Sabtu, 04 Juni 2016

RINGKASAN SKRIPSI OLEH NITA OKTAVIYA

RINGKASAN LANDASAN TEORI
(Judul Skripsi: Representasi “Cinta Abadi”  Taj Mahal Dalam Novel Taj Mahal Karya John Shors : Suatu Kajian Dekonstruksi)
2.1  Teori Struktural
Pendekatan Strukturalisme model Greimas lebih dulu digunakan sebelum menentukan unit analisis selanjutnya dalam kajian dekonstruksi. Pendekatan ini seringkali disamakan dengan pendekatan objektif karena menekan unsur otonom suatu karya sastra. Teori tersebut dijelaskan oleh Jean Peaget dalam Endraswara, strukturalisme mengandung tiga hal pokok, yaitu gagasan keseluruhan (wholness), gagasan transpormasi (transformation), dan gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation).
Teori Strukturalisme dibagi berdasarkan pencetusnya serta apa saja yang dikajinya. Seperti yang dikenalkan oleh Robert Stanton. Robert Stanton dalam teorinya mengkaji fakta cerita, tema, dan sarana dalam suatu karya sastra. Selanjutnya, terdapat juga teori strukturalisme yang merupakan teori narasi atau disebut juga naratologi.
Penelitian yang  akan digunakan dalam hal ini ialah menggunakan teori naratologi AJ. Greimas, seorang naratolog dari Prancis. Teori ini memusatkan perhatiaannya pada telaah struktur cerita dengan mengandaikan bahwa struktur cerita analog dengan struktur sintaksis yang memiliki konstruksi dasar subjek predikat.
Model struktural Greimas merupakan kombinasi dari naratolog prastruktural, yakni model paradigmatik yang dikenal dengan sebutan actans. Model actans  merujuk kepada analisis peran tokoh serta mengasumsikan bahwa tindakan manusia mengarah pada tujuan tertentu. Dengan model ini, Greimas membaginya menjadi enam yang dikelompokkan menjadi tiga pasangan oposisi biner. Pendekatan struktural Greimas membantu dalam menentukan tindak tokoh dan menemukan oposisi biner untuk selanjutnya dibongkar melalui pendekatan dekonstruksi.
2.2  Teori Dekonsturksi
2.2.1        Teori Postmodernisme
Postmodernisme adalah pandangan yang berupa penolakan terhadap pandangan modernisme. Pandangan tersebut merupakan bagian dari pemikiran atau paham dari pendekatan dekonstruksi.
Pendekatan yang berada pada aliran postmodernisme memiliki gagasan dasar seperti mempertanyakan “rasionalitas” dan “epistemologi” secara radikal, begitu pun dengan pendekatan dekonstruksi.
2.2.2        Awal Perkembangan Teori Dekonstruksi
Dalam teori kontemporer dekonstruksi sering diartikan sebagai pembongkaran, pelucutan, penghancuran, penolakan, dan berbagai istilah dalam kaitannya dengan penyempurnaan arti semula. Berdasarkan definisi dekonstruksi tersebut, terdapat paham yang ditolak pahamnya oleh dekonstruksi. Paham tersebut ialah paham strukturalisme yang mewakilkan aliran modernisme, sedangkan dekonstruksi adalah wakil dari aliran postmodernisme.
2.2.3        Dekonstruksi Derida
Dekonstruksi merupakan bagian dari kelompok postmodernisme yang selalu ingin lepas dan putus dengan modernitas. Berbicara mengenai teori dekonstruksi, tidak dapat memisahkannya dengan pemikiran jacques Derrida, seorang filsuf Prancis kelahiran Aljazair yang merupakan tokoh aliran postmodernisme. Pandangannya terhadap modernitas itulah yang mendapat pengaruh dari strukturalisme serta fenomenologi. Pembongkaran yang dilakukan Derrida tertuju kepada struktur yang diagungkan oleh kaum strukturalis. Kesuperioran tuturan oleh Derrida dibongkar dengan penemuan difeerance yang membuktikan argumennya bahwa tulisan tidak selalu menjadi inferior. Selain konsentrasinya terhadap pemaknaan bahasa, dekonstruksi juga bisa dirumuskan sebagai cara atau membaca teks. Oleh sebab itu, metode ini dikembangkan pula di bidang susastra.
2.2.4        Teori Dekonstruksi Membongkar Teks Sastra
Pembacaan karya sastara, menurut paham dekonstruksi dimaksudkan untuk menemuan makna kontradiktifnya (makna ironisnya). Hal itu ditekankan karena dekonstruksi memungkinkan sebuah teks memiliki multimakna, teks sastra dipandang sangat kompleks. Dekonstruksi mencoba membongkar makna beserta kekuatan yang berada di belakangnya, yang telah memproduksi representasi. Melalui dekonstruksi, pembaca bisa memiliki kesempatan untuk membaca apa yang tidak disampaikan dalam teks.

3 komentar:

  1. secara keseluruhan, ringkasan yang dibuat oleh nita telah mumpuni. informasi yang disampaikan dalam ringkasan tersebut sangat jelas, padat, dan mudah dipahami. namun, ada beberapa paragraf yang tidak memiliki unsur kelengkapan. sejatinya, dalam satu paragraf mestinya terdapat paling tidak 3 kalimat. akan tetapi dalam ringkasan di atas ada beberapa paragraf yang hanya memiliki 2 kalimat, bahkan ada paragraf yang hanya terdapat 1 kalimat di dalamnya.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Ringkasan yang dibuat oleh Nita sudah jelas bagi saya. Namun ada beberapa paragraf yang hanya mencakup dua kalimat saja padahal sejatinya minimal ada 3 kalimat. Seperti pada subbab mengenai postmodern paragraf pertama dan kedua.

    BalasHapus