Rabu, 15 Juni 2016

MAJAS DALAM CERITA PENDEK BELIAN KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN: SUATU KAJIAN STILISTIKA Zahra Salsabila (UAS)



2125140269
Sastra Indonesia, FBS UNJ, Jakarta

PENDAHULUAN
Dalam penciptaan sebuah karya sastra, pasti tak akan pernah terlepas dari penggunaan gaya bahasa. Sangat mustahil jika karya sastra lahir tanpa adanya keterlibatan atau keterkaitan dengan penggunaan gaya bahasa. Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga berbeda dari bahasa ilmiah. Oleh karena itu, untuk menganalisis gaya bahasa dalam karya sastra dibutuhkan suatu analisis yang khusus. Untuk menganalisis gaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat menggunakan kajian stilistika.
Ratna (2013: 9) menyatakan bahwa stilistika sebagai bagian dari ilmu sastra, lebih sempit lagi ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan keindahan. Kajian stilistika merupakan bentuk kajian objektif karena ditinjau dari sasaran. Kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sistem tanda dalam karya sastra (Aminuddin, 1995: 52).
Secara umum, lingkup telaah stilistika mencakupi diksi atau pilihan kata (pilihan leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (Sudjiman, 1993:13-14). Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dari beberapa uraian di tersebut, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa dalam karya sastra, yang tidak hanya meneliti tentang penggunaan bahasa yang ada di dalam karya sastra.
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup hanya dengan menganalisis gaya bahasa dan citraan yang terdapat dalam cerita pendek Belian karya Korrie Layun Rampan. Pemilihan cerita pendek Belian dilatarbelakangi alasan karena Korrie Layun Rampan adalah salah satu sastrawan yang memiliki gaya bahasa yang khas dan mengandung banyak majas.
Cerita pendek Belian sendiri adalah salah satu cerita pendek yang diambil dari buku kumpulan cerita pendek Teluk Wengkay yang ditulis oleh Korrie Layun Rampan. Buku kumpulan cerita pendek ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas di Jakarta pada tahun 2003 dan berisi 230 halaman. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti majas dalam cerita pendek Belian, karena cerita pendek ini jarang dilirik dan kajian stilistika dalam cerita pendek Belian belum pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dikatakan baru.
Maka, berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan meneliti dengan judul Majas dalam Cerita Pendek Belian Karya Korrie Layun Rampan: Suatu Kajian Stilistika.

KERANGKA TEORI
Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra (Sudjiman, 1993:3). Melalui kajian stilistika diharapkan dapat memperoleh hasil yang memenuhi kriteria objektifitas dan keilmiahan (Aminuddin, 1995:42).
Secara umum, lingkup telaah stilistika mencakupi diksi atau pilihan kata (pilihan leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (Sudjiman, 1993:13-14). Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dari beberapa uraian di tersebut, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa dalam karya sastra, yang tidak hanya meneliti tentang penggunaan bahasa yang ada di dalam karya sastra.
Menurut Gorys Keraf (2006: 113), pengertian gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style itu sendiri berasal dari kata Latin stilus yang berarti semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Sama halnya dengan Gorys Keraf, dalam memberikan pengertian terhadap gaya bahasa, Aminuddin (1995: 4) memberi penjelasan bahwa gaya bahasa atau style merupakan teknik serta bentuk gaya bahasa seseorang dalam memaparkan gagasan sesuai dengan ide dan norma yang digunakan sebagai mana ciri pribadi pemakainya.
Rachmat Djoko Pradopo (1997: 137) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara penggunaan bahasa yang khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu dalam suatu karya sastra, sedangkan menurut Sudjiman (1993: 50) gaya bahasa atau majas adalah peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya.
Gaya bahasa pada umumnya disamakan dengan majas. Namun, menurut teori sastra kontemporer, majas hanya sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas merupakan penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. Dengan kata lain, gaya bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan majas (Ratna, 2013: 164).
Menurut Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim, anagram, antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis, enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme, praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton, sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. (2.) majas perbandingan ialah alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonimia, onomatope, paronomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia, dan tropen. (3.) majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis, kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. (4.) majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata, sarkasme, dan sinisme.
Semua penjelasan tentang majas di atas, tentu saja tidak semuanya terdapat dalam cerita pendek Belian karya Korrie Layun Rampan. Maka, dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup hanya dengan menganalisis majas yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian karya Korrie Layun Rampan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan majas yang terkandung dalam cerita pendek Belian. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mendeskripsikan data yang berupa kutipan-kutipan dari cerita pendek Belian secara objektif.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Alasan peneliti memilih bentuk kualitatif dalam penelitian ini karena manusia cenderung melihat, membaca, mendeskripsikan, menganalisis, dan sebagainya, sehingga data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan stilistika. Alasan penulis memilih pendekatan stilistika dalam penelitian ini karena pendekatan stilistika dipandang sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan majas yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita pendek Belian yang diambil dari buku kumpulan cerita pendek Teluk Wengkay yang ditulis oleh Korrie Layun Rampan. Buku kumpulan cerita pendek ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas di Jakarta pada tahun 2003 dan berisi 230 halaman.
Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam cerita pendek Belian. Kata, frasa, dan kalimat yang berkaitan dengan majas tersebut kemudian dikutip sehingga dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik studi dokumenter. Studi dokumenter ini dilakukan dengan cara menelaah karya sastra menjadi sumber penelitian. Pengumpulan data ditempuh dengan teknik berikut. 1.) Membaca secara intensif cerita pendek Belian; 2.) Mengidentifikasi data sesuai dengan masalah dalam penelitian; 3.) Menampilkan data atau kutipan sesuai dengan masalah penelitian; 4.) Mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah penelitian; 5.) Mengecek keabsahan data sehingga data tersebut valid, sesuai dengan masalah dalam penelitian.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penulis sendiri. Penulis sebagai instrumen utama atau instrumen kunci, dibantu dengan kartu pencatat data. Selanjutnya, catatan yang berupa data dihimpun secara khusus menurut klasifikasi permasalahan penelitian.
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika, maka teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut. 1.) Menganalisis data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 2.) Menginterpretasikan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 3.) Setelah data dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian konsultasikan dengan dosen pengampu; 4.) Menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah penelitian.

ANALISIS
Menurut Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan, (2.) majas perbandingan, (3.) majas pertentangan, dan (4.) majas sindiran. Dalam penelitian ini difokuskan pada majas yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian, yaitu sebagai berikut:
  1. Majas Penegasan
Yang termasuk dalam majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim, anagram, antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis, enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme, praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton, sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. Namun, majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian adalah klimaks dan retoris/erotesis.
·         Klimaks adalah urutan pernyataan menuju puncak. Terdapat 4 majas klimaks dalam cerita pendek Belian. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Aku percaya bahwa obat-obatan yang telah diteliti di laboratorium dengan berbagai eksperimentasi benar-benar mampu melawan segala kuman, amuba, virus, atau bakteri yang menggerogoti darah daging dan tulang manusia membuat manusia merasakan sakit. (paragraf 10)
2.)    Mereka melakukan pengorbanan apa saja lewat upacara yang begitu memakan waktu, tenaga, dan biaya agar kematian itu tak lagi menjemput berulang. (paragraf 11)
3.)    “Tak camat, polisi, atau bupati yang dapat menghentikan belian. Cuma dokter, Ru.” (paragraf 14)
4.)    Bersama pasien lainnya tak sepeser pun aku menarik biaya, sementara untuk menjadi pasien belian mereka harus membawa beras, ayam, dan babi yang disertakan dalam upacara. (paragraf 19)
·         Retoris/Erotesis adalah kalimat tanya tanpa memerlukan jawaban. Terdapat 9 majas retoris dalam novel Belian. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Benarkah segala yang ditangkap mataku? (paragraf 2)
2.)    Adakah aku bermimpi? (paragraf 3)
3.)    Akan tetapi di mana Paman Usan? (paragraf 9)
4.)    Mengapa sakit yang begitu parah dapat disembuhkan? (paragraf 10)
5.)    Mengapa seseorang yang seharusnya dioperasi, dapat saja dipulihkan tanpa menggunakan pisau bedah? (paragraf 10)
6.)    Bukankah di dalam daging sebenarnya bersemayam benih kematian? (paragraf 12)
7.)    Jadi aku sendiri pernah di-belian-i? (paragraf 21)
8.)    Lalu mengapa ibu ingin aku menggantikan nenek moyang? Agar aku menjadi pahlawan? (paragraf 24)
9.)    Berapa lamakah usia manusia? (paragraf 28)
  1. Majas Perbandingan
Yang termasuk dalam majas perbandingan ialah alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonimia, onomatope, paronomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia, dan tropen. Namun, majas perbandingan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian adalah simile.
·         Simile adalah perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding: seperti, laksana, umpama. Terdapat 9 majas simile dalam cerita pendek Belian. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Musik itu seperti bersaing dengan kegelapan. (paragraf 1)
2.)    Segalanya campur aduk dengan berbagai aroma yang dibawa udara di seluruh lou seperti aroma dupa-dupaan yang dibakar di dalam dapur pedupaan dan bau masakan yang ditaruh di dalam beberapa talam tembaga berkaki tinggi di bawah juntaian peralatan belian di tengah arena. (paragraf 1)
3.)    Kata-kata itu seakan mengandung tuah yang memiliki nyawa karena berasal dari para dewa yang menjaga kesehatan dan kebugaran. (paragraf 4)
4.)    Kata-kata itu seperti napas yang memenuhi rongga dada dan terhirup lewat hidung kehidupan. (paragraf 4)
5.)    Bersamanya aku seakan menari dengan kegirangan pemahaman kanak-kanak tentang sebuah dunia yang bersisian dengan malam. (paragraf 5)
6.)    Bunyi mantra dari mamang yang diucapkan di dalam lagu seperti merayu sesuatu yang sayup sampai, seakan terjangkau tangan, dan jemari ingin meremasnya, namun jaraknya begitu jauh, seperti dipisahkan oleh musim dan cuaca. (paragraf 6)
7.)    Semuanya seperti dipisahkan oleh tirai malam yang gulita. (paragraf 6)
8.)    Aku serasa berdiri tanpa kawan di sebuah tubir yang di bawahnya suatu kegelapan ngarai yang dalam! (paragraf 9)
9.)    Mata ibu seperti mata mahaguru. (paragraf 25)
  1. Majas Pertentangan
Yang termasuk dalam majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis, kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. Namun, tidak ada majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian. Cerita pendek Belian hanya memiliki dua kutipan yang mengandung majas kontradiksio.
·         Kontradiksio adalah kata-kata yang berlawanan secara situasional. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Akan tetapi kadang aku diterima dengan cemooh oleh orang-orang yang sudah berumur yang mengenal siapa aku. (paragraf 20)
2.)    Kenyataan ini membuat aku menjadi gamang, mengapa pertolongan kebaikan yang berdasarkan pengetahuan dan akal sehat ditolak, sementara sesuatu yang musykil justru diterima dengan keyakinan sepenuh hati? (paragraf 23)
  1. Majas Sindiran
Yang termasuk dalam majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata, sarkasme, dan sinisme. Namun, majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian adalah majas sinisme.
·         Sinisme adalah kata-kata yang mengandung sindiran agak kasar. Terdapat 6 majas sinisme dalam cerita pendek Belian. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)     “Ia sendiri dulu di-belian-iku. Kalau tidak, mungkin ia sudah tiada. Seperti ayahnya!” (paragraf 20)
2.)    “Nenek tidak kuat dengan obat kota, tak usahlah Nenek diapa-apakan. Paling-paling kalau selolo belian sudah menyentuh kulit Nenek semuanya pulih seperti sediakala.” (paragraf 22)
3.)    “Hanya satu bulan sudah menyerah? Hanya sebulan seorang sarjana sudah angkat tangan?” (paragraf 26)
4.)    Terlalu besar biaya kuliah seorang dokter, sayang jika hanya dibuang untuk menyadarkan segelintir manusia yang terang-terangan menolak pertolongan? (halaman 54)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.) Majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian ialah klimaks dengan 4 kutipan dan retoris dengan 9 kutipan 2.) Majas perbandingan yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian ialah simile dengan 9 kutipan 3.) Majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam cerita Belian ialah kontradiksio dengan 2 kutipan 4.) Majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam cerita pendek Belian ialah sinisme dengan 6 kutipan. Fungsi dari penggunaan majas dalam cerita pendek Belian antara lain adalah sebagai ciri khas penulis ceritanya, untuk menambah nilai estetik pada karya sastra, menarik minat pembaca, menguatkan makna dari setiap kalimatnya, dan menegaskan genre dari novel tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rampan, Korrie Layun. 2003. Teluk Wangkay. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafitti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar