Oleh Nopriandi Saputra
Penulis disini ingin menganalisis komponen peristiwa
tutur yang terdapat dalam mockumentary
Malam Minggu Miko berdasarkan sudut pandang sosiolingusitik dengan
menggunakan pisau analisisnya komponen tutur SPEAKING oleh Hymes yang didapat
dari peristiwa tutur dalam etnografi komunikasi.
2.1 Hakikat
Sosiolinguistik
Untuk mengetahui apa yang dimaksud sosiolinguistik maka
perlu tahu apa itu sosiologi dan linguistik sendiri. Sosiologi sendiri adalah
disiplin ilmu mengenai manusia dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga
serta proses sosial yang ada didalam masyarakat. Sementara itu linguistik
adalah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa diambil sebagai objek
kajiannya. Dengan demikian sosiolinguistik dapat dipandang sebagai kajian
interdisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
itu sendiri dalam masyarakat.
2.2 Hakikat Etnografi
Komunikasi
Dalam sosiolinguistik terdapat kajian tentang kajian
tentang etnografi komunikasi. Entografi adalah kajian tentang kehidupan dan
kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat,
kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa.
Dalam suatu etnografi komunikasi pastilah ada percakapan.
Sebuah percakapan baru bisa disebut peristiwa tutur apabila memenuhi syarat dan
memiliki komponen peristiwa tutur
2.3 Hakikat Peristiwa Tutur
Yang
dimaksud dengan peristiwa bahasa ialah interaksi linguistik tertentu, suatu
kejadian komunikasi yang terdiri dari satu atau lebih ujaran. Chaer dan Leonie
Agustine mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam
satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yakni penutur dan lawan
tutur, dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat dan situasi tertentu, jadi
interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada
waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah
peritiwa tutur.
2.4 Komponen Tutur
Dalam
tulisannya yang berjudul “Models of the
Interaction of Language and Social Life” Hymes menjelaskan social units yang didalamnya terdapat speech community, speech situation, speech
event, speech act, speech style, ways of speaking, dan components of speech.
Dalam komponen
tutur, Hymes juga menjelaskan pada awalanya terdapat enam belas komponen tutur
yaitu message form, message content,
setting, scene, speaker or sender, addressor, hearer or receiver or audience,
addressee, purpose - outcomes, purpose – goals, key, channels, form of speech,
norm of interaction, norm of interpretation, dan genres.
Keenam belas
komponen bisa disatukan bersama menjadi akronim SPEAKING atau Setting, Participants, Ends, Act sequence,
Keys, Instrumentalities, Norms, Genres. Dan akronim tersebut tidak
seluruhnya etnosentris.
Untuk
menganalisis peristiwa tutur, beberapa faktor harus dipertimbangkan. Salah satu
daftar yang paling komperehensif dari faktor-faktor tersebut adalah Hymes
‘SPEAKING’ istilah yang merupakan singaktan untuk menetapkan, perserta,
berakhir, urutan tindakan, kunci, instansi, dan genre, apa yang penting disini
adalah bahwa hampir beberapa studi telah diselidiki untuk melihat apakah
seperti faktor diwakili dalam pidato wacana pada umumnya, dan dalam serial TV
pada khususnya.
Memperhatikan
pengertian peristiwa tutur itu, terlihat bahwa salah satu percakapan antara
penutur dengan petutur yang disebut
peristiwa tutur, meliputi: (1) ada patisipan (penutur dan petutur), (2)
satu pokok tuturan, (3) harus dalam waktu tertentu, (4) tempat tertentu, dan
(5) situasi tertentu. Dengan demikian apabila ada percakapan yang tidak
memenuhi kelima kriteria itu, bukanlah suatu peristiwa tutur. Dell Hymes, seorang
pakar lingusitk mengemukakan delapan komponen itu dirangkaikan menjadi sebuah
akronim; “SPEAKING”, sebagai berikut:
S = Setiing and scene (Waktu dan Tempat
serta Situasi)
P = Participants (Partisipan)
E = Ends (Maksud dan Tujuan)
A = Act Sequence (Bentuk dan Isi)
K = Key (Cara atau Nada)
I = Instrumentalities (Piranti / Perabotan
Bahasa)
N = Norm of Interaction and Interpretation (Norma
Interaksi dan Interpretasi)
G = Genre (Jenis atau bentuk penyampaian)
Di bawah ini akan dijelaskan
lebih lanjut tentang pengertian atau kepanjangan dari akronim speaking di atas.
2.4.1.
Setting
and scene (Waktu dan
Tempat serta Situasi)
Pada akronim itu huruf
pertama yakni (S) menandakan setting and
scene. Setting dalam bahasa Indonesia adalah latar. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, latar adalah 1. Permukaan; 2 halaman; 3 rata;datar; 4 dasar
warna (pada kain dsb); 5 Sas
keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya
sastra; 6 keadaan atau situasi (yang menyertai ujaran atau percakapan); 7 Sen dekor pemandangan yang dipakai dalam
pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan
pencahayaan.
Sementara Scene atau suasana adalah 1 hawa; 2
udara; 3 keadaan sekitar sesuatu atau dalam lingkungan sesuatu; 3 keadaan suatu
peristiwa. Dapat disimpulkan ini berarti berkenaan dengan persoalan waktu,
tempat dan situasi berlangsungnya tuturan.
2.4.2.
Participants
(Partisipasi)
Huruf kedua pada
akronim itu adalah (P) menandai Participants.
Menurut KBBI, partisipasi adalah orang yang ikut berperan serta dalam suatu
kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar, dsb); pemeran serta. Dapat
disimpulkan partisipan adalah orang-orang yang terlibat pertututran.
2.4.3.
Ends
(maksud
dan tujuan)
Kemudian huruf ketiga
pada akronim yaitu (E) yang menandai ends
atau maksud dan tujuan Dalam KBBI, maksud adalah 1 yang dikehendaki; tujuan
; 2 niat; kehendak; 3 arti; makna (dari suatu perbuatan, perkaatan, peristiwa,
dsb). Tujuan adalah 1 arah; haluan; 2 yang dituju; maksud; tuntutan (yang
dituntut).
2.4.4.
Act
Sequece (Bentuk dan isi ujaran)
Selanjutnya pada huruf
keempat akronim itu terlihat (A) yang menandai Act Sequence. Bentuk pesan dan isi pesan awalnya disebutkan Hymes
sabegai komponen yang berbeda. Bentuk pesan menyangkut cara bagaimana sesuatu
itu (Topik) dikatakan atau diberitakan. Lain lagi pesan, berkaitan dengan
persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan topik. Jadi act sequence berarti apa isi ujaran ini
berkaitan dengan topik ataupun persoalan apa yang dibicarakan.
2.4.5.
Key
(Cara
atau Nada)
Huruf kelima pada
akronim itu adalah (K) yang menandai Key.
Hal ini berati bagaimana gaya dan penampilan partisipan dalam menuturkan
isi pembicaraan.apakah mereka menyampaikan secara santai serius atau tampak
adanya ketegangan. Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
2.4.6.
Instrumentalities
(Piranti
/ Perabotan / Jalur Bahasa yang Digunakan)
Selanjutnya huruf
keenam pada akronim itu adalah (I) yaitu Instrumentalities
atau piranti bahasa. Piranti disini berarti termasuk dalam saluran dan
bentuk tutur atau ragam bahasa. Saluran mengacu pada meduim penyampaian tutur :
lisan, tertulis, telegram, telepon, dan sebagainya.
2.4.7.
Norm
of interaction and Interpretation (Norma interaksi dan
Interpretasi)
Huruf ketujuh pada
akronim itu adalah (N) yang menandai Norm
of interaction and interpretation. Dalam KBBI, Norma adalah 1 aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima; 2
aturan, ukuran, kaidah, yang dipakai sebagai tolak ukur menilai atau
memperbandingkan sesuatu.
Semua kaidah yang
mengatur pertururan bersifat imperatif (memerintah) atau maksudnya perilaku
khas dan sopan santun tutur yang mengikat yang berlaku dalam kelompok.
2.4.8.
Genre
(Jenis
atau bentuk penyampaian)
Kemudian huruf terakhir
pada akronim itu adalah (G), yakni genre.
Richards dkk. (1985) dalam Sumarsono (2012), mengemukakan, didalam analisis
wacana, genre adalah sekelompok peristiwa tutur yang oleh guyup tutur dianggap
mempunyai tipe yang sama. Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian. Apakah
bentuk bahasa dalam penyampaian isi pokok pembicaraan dengan menggunakan
bentukan narasi, eksposisi, deskripsi maupun argumrntasi.
2.5 Hakikat Mockumentary
Malam Minggu Miko
Sebuah
mockumentary (gabungan dari kata-kata
Mock atau mengejek dan dokumenter)
adalah jenis film atau acara televisi dimana peristiwa fiksi di sajikan dalam
gaya dokumenter untuk membuat parodi.
Mockumentary dapat berupa komedi atau dramatis dalam bentuknya, meskipun
bentuk komedi yang lebih umum.
Malam Minggu Miko adalah serial komedi
yang berbentuk cerita pendek. Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60
menit. Film Malam Minggu Miko rata-rata
berdurasi 10-13 menit saja, itu berarti film mockumentary ini juga merupakan film cerita pendek.
Diputuskan
serial ini yang akan menjadi objek penelitian dan sampel yang akan diambil guna
dikaji peristiwa tuturnya adalah beberapa serial dari Malam Minggu Miko 1 dan Malam
Minggu Miko 2 yang dipilih secara reduksi.
2.6 Kerangka Berpikir
Sosiolinguistik
adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara
suatu bahasa digunakan. Dalam sosiolinguistik terdapat etnografi komunikasi
yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai peristiwa tutur yang terjadi dalam
suatu masyarakat tutur.
Peristiwa tutur adalah
peristiwa sosial dalam interaksi antara penutur dengan mitra tutur dalam
peristiwa atau situasi tertentu. Jika peristiwa tutur digunakan dalam suatu
penelitian bertajuk sosiolinguistik yang membahas tentang masyarakat tutur
dalam sebuah serial komedi yang ditayangkan dalam televisi, maka akan
didapatkan hasil penelitian guna mengetahui apa saja peristiwa tutur yang
digunakan dalam serial televisi tersebut..
Saya rasa cukup baik dalam melakukan ringkasan karena tak perlu mengambil bagian-bagian yang tidak penting.
BalasHapussudah baik dan tidak menghilangkan bagian bagian intinya
BalasHapus