, hearer or receiver or audience, addressee, purpose - outcomes, purpose – goals, key, channels, form of speech, norm of interaction, norm of interpretation, dan genres.
            Keenam belas komponen bisa disatukan bersama menjadi akronim SPEAKING atau Setting, Participants, Ends, Act sequence, Keys, Instrumentalities, Norms, Genres. Dan akronim tersebut tidak seluruhnya etnosentris.
            Untuk menganalisis peristiwa tutur, beberapa faktor harus dipertimbangkan. Salah satu daftar yang paling komperehensif dari faktor-faktor tersebut adalah Hymes ‘SPEAKING’ istilah yang merupakan singaktan untuk menetapkan, perserta, berakhir, urutan tindakan, kunci, instansi, dan genre, apa yang penting disini adalah bahwa hampir beberapa studi telah diselidiki untuk melihat apakah seperti faktor diwakili dalam pidato wacana pada umumnya, dan dalam serial TV pada khususnya.
            Memperhatikan pengertian peristiwa tutur itu, terlihat bahwa salah satu percakapan antara penutur dengan petutur yang disebut  peristiwa tutur, meliputi: (1) ada patisipan (penutur dan petutur), (2) satu pokok tuturan, (3) harus dalam waktu tertentu, (4) tempat tertentu, dan (5) situasi tertentu. Dengan demikian apabila ada percakapan yang tidak memenuhi kelima kriteria itu, bukanlah suatu peristiwa tutur. Dell Hymes, seorang pakar lingusitk mengemukakan delapan komponen itu dirangkaikan menjadi sebuah akronim; “SPEAKING”, sebagai berikut:
            S  =  Setiing and scene (Waktu dan Tempat serta Situasi)
            P  =  Participants (Partisipan)
            E  =  Ends (Maksud dan Tujuan)
            A  =  Act Sequence (Bentuk dan Isi)
            K  =  Key (Cara atau Nada)
            I  =  Instrumentalities (Piranti / Perabotan Bahasa)
N  =  Norm of Interaction and Interpretation (Norma Interaksi dan Interpretasi)
G  =  Genre (Jenis atau bentuk penyampaian)

Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang pengertian atau kepanjangan dari akronim speaking di atas.



2.4.1.      Setting and scene (Waktu dan  Tempat serta Situasi)
Pada akronim itu huruf pertama yakni (S) menandakan setting and scene. Setting dalam bahasa Indonesia adalah latar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, latar adalah 1. Permukaan; 2 halaman; 3 rata;datar; 4 dasar warna (pada kain dsb); 5 Sas keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra; 6 keadaan atau situasi (yang menyertai ujaran atau percakapan); 7 Sen dekor pemandangan yang dipakai dalam pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan.
Sementara Scene atau suasana adalah 1 hawa; 2 udara; 3 keadaan sekitar sesuatu atau dalam lingkungan sesuatu; 3 keadaan suatu peristiwa. Dapat disimpulkan ini berarti berkenaan dengan persoalan waktu, tempat dan situasi berlangsungnya tuturan.
2.4.2.      Participants (Partisipasi)
Huruf kedua pada akronim itu adalah (P) menandai Participants. Menurut KBBI, partisipasi adalah orang yang ikut berperan serta dalam suatu kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar, dsb); pemeran serta. Dapat disimpulkan partisipan adalah orang-orang yang terlibat pertututran.
2.4.3.      Ends (maksud dan tujuan)
Kemudian huruf ketiga pada akronim yaitu (E) yang menandai ends atau maksud dan tujuan Dalam KBBI, maksud adalah 1 yang dikehendaki; tujuan ; 2 niat; kehendak; 3 arti; makna (dari suatu perbuatan, perkaatan, peristiwa, dsb). Tujuan adalah 1 arah; haluan; 2 yang dituju; maksud; tuntutan (yang dituntut).
2.4.4.      Act Sequece (Bentuk dan isi ujaran)
Selanjutnya pada huruf keempat akronim itu terlihat (A) yang menandai Act Sequence. Bentuk pesan dan isi pesan awalnya disebutkan Hymes sabegai komponen yang berbeda. Bentuk pesan menyangkut cara bagaimana sesuatu itu (Topik) dikatakan atau diberitakan. Lain lagi pesan, berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan topik. Jadi act sequence berarti apa isi ujaran ini berkaitan dengan topik ataupun persoalan apa yang dibicarakan.
2.4.5.      Key (Cara atau Nada)
Huruf kelima pada akronim itu adalah (K) yang menandai Key. Hal ini berati bagaimana gaya dan penampilan partisipan dalam menuturkan isi pembicaraan.apakah mereka menyampaikan secara santai serius atau tampak adanya ketegangan. Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
2.4.6.      Instrumentalities (Piranti / Perabotan / Jalur Bahasa yang Digunakan)
Selanjutnya huruf keenam pada akronim itu adalah (I) yaitu Instrumentalities atau piranti bahasa. Piranti disini berarti termasuk dalam saluran dan bentuk tutur atau ragam bahasa. Saluran mengacu pada meduim penyampaian tutur : lisan, tertulis, telegram, telepon, dan sebagainya.
2.4.7.      Norm of interaction and Interpretation (Norma interaksi dan Interpretasi)
Huruf ketujuh pada akronim itu adalah (N) yang menandai Norm of interaction and interpretation. Dalam KBBI, Norma adalah 1 aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima; 2 aturan, ukuran, kaidah, yang dipakai sebagai tolak ukur menilai atau memperbandingkan sesuatu.
Semua kaidah yang mengatur pertururan bersifat imperatif (memerintah) atau maksudnya perilaku khas dan sopan santun tutur yang mengikat yang berlaku dalam kelompok.
2.4.8.      Genre (Jenis atau bentuk penyampaian)
Kemudian huruf terakhir pada akronim itu adalah (G), yakni genre. Richards dkk. (1985) dalam Sumarsono (2012), mengemukakan, didalam analisis wacana, genre adalah sekelompok peristiwa tutur yang oleh guyup tutur dianggap mempunyai tipe yang sama. Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian. Apakah bentuk bahasa dalam penyampaian isi pokok pembicaraan dengan menggunakan bentukan narasi, eksposisi, deskripsi maupun argumrntasi.
2.5 Hakikat Mockumentary Malam Minggu Miko
            Sebuah mockumentary (gabungan dari kata-kata Mock atau mengejek dan dokumenter) adalah jenis film atau acara televisi dimana peristiwa fiksi di sajikan dalam gaya dokumenter untuk membuat parodi. Mockumentary dapat berupa komedi atau dramatis dalam bentuknya, meskipun bentuk komedi yang lebih umum.
            Malam Minggu Miko adalah serial komedi yang berbentuk cerita pendek. Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Film Malam Minggu Miko rata-rata berdurasi 10-13 menit saja, itu berarti film mockumentary ini juga merupakan film cerita pendek.
            Diputuskan serial ini yang akan menjadi objek penelitian dan sampel yang akan diambil guna dikaji peristiwa tuturnya adalah beberapa serial dari Malam Minggu Miko 1 dan Malam Minggu Miko 2 yang dipilih secara reduksi.
2.6 Kerangka Berpikir
            Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam sosiolinguistik terdapat etnografi komunikasi yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai peristiwa tutur yang terjadi dalam suatu masyarakat tutur.
Peristiwa tutur adalah peristiwa sosial dalam interaksi antara penutur dengan mitra tutur dalam peristiwa atau situasi tertentu. Jika peristiwa tutur digunakan dalam suatu penelitian bertajuk sosiolinguistik yang membahas tentang masyarakat tutur dalam sebuah serial komedi yang ditayangkan dalam televisi, maka akan didapatkan hasil penelitian guna mengetahui apa saja peristiwa tutur yang digunakan dalam serial televisi tersebut..

2 komentar:

  1. Saya rasa cukup baik dalam melakukan ringkasan karena tak perlu mengambil bagian-bagian yang tidak penting.

    BalasHapus
  2. sudah baik dan tidak menghilangkan bagian bagian intinya

    BalasHapus