Rabu, 15 Juni 2016

MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU (DALAM KAJIAN STILISTIKA)



Oleh: Ulya Yurifta
Dewasa ini pengkajian sastra mendapat perhatian tidak hanya dari para ahli atau kritik sastra, tetapi juga dari para peminat dan penggemar sastra. Karya sastra merupakan sebuah karya yang pada hakikatnya dibuat dengan mengedepankan aspek keindahan disamping keefektifan penyampaian pesan. Aspek keindahan tersebut sengaja dibentuk oleh pengarang dengan memanfaatkan potensi bahasa. Aspek keindahan itu juga yang digunakan oleh pengarang agar dapat memberikan daya tarik kepada suatu karya sastra sehingga mampu memikat pembacanya. Ciri khas pengarang yang menjadi daya tarik dari suatu karya dapat dikaji dengan kajian stilistika.
Dalam stilistika terdapat proses analisa yang mengandung peranan besar, yaitu Majas. Menurut (Teeuw, 2013), pada zaman modern stilistika sering kali memperlihatkan persamaan dengan retorika, tetapi tanpa aspek normatifnya; stilistik, ilmu gaya bahasa, juga diberi definisi yang bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya selalu meneliti pemakaian bahasa yang khas atau istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra dan lain-lain, atau pula yang menyimpang dari bahasa sehari-hari atau dari bahasa yang dianggap normal, baku dan lain-lain.
Kajian stilistika diperlukan dalam mengkaji bahasa di dalam karya sastra. Salah satu karya sastra yang dapat dikaji dengan stilistika adalah cerpen. Cerpen adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang kehidupan manusia lewat tulisan pendek. Dalam penelitian kali ini, peneliti hendak menggunakan objek kajian cerpen yang berjudul Mereka Bilang Saya Monyet, adanya rasa tertarik menggunakan kajian Stilistika, yang dimana stilistika ini sendiri sangat jarang dikaji dan jarang diperoleh perhatian. Karena pada umumnya stilistika lebih banyak dibicarakan dalam ilmu bahasa, yaitu dalam bentuk deskripsi berbagai jenis gaya bahasa, sebagai majas contohnya. Menurut (Warren, 1989) banyak penelitian di bidang ini yang bertujuan sempit dan bersifat menggurui. Stilistika di pakai untuk merekomendasikan gaya “menengah” tertentu yang menekankan kejelasan, ketepatan, dan mengarah ke disiplin pendidikan tertentu atau untuk mengagungkan bahasa tersebutt. Karena stilistika itu sendiri sebenarnya kita bisa mempelajari dengan membedakan titik perpisahan antara stilistika bahasa dengan sastra, bisa menemukan arah baru sekaligus model penelitian dengan teori stilistika kontemporer, stilistika postmoder.

Stilistika
Menurut (Ratna, 2009) Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya. Sedangkan stil (style) adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Stilistika tidak terbatas dalam bahasa dan sastra. Dalam pengertian yang lebih luas, gaya juga dibicarakan dalam karya seni yang lain, termasuk bentuk-bentuk karangan bebas pada umumnya, seperti : politik, ekonomi, media massa, dan sebagainya, bahkan juga dalam kehidupan praktis sehari-hari.
Dalam karya seni gaya berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan secara khas medium masing-masing yang kemudian dapat menimbulkan aliran-aliran. dalam bidan ilmu pengetahuan dikenal gaya ilmiah, gaya ilmiah populer, gaya selingkung. Dalam bidang olah raga dikenal gaya bebas, gaya dada. Dalam media massa dan kehidupan sehari-hari dikenal gaya hidup, gaya orde lama, gaya kapitalis, gaya binatang pop, gaya keraton, dan sebagainya (Ratna, 2009).
Majas
Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan. Perbedaannya, dalam kehidupan sehari-hari, dalam aktivitas nonseni gaya menduduki posisi sekunder, sedangkan dalam karya sastra dan karya seni pada umumnya keindahan merupakan gejala dominan. Pada dasarnya dalam karya sastra baik gaya maupun gaya bahasa memang berperan penting. Seperti masalah umum penulisan, penyajian, komposisi, struktur penceritaan, termasuk cara penampilan karakter huruf, kover, dan ukuran buku. Tujuannya jelas untuk menarik minat pembeli dan menguasai dunia pemasaran.
Majas di bagi menjadi empat macam yaitu: 1) majas penegasan, 2) perbandingan, 3) pertentangan, dan 4) sindiran. Di dalam penelitian ini, objek yang diambil adalah cerpen Mereka Bilang saya Monyet karya Djenar Maesa Ayu. Dan di dalam penelitian ini, menggunakan majas perbandingan, dikarenakan didalam majas perbandingan ada banyak poin gaya bahasa yang sesuai di dalam cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Dan adapun dalam penelitian ini mengambil teori dari Abrams, yang dimana Abrams mengatakan di dalam teorinya ada dua macam penelitian, modern dan tradisional. Di dalam peneletian ini lebih memfokuskan bagian tradisionalnya karena masih dipengaruhi oleh bentuk (gaya bahasa) yang dimana teori Abrams tersebut mendukung dalam mengkaji cerpen Mereka Bilang Saya Monyet. Dalam stilistika tradisional, masalahnya, biasanya dijawab dengan sembarang saja. Bentuk-bentuk diletakkan dalam dikotomi antara bentuk yang menguatkan dan bentuk yang melemahkan.
Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi:
  •     Alegori
Alegori adalah perbandingan dengan alam secara utuh
  •  Alusio
Alusio adalah majas dengan ungkapan, peribahasa, atau sampiran
  • Antonomasia
Antonomasia adalah sebutan untuk menggantikan nama orang
  • Disfemisme
Disfemisme adalah menonjolkan kekurangan tokoh
  • Epitet
Epitet adalah acuan untuk menunjukkan sifat khusus seseorang atau hal lain
  • Eponim
Eponim adalah nama yang menunjukkan ciri-ciri tertentu
  •  Eufemisme
Eufemisme adalah menghaluskan arti
  • Hipalase
Hipalase adalah keterangan yang seolah-olah ditempatkan pada tempat yang salah
  • Hiperbola
Hiperbola adalah melebihi sifat dan kenyataan yang sesungguhnya
  • Litotes
Litotes adalah cara merendahkan diri
  •  Metafora
Metafora adalah membandingkan suatu benda dengan benda lainnya
  • Metonimia
Metonimia adalah menggunakan suatu nama tetapi yang dimaksud benda lain
  • Onomatope
Onomatope adalah menggunakan tiruan bunyi
  • Paranomosia
Paranomosia adalah kata yang sama tetapi menampilkan makna yang berbeda
  • Perifrasis
Perifrasis adalah suatu kata yabg diperluas dengan ungkapan
  • Personifikasi
Personifikasi dalah benda mati yang dianggap hidup
  • Simbolik
Simbolik adalah perbandingan dengan simbol
  • Simile
Simile adalah menggunakan kata-kata perbandingan
  • Sinekdoke
Sinekdoke adalah sebagian untuk keseluruhan dan sebaliknya
Sinekdoki ada dua macam: pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan) dan totum pro parte (keseluruhan untuk sebagian).
  • Sinestesia
Sinestesia adalah penggunaan beberapa indera
  • Tropen
Tropen adalah istilah lain dengan makna sejajar

Dari uraian diatas tadi, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu yang mempelajari tentang gaya bahasa dalam karya sastra, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Stilistika tidak terbatas dalam bahasa dan sastra. Gaya bahasa juga dapat menghidupkan karya sastra itu sendiri dan bisa bervariasi, dan terakhir bisa menghindari sifat monotom. Jenis-jenis dari majas perbandingan meliputi : Alegori, Alusio, Antonomasia, Disfemisme, Epitet, Eponim, Eufemisme, Hipalase, Hiperbola, Litoses, Metafora, Metonimia, Onomatape, Paranomasia, Perifrasis, Personifikasi, Simbolik, Simile, Sinekdoke, Sinestesia, Tropen.

Berikut dari kesimpulan diatas tadi di buat tabel instrumennya berupa :

No
kutipan
Jenis majas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1.
Saya tahu persis siapa dirinya. Saya tahu persis Si Kepala Anjing berhubungan dengan banyak laki-laki padahal ia sudah bersuami. Saya tahu persis Si Kepala Anjing sering mengendus-endus kemaluan Si Kepala Srigala. Bahkan Si Kepala Anjing juga pernah mengendus-endus kemaluan saya walaupun kami berkelamin sama. Tapi tidak di depan umum (2004: 8)




















2






















Maksud dari Si Kepala Anjing adalah seorang wanita yang sering berhubungan dengan banyak lelaki padahal sudah bersuami, bahkan ia tertarik pula dengan Monyet yang notabene sama-sama wanita seperti dirinya.
Keterangan :

1. Alegori
2. Alusio
3. Antonomasia
4. Disfemisme
5. Epitet
6. Eponim
7. Eufemisme
8. Hipalase
9. Hiperbola
10. Litoses
11. Metafora
12. Metonimia
13. Onomatape
14. Paranomasia
15. Perifrasis
16. Personifikasi
17. Simbolik
18. Simile
19. Sinekdoke
20. Sinestesia
21. Tropen
(*dibuat angka karena tabel tidak muat)









Kesimpulan adalah dalam penciptaan karya sastra tidak akan lepas dari gaya bahasa. Kajian stilistika sangat diperlukan dalam mengkaji karya sastra walaupun jarang orang yang mengkaji stilistika ini. Pada cerpen Mereka Bilang Saya Monyet karya Djenar Maesa Ayu ini banyak gaya bahasa yang dikaji dengan majas. Gaya bahasa adalah Pemakaian kata -kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud tanpa untuk membentuk plastik bahasa. Yang dimaksud plastic bahasa adalah : Daya cipta pengarang dalam membuat cipta sastra dengan mengemukakan pemilihan kata yang tepat. Sedangkan majas sendiri pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Jika dikaitkan dengan subgenre fantastik, cerpen ini masuk dalam kategori uncanny, karena dalam cerita tidak menemukan keraguan dan cerita dapat dipahami isi atau jalan ceritanya secara kerangka natural. Dan dalam cerpen Mereka Bilang Saya Monyet ini lebih cocok untuk mengambil majas perbandingan, Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.

Daftar Pustaka

Ayu, D. M. (2002). Mereka Bilang saya Monyet. Jakarta: PT GRAMEDIA PUSTAKA.
Ratna, P. N. (2009). Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Teeuw, A. (2013). Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.
Warren, R. W. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: PT GRAMEDIA.


                                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar