Oleh: Nopriandi Saputra (2125143345)
PENDAHULUAN
Sastra
lahir, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Karya sastra diciptakan pengarang
untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Pradopo, 1997). Di
zaman modern seperti ini karya sastra merupakan sebuah alat yang digunakan
penulis untuk menuangkan semua hal yang berada dalam pikiran penulis, bisa
berupa hal pribadi yang dialami langsung oleh penulis dan bisa juga untuk
menjadi alat kritik terhadap suatu hal. Karya sastra banyak jenisnya yaitu
novel, cerpen, puisi, dll.
Psikoanalisis
adalah menunjukan bahwa diantara unsur-unsur teks seperti halnya diantara
gambar-gambar mimpi adalah hubungan-hubungan yang berbeda yang tidak
mengungkapkan isinya yang manifes, hubungan-hubungan yang menunjukan suatu
“kerja” taksadar.
KERANGKA
TEORI
Beberapa tokoh
psikologi terkemuka seperti Jung, Adler, Freud, dan Brill memberikan inspirasi
yang banyak tentang pemecahan misteri tingkah laku manusia melalu teori-teori
psikologi.
Akan tetapi, diantara mereka, Freud lah secara langsung
berbicara tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan
masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan ke dalam bentuk
penciptaan karya seni. Psikologi yang oleh Freud ini dinamakan psikoanalisis. Oleh sebab itu, teori
psikoanalisis ini banyak diterapkan didalam pendekatan psikologi. Freud
menjadikan mimpi, fantasme, dan mite sebagai bahan dasar. Kita tahu bahwa dalam
sastra ketiga unsur tersebut merupakan bagian imajinasi. Tentu saja kita dapat
mengaitakan psikoanalisis dengan bahasa yang imajiner.
Menurut Freud psikisme manusia dibagi menjadi tiga yaitu:
id (terletak dibagian tak sadar) yang
merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Ego (terletak diantara alam bawah sadar
dan taksadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntunan pulsi
dan larangan superego. Superego (terletak
sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas
mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan
hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua.
Id merupakan
energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar
seperti misalnya kebutuhan: makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman.
Cara kerja id berhubugan dengan
prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari
ketidak nyamanan.
Ego terperangkap
diantara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip
realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh
realitas. Seorang penjahat misalnya, atau seorang yang ingin memenuhi kepuasan
diri sendiri, akan tertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang
dihadapi. Demikianlah, ego menolong
manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa
mengakibatkan kesulitan atau penderitan bagi dirinya sendiri.
Struktur yang ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan “hati
nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk. Misalnya ego seseorang ingin melakukan hubungan seks secara teratur agar
karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi id orang tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks memang nikmat. Kemudian
superego timbul dan menengahi dengan
anggapan merasa berdosa telah melakukan hubugan seks.
METODE
PENELITIAN
Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan membaca secara
keseluruhan cerpen yang merupakan objek penelitian. metode yang digunakan ialah
deskriptif kualitatif
ANALISIS
Setelah membaca cerpen BELIAN karya Korrie Layun Rampan maka dapat
dibuat analisis struktur kepribadian
tokoh utama berdasar teori psikoanalisis Segmund Freud. Id adalah sebuah energi psikis, sehingga komponen utama
kepribadian. Id didorong oleh prinsip
kesenangan yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan dan
kebutuhan. Aspek id digambarkan pada
tokoh Sentaru yang selalu berkeinginan untuk menjadi belian. Seperti pada
kutipan berikut:
“dan aku dapat menjadi
dokter karena jasa belian? Kalau
bukan karena belian mungkin aku sudah
mati!”
Struktur kepribadian
yang kedua ialah ego. Ego menolong
manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa
mengakibatkan kesulitan atau penderitan bagi dirinya sendiri. Pada kutipan
cerpen ini Rusman merasa terbebani oleh masalah yang dibadapina, seperti pada
kutipan berikut:
“inginan ibu agar aku
segera menggantikan belian jika aku
lulus sekolah dokter”
“orang disini lebih
menghormatiku sebagai anak seorang polisi dan cucu kepala adat, bukan karena
aku dokter”.
Struktur kepribadian
ketiga ialah superego yang mengacu
pada moralitas dalam kepribadian. Superego
sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk.
Seperti pada kutipan berikut:
“banyak yang menolak
pertolongan dokter, terutama yang tua-tua. Kenyataan ini membuat aku menjadi
gamang, mengapa pertolongan yang berdasarkan pengetahuan dan akal sehat
ditolak”
KESIMPULAN
kesimpulannya berupa Id ialah
energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar
yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidak nyamanan.
Ego
terperangkap
diantara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip
realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh
realitas.
Struktur yang ketiga
ialah superego yang mengacu pada
moralitas dalam kepribadian. Superego sama
halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk.
Dari analisis diatas
maka dapat diambil kesimpulan yaitu terdapat struktur kepribadian id, ego, dan superego dalam cerpen BELIAN karya Korrie Layun Rampan.
DAFTAR PUSTAKA
Minedrop,
Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya
Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustakan Obor
Indonesia.
Semi,
M. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung:
CV. Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar