2125140269
Sastra Indonesia, FBS
UNJ, Jakarta
e-mail: zahrasalsaa@gmail.com
PENDAHULUAN
Dalam
penciptaan sebuah karya sastra, pasti tak akan pernah terlepas dari penggunaan
gaya bahasa. Sangat mustahil jika karya sastra lahir tanpa adanya keterlibatan
atau keterkaitan dengan penggunaan gaya bahasa. Bahasa dalam karya sastra
adalah bahasa yang khas sehingga berbeda dari bahasa ilmiah. Oleh karena itu,
untuk menganalisis gaya bahasa dalam karya sastra dibutuhkan suatu analisis
yang khusus. Untuk menganalisis gaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat
menggunakan kajian stilistika.
Ratna
(2013: 9) menyatakan bahwa stilistika sebagai bagian dari ilmu sastra, lebih
sempit lagi ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan keindahan. Kajian
stilistika merupakan bentuk kajian objektif karena ditinjau dari sasaran.
Kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sistem
tanda dalam karya sastra (Aminuddin, 1995: 52).
Secara
umum, lingkup telaah stilistika mencakupi diksi atau pilihan kata (pilihan
leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang
digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (Sudjiman,
1993:13-14). Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi
stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya
intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dari beberapa uraian di
tersebut, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa
dalam karya sastra, yang tidak hanya meneliti tentang penggunaan bahasa yang
ada di dalam karya sastra.
Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup hanya dengan menganalisis gaya
bahasa dan citraan yang terdapat dalam cerita pendek Belian karya Korrie Layun Rampan. Pemilihan cerita pendek Belian dilatarbelakangi alasan karena Korrie
Layun Rampan adalah salah satu sastrawan yang memiliki gaya bahasa yang khas
dan mengandung banyak majas.
Cerita
pendek Belian sendiri adalah salah
satu cerita pendek yang diambil dari buku kumpulan cerita pendek Teluk Wengkay yang ditulis oleh Korrie
Layun Rampan. Buku kumpulan cerita pendek ini diterbitkan oleh Penerbit Buku
Kompas di Jakarta pada tahun 2003 dan berisi 230 halaman. Hal inilah yang
membuat peneliti tertarik untuk meneliti majas dalam cerita pendek Belian, karena cerita pendek ini jarang
dilirik dan kajian stilistika dalam cerita pendek Belian belum pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya,
sehingga penelitian ini dapat dikatakan baru.
Maka,
berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan meneliti dengan judul Majas dalam Cerita Pendek Belian Karya
Korrie Layun Rampan: Suatu Kajian Stilistika.
KERANGKA TEORI
Stilistika
adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya
sastra (Sudjiman, 1993:3). Melalui kajian stilistika diharapkan dapat
memperoleh hasil yang memenuhi kriteria objektifitas dan keilmiahan (Aminuddin,
1995:42).
Secara
umum, lingkup telaah stilistika mencakupi diksi atau pilihan kata (pilihan
leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang
digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (Sudjiman,
1993:13-14). Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi
stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya
intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dari beberapa uraian di
tersebut, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa
dalam karya sastra, yang tidak hanya meneliti tentang penggunaan bahasa yang
ada di dalam karya sastra.
Menurut
Gorys Keraf (2006: 113), pengertian gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal
dalam retorika dengan istilah style.
Kata style itu sendiri berasal dari
kata Latin stilus yang berarti semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin.
Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Sama halnya dengan
Gorys Keraf, dalam memberikan pengertian terhadap gaya bahasa, Aminuddin (1995:
4) memberi penjelasan bahwa gaya bahasa atau style merupakan teknik serta bentuk gaya bahasa seseorang dalam
memaparkan gagasan sesuai dengan ide dan norma yang digunakan sebagai mana ciri
pribadi pemakainya.
Rachmat
Djoko Pradopo (1997: 137) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara penggunaan
bahasa yang khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu dalam suatu karya
sastra, sedangkan menurut Sudjiman (1993: 50) gaya bahasa atau majas adalah
peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau
menyimpang dari arti harfiahnya.
Gaya
bahasa pada umumnya disamakan dengan majas. Namun, menurut teori sastra
kontemporer, majas hanya sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas merupakan
penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. Dengan kata
lain, gaya bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan majas (Ratna, 2013: 164).
Menurut
Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi
empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim,
anagram, antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis,
elipsis, enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof,
invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima,
pleonasme, praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton,
sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. (2.) majas perbandingan ialah
alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme,
hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonimia, onomatope,
paronomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke,
sinestesia, dan tropen. (3.) majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis,
kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. (4.)
majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata, sarkasme, dan
sinisme.
Semua
penjelasan tentang majas di atas, tentu saja tidak semuanya terdapat dalam
cerita pendek Belian karya Korrie
Layun Rampan. Maka, dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup
hanya dengan menganalisis majas yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian karya Korrie Layun Rampan.
METODE PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan penulis
menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan majas yang terkandung dalam cerita pendek Belian. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mendeskripsikan
data yang berupa kutipan-kutipan dari cerita pendek Belian secara objektif.
Bentuk
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Alasan peneliti memilih bentuk
kualitatif dalam penelitian ini karena manusia cenderung melihat, membaca,
mendeskripsikan, menganalisis, dan sebagainya, sehingga data yang terkumpul
berupa kata-kata atau gambar.
Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan stilistika. Alasan penulis
memilih pendekatan stilistika dalam penelitian ini karena pendekatan stilistika
dipandang sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan majas
yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah cerita pendek Belian yang diambil dari buku kumpulan cerita pendek Teluk Wengkay yang ditulis oleh Korrie
Layun Rampan. Buku kumpulan cerita pendek ini diterbitkan oleh Penerbit Buku
Kompas di Jakarta pada tahun 2003 dan berisi 230 halaman.
Data
dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam cerita
pendek Belian. Kata, frasa, dan
kalimat yang berkaitan dengan majas tersebut kemudian dikutip sehingga dapat
memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik studi
dokumenter. Studi dokumenter ini dilakukan dengan cara menelaah karya sastra
menjadi sumber penelitian. Pengumpulan data ditempuh dengan teknik berikut. 1.)
Membaca secara intensif cerita pendek Belian;
2.) Mengidentifikasi data sesuai dengan masalah dalam penelitian; 3.)
Menampilkan data atau kutipan sesuai dengan masalah penelitian; 4.)
Mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah penelitian; 5.) Mengecek
keabsahan data sehingga data tersebut valid, sesuai dengan masalah dalam
penelitian.
Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penulis sendiri. Penulis sebagai
instrumen utama atau instrumen kunci, dibantu dengan kartu pencatat data.
Selanjutnya, catatan yang berupa data dihimpun secara khusus menurut
klasifikasi permasalahan penelitian.
Data
yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika,
maka teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut. 1.)
Menganalisis data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 2.)
Menginterpretasikan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 3.)
Setelah data dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian konsultasikan dengan
dosen pengampu; 4.) Menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah penelitian.
ANALISIS
Menurut
Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi
empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan, (2.) majas perbandingan, (3.) majas
pertentangan, dan (4.) majas sindiran. Dalam penelitian ini difokuskan pada
majas yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian, yaitu sebagai berikut:
- Majas Penegasan
Yang
termasuk dalam majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim, anagram,
antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis,
enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi,
klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme,
praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton,
sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. Namun, majas penegasan yang dominan
yang terdapat dalam cerita pendek Belian adalah
klimaks dan retoris/erotesis.
·
Klimaks adalah urutan
pernyataan menuju puncak. Terdapat 4 majas klimaks dalam cerita pendek Belian. Adapun kutipan-kutipan tersebut
adalah sebagai berikut:
1.) Aku
percaya bahwa obat-obatan yang telah diteliti di laboratorium dengan berbagai
eksperimentasi benar-benar mampu melawan segala kuman, amuba, virus, atau bakteri yang menggerogoti darah daging
dan tulang manusia membuat manusia merasakan sakit. (paragraf 10)
2.) Mereka
melakukan pengorbanan apa saja lewat upacara yang begitu memakan waktu, tenaga, dan biaya agar kematian
itu tak lagi menjemput berulang. (paragraf 11)
3.) “Tak
camat, polisi, atau bupati yang
dapat menghentikan belian. Cuma
dokter, Ru.” (paragraf 14)
4.) Bersama
pasien lainnya tak sepeser pun aku menarik biaya, sementara untuk menjadi
pasien belian mereka harus membawa beras, ayam, dan babi yang disertakan
dalam upacara. (paragraf 19)
·
Retoris/Erotesis adalah
kalimat tanya tanpa memerlukan jawaban. Terdapat 9 majas retoris dalam novel Belian. Adapun kutipan-kutipan tersebut
adalah sebagai berikut:
1.) Benarkah segala yang
ditangkap mataku? (paragraf 2)
2.) Adakah aku bermimpi?
(paragraf 3)
3.) Akan tetapi di mana
Paman Usan? (paragraf 9)
4.) Mengapa sakit yang
begitu parah dapat disembuhkan? (paragraf 10)
5.) Mengapa seseorang yang
seharusnya dioperasi, dapat saja dipulihkan tanpa menggunakan pisau bedah?
(paragraf 10)
6.) Bukankah di dalam
daging sebenarnya bersemayam benih kematian? (paragraf
12)
7.) Jadi aku sendiri pernah
di-belian-i?
(paragraf 21)
8.) Lalu mengapa ibu ingin
aku menggantikan nenek moyang? Agar aku menjadi pahlawan?
(paragraf 24)
9.) Berapa lamakah usia
manusia? (paragraf 28)
- Majas Perbandingan
Yang
termasuk dalam majas perbandingan ialah alegori, alusio, antonomasia,
disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes,
metafora, metonimia, onomatope, paronomasia, perifrasis, personifikasi,
simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia, dan tropen. Namun, majas perbandingan
yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian adalah simile.
·
Simile adalah
perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding: seperti, laksana, umpama.
Terdapat 9 majas simile dalam cerita pendek Belian.
Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Musik
itu seperti bersaing dengan
kegelapan. (paragraf 1)
2.) Segalanya
campur aduk dengan berbagai aroma yang dibawa udara di seluruh lou seperti
aroma dupa-dupaan yang dibakar di dalam dapur pedupaan dan bau masakan yang
ditaruh di dalam beberapa talam tembaga berkaki tinggi di bawah juntaian
peralatan belian di tengah arena.
(paragraf 1)
3.) Kata-kata
itu seakan mengandung tuah yang
memiliki nyawa karena berasal dari para dewa yang menjaga kesehatan dan
kebugaran. (paragraf 4)
4.) Kata-kata
itu seperti napas yang memenuhi
rongga dada dan terhirup lewat hidung kehidupan. (paragraf 4)
5.) Bersamanya
aku seakan menari dengan kegirangan
pemahaman kanak-kanak tentang sebuah dunia yang bersisian dengan malam.
(paragraf 5)
6.) Bunyi
mantra dari mamang yang diucapkan di dalam lagu seperti merayu sesuatu yang sayup sampai, seakan terjangkau tangan, dan jemari ingin meremasnya, namun
jaraknya begitu jauh, seperti
dipisahkan oleh musim dan cuaca. (paragraf 6)
7.) Semuanya
seperti dipisahkan oleh tirai malam
yang gulita. (paragraf 6)
8.) Aku
serasa berdiri tanpa kawan di sebuah
tubir yang di bawahnya suatu kegelapan ngarai yang dalam! (paragraf 9)
9.) Mata
ibu seperti mata mahaguru. (paragraf
25)
- Majas Pertentangan
Yang
termasuk dalam majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis, kontradiksio,
oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. Namun, tidak ada majas
pertentangan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian. Cerita pendek Belian hanya memiliki dua kutipan yang
mengandung majas kontradiksio.
·
Kontradiksio adalah
kata-kata yang berlawanan secara situasional. Adapun kutipan-kutipan tersebut
adalah sebagai berikut:
1.) Akan
tetapi kadang aku diterima dengan cemooh
oleh orang-orang yang sudah berumur yang mengenal siapa aku. (paragraf 20)
2.) Kenyataan
ini membuat aku menjadi gamang, mengapa pertolongan
kebaikan yang berdasarkan pengetahuan dan akal sehat ditolak, sementara sesuatu
yang musykil justru diterima dengan keyakinan sepenuh hati? (paragraf 23)
- Majas Sindiran
Yang
termasuk dalam majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata,
sarkasme, dan sinisme. Namun, majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam
cerita pendek Belian adalah majas
sinisme.
·
Sinisme adalah
kata-kata yang mengandung sindiran agak kasar. Terdapat 6 majas sinisme dalam
cerita pendek Belian. Adapun beberapa
kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) “Ia
sendiri dulu di-belian-iku. Kalau
tidak, mungkin ia sudah tiada. Seperti ayahnya!” (paragraf 20)
2.) “Nenek tidak kuat
dengan obat kota, tak usahlah Nenek diapa-apakan. Paling-paling kalau selolo belian sudah menyentuh kulit
Nenek semuanya pulih seperti sediakala.”
(paragraf 22)
3.) “Hanya satu bulan sudah
menyerah? Hanya sebulan seorang sarjana sudah angkat tangan?”
(paragraf 26)
4.) Terlalu besar biaya
kuliah seorang dokter, sayang jika hanya dibuang untuk menyadarkan segelintir
manusia yang terang-terangan menolak pertolongan?
(halaman 54)
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.) Majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian ialah klimaks dengan 4 kutipan
dan retoris dengan 9 kutipan 2.) Majas perbandingan yang dominan yang terdapat
dalam cerita pendek Belian ialah
simile dengan 9 kutipan 3.) Majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam
cerita Belian ialah kontradiksio
dengan 2 kutipan 4.) Majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam cerita
pendek Belian ialah sinisme dengan 6
kutipan. Fungsi dari penggunaan majas dalam cerita pendek Belian antara lain adalah sebagai ciri khas penulis ceritanya, untuk
menambah nilai estetik pada karya sastra, menarik minat pembaca, menguatkan
makna dari setiap kalimatnya, dan menegaskan genre dari novel tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam
Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Rampan,
Korrie Layun. 2003. Teluk Wangkay.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra,
dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta:
Pustaka Utama Grafitti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar