Sabtu, 18 Juni 2016

ANALISIS STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM CERPEN BELIAN KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN SUATU TINJAUAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD




                                        Oleh: Nopriandi Saputra (2125143345) 


PENDAHULUAN
Sastra lahir, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Pradopo, 1997). Di zaman modern seperti ini karya sastra merupakan sebuah alat yang digunakan penulis untuk menuangkan semua hal yang berada dalam pikiran penulis, bisa berupa hal pribadi yang dialami langsung oleh penulis dan bisa juga untuk menjadi alat kritik terhadap suatu hal. Karya sastra banyak jenisnya yaitu novel, cerpen, puisi, dll.
Psikoanalisis adalah menunjukan bahwa diantara unsur-unsur teks seperti halnya diantara gambar-gambar mimpi adalah hubungan-hubungan yang berbeda yang tidak mengungkapkan isinya yang manifes, hubungan-hubungan yang menunjukan suatu “kerja” taksadar.

KERANGKA TEORI
            Beberapa tokoh psikologi terkemuka seperti Jung, Adler, Freud, dan Brill memberikan inspirasi yang banyak tentang pemecahan misteri tingkah laku manusia melalu teori-teori psikologi.
            Akan tetapi, diantara mereka, Freud lah secara langsung berbicara tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan ke dalam bentuk penciptaan karya seni. Psikologi yang oleh Freud ini dinamakan psikoanalisis. Oleh sebab itu, teori psikoanalisis ini banyak diterapkan didalam pendekatan psikologi. Freud menjadikan mimpi, fantasme, dan mite sebagai bahan dasar. Kita tahu bahwa dalam sastra ketiga unsur tersebut merupakan bagian imajinasi. Tentu saja kita dapat mengaitakan psikoanalisis dengan bahasa yang imajiner.
            Menurut Freud psikisme manusia dibagi menjadi tiga yaitu: id (terletak dibagian tak sadar) yang merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak diantara alam bawah sadar dan taksadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntunan pulsi dan larangan superego. Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua. 
            Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan: makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Cara kerja id berhubugan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidak nyamanan.
            Ego terperangkap diantara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas. Seorang penjahat misalnya, atau seorang yang ingin memenuhi kepuasan diri sendiri, akan tertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang dihadapi. Demikianlah, ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitan bagi dirinya sendiri.
            Struktur yang ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk. Misalnya ego seseorang ingin melakukan hubungan seks secara teratur agar karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi id orang tersebut menginginkan hubungan seks yang  memuaskan karena seks memang nikmat. Kemudian superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa telah melakukan hubugan seks.

           
METODE PENELITIAN
            Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan membaca secara keseluruhan cerpen yang merupakan objek penelitian. metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif

ANALISIS  
Setelah membaca cerpen BELIAN karya Korrie Layun Rampan maka dapat dibuat analisis  struktur kepribadian tokoh utama berdasar teori psikoanalisis Segmund Freud. Id adalah sebuah energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Aspek id digambarkan pada tokoh Sentaru yang selalu berkeinginan untuk menjadi belian. Seperti pada kutipan berikut:
“dan aku dapat menjadi dokter karena jasa belian? Kalau bukan karena belian mungkin aku sudah mati!”
Struktur kepribadian yang kedua ialah ego. Ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitan bagi dirinya sendiri. Pada kutipan cerpen ini Rusman merasa terbebani oleh masalah yang dibadapina, seperti pada kutipan berikut:
“inginan ibu agar aku segera menggantikan belian jika aku lulus sekolah dokter”
“orang disini lebih menghormatiku sebagai anak seorang polisi dan cucu kepala adat, bukan karena aku dokter”.
Struktur kepribadian ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk. Seperti pada kutipan berikut:
“banyak yang menolak pertolongan dokter, terutama yang tua-tua. Kenyataan ini membuat aku menjadi gamang, mengapa pertolongan yang berdasarkan pengetahuan dan akal sehat ditolak”






KESIMPULAN
kesimpulannya berupa Id ialah energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidak nyamanan.
Ego terperangkap diantara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas.
Struktur yang ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk.
Dari analisis diatas maka dapat diambil kesimpulan yaitu terdapat struktur kepribadian id, ego, dan superego dalam cerpen BELIAN karya Korrie Layun Rampan.
















DAFTAR PUSTAKA
Minedrop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustakan Obor Indonesia.
Semi, M. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV. Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar