Judul: Cerita Buat Para Kekasih
Penulis: Agus Noor
Penerbit: Gramedia, Jakarta
Tebal: 277 halaman
Edisi: I, November 2014
Harga: Rp 49.000
Penulis: Agus Noor
Penerbit: Gramedia, Jakarta
Tebal: 277 halaman
Edisi: I, November 2014
Harga: Rp 49.000
Cerita Buat Para
Kekasih merupakan buku yang dibuat oleh sastrawan Indonesia yang terkenal,
yaitu Agus Noor. Buku ini adalah buku yang berjenis fiksi yaitu buku kumpulan
cerpen. Cerpen-cerpen yang berada di dalam buku kebanyakan bercerita tentang
pembunuhan. Tapi tentunya juga ada cerita yang bersifat romantis. Seperti nama
judulnya, buku ini memang terdapat semacam narasi dimana narasi tersebut
seolah-olah adalah percakapan antara seseorang dengan kekasihnya. Cerita-cerita
yang dituang dikemas dengan baik oleh Agus Noor.
Agus Noor merupakan sastrawan Indonesia yang mulai muncul
ke permukaan sastra Indonesia pada kisaran tahun 1992. Karya-karyanya bersifat
surealis dan sangatlah unik. Agus Noor lebih condong pada estetika tulisannya.
Cerita-cerita pendek yang ia buat seakan seperti puisi yang sangat indah.
Kualitas kepenulisannya dibuktikan dengan penghargaan-penghargaan yang telah ia
dapatkan dari Dewan Kesenian Jakarta, Pusat Bahasa, Balai Sastra Yogyakarta,
dan masih banyak lagi. Tak hanya pernghargaan, cerpen-cerpennya juga banyak
dimasukkan ke majalah sastra seperti Mastera (Majalah Sastra Asia Tenggara),
Majalah Horison, dan bahkan terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas tahun 2012.
Dalam buku ini, penulis lebih mengutamakan tema
pembunuhan dan percintaan.. Salah satu cerpennya yaitu Requiem Kunang-Kunang bercerita dimana ada satu kota yang berada
diujung teluk yang mana penduduknya mungkin ramai namun terlihat murung
dikarenakan para penduduknya buta. Diceritakan ada banyak kisah yang menjadi
alasan mengapa mereka menjadi buta dan dikatakan arwah dari mayat tersebut
berubah menjadi kunang-kunang saat dicongkel matanya. Salah satu kisah
menyebutkan karena mereka diculik oleh sekelompok orang karena menjadi
pemberontak dan dicongkel matanya. Pembunuhan merupakan hal yang lumrah.
Atau dalam cerpen Matinya
Seorang Demonstran. Dikisahkan seorang perempuan bernama Ratih yang menatap
nama jalan yang sedang ia singgahi. Ia teringat kekasihnya yang mana dia adalah
seorang demonstran bernama Eka. Eka adalah mahasiswa filsafat Universitas
Indonesia yang vokal dalam menghadapi fasisme. Ratih bertemu dengannya pertama
kali di dalam diskusi sastra. Ia tertarik dan mulai dekat. Meskipun begitu
Ratih sudah memiliki kekasih yang bernama Arman yang merupakan anak dari
purnawirawan Kolonel Angkatan Darat. Keduanya selalu datang ke rumah Ratih,
Arman pada Sabtu malam dan Eka pada Kamis malam. Mengetahui Eka adalah seorang
demonstran yang dikatakan berbahaya, Ibu Ratih mulai bersikap apatis terhadap
Eka sehingga melarangnya untuk datang ke rumah lagi. Namun pada satu hari ada
demo di dekat rumah Ratih dimana Eka ada di dalamnya dan pada saat itu juga
Arman sedang berkunjung ke rumah Ratih namun mobilnya tak bisa masuk karena
demo tersebut. Setelah demo mereda, Arman kembali ke mobilnya dan sekalian membeli
rokok. Namun dikabarkan kepada Ratih bahwa Arman tewas karena peluru nyasar
saat kerusuhan kembali terjadi. Pada saat yang sama, Eka juga diculik dan tak
terlihat lagi.
Alur cerita yang digunakan penulis tidak tunggal.
Terkadang ia menggunakan alur maju dan terkadang ia menggunakan alur
maju-mundur. Tentunya buku ini akan sangat dinikmati bagi penikmat sastra
karena gaya bahasanya yang indah. Agus Noor memaparkan cerita tersebut seperti
sedang berpuisi.
Untuk kualitas buku ini secara teknik, buku ini
menggunakan kertas dengan kualitas yang baik. Untuk perekatannya pun terbilang
kuat karena tak mudah lepas. Dari segi cover terlihat sangat simpel namun
menarik. Cover hanya menggunakan dua warna yang seakan menjadi lambang
percintaan, yaitu putih dan ungu. Dua warna yang dominan. Dalam cover tersebut
terdapat nama penulis, nama buku dan gambar gadis dengan posisi meringkuk dan
diletakkan secara terbalik. Tidak terlalu boros dan sangat elegan.
Mungkin bagi buku sastra yang berasal dari Indonesia,
kebanyakan dari isi buku mereka hanya tulisan. Di sinilah hal yang unik dari
buku ini. Buku ini tidak sekadar tulisan namun juga terdapat foto yang
terbilang cukup eksotis. Foto itu adalah foto penulis dengan seorang wanita
yang seakan-akan menjadi ilustrasi bahwa penulis sedang bercerita kepada
wanita. Hal ini bisa mengusir kebosanan karena harus melihat tulisan melulu.
Ragam cerita yang ditempatkan di buku ini memang sangat
menarik. Ke-surealis-an yang tergambar pada tiap ceritanya membuat pembaca bisa
lebih luas dalam berfantasi. Saat senggang adalah waktu yang cocok untuk
membaca cerita-cerita tersebut. Atau mungkin lebih tepatnya adalah ketika
sedang bersama kekasih dan bercerita kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar