Rabu, 15 Juni 2016

KRITIK SOSIAL DALAM CERPEN BELIAN KARYA KORRIE LAYUN RAMPANG SUATU KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Oleh Febri Irdian (UAS)



Karya sastra tidak mungkin jatuh dari langit ,pasti ada sesuatu hal yang melatar belakanginya,  Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya

Sederhannya Karya sastra adalah cerminan masyarakat ,yang mana pembaca seakan akan masuk dan mendalami dunia dengan membaca karya sastra dan dunia yang di baca tersebut di buat oleh pengarang pasti atas dasar apa yang dia alami dalam kehidupan nyata si pengarah terlepas dari sedikit imajinasi dan pemikiran sang pengarah tersendiri tentu apa yang di gambarkan “biasanya adalah sebagian besar kenyataan yang di alami”

Dan dalam hal ini saya akan fokus membahas karya sastra itu sendiri terlepas dari apa yang di alami sang pengarang,bagaimana dalam karya sastra tersebut akan terlihat aspek “kritik sosial” yang secara tidak langsung akan membuat pembaca berkata “ oh ya benar juga” dan semua itu akan di amati dan di analisis menggunakan unsur unsur interinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra tersebut 
Dan dalam hal ini saya menganalisis cerpen belian karya Korrie karna menurut saya cerpen tersebut sangat menarik karna menampilkan potret masyarakat yang masih sangat erat dengan kebudayaan dan membuat kita berpikir bahwa ternyata masih ada saja masyarakat di zaman sekarang yang seperti ini dan membuat kita bertanya tanya benarkah itu terus berlanjut
            Dalam penilitian ini saya akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam hal ini karya sastra nya saja dan lebih tepatnya adalah kritik sosial yang ada dalam cerita nya dengan menggunakan instrumen utama adalah struktur yang membangun karya sastra itu sendiri
Landasan Teori
Hakikat Cerpen
Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek.cerpen merupakan salah satu ragam dari jenis prosa,cerpen terdiri dari berbagai kisah,sepero kisah percintaan (roman),kasih sayang,jenaka dan lain lain. Menurut KBBI disana dijelaskan kalau cerpen adalah kisahan Pendek ( Kurang dari 10.000 kata ) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.
Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam Damono, 1989: 3-4)  Yang meliputi hal-hal berikut.

1. Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya, yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a) bagaimana pengarang mendapat mata pencahariannya, apakah ia mendapatkan dari pengayoman masyarakat secara langsung, atau pekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme dalam kepengaragannya, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.

2. Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra dapat dianggap carmin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini masih kabur, karena itu, banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Yang harus diperhatikan dalam klasifikasi sastra sebagai cermin masyarakat adalah (a) sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, sebab banyak ciri-ciri masyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis, (b) sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya, (c) genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh mayarakat, (d) sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat. Sebaliknya, sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat mungkin masih dapat digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat tertentu.
Dengan demikian, pandangan sosial pengarang diperhitungkan jika peneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat.

3. Fungsi sosial sastra, maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai-nilai sosial. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang harus diperhatikan (1) sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi sebagai pengbaharu dan perombak, (2) sastra sebagai penghibur saja, dan (3) sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri
Dalam Sosiologi sastra terdapat 3 jenis pendekatan ,satu di antaranya yang saya gunakan adalah Sasiologi sastra yang memasalahkan karya sastra itu tersendiri, Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. (Wellek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban. Strukturalisme Genetik dalam Sosiologi Sastra
Strukturalisme genetik adalah salah satu tipe sosiologi sastra yang memahami karya sastra dari asal-usul genetiknya (genetik). Kajian ini berangkat dari struktur karya sastra yang dipahami dalam hubungannya dengan struktur masyarakat dan pandangan dunia yang melahirkannya.
Pandangan strukturalisme genetik mengenai pengarang, Strukturalisme genetik mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan pandangan dunia kelompok sosial pengarang. Ciri khas strukturalisme genetik adalah memahami dan mengkaji karya sastra berdasarkan aspek genetik atau asal usulnya, yaitu dalam hubungannya dengan pengarang dan pandangan sosial historis yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. 
Ada beberapa konsep yang dipahami dalam strukturalisme genetik, yaitu pengarang sebagai subjek transidividual atau subjek kolektif, pandangan dunia, fakta kemanusiaan, struktur karya, dialektika, dan pemahaman-penjelasan. Berikut penjelasannya menurut Wiyatmi (2013):
Struktur Karya Sastra Strukturalisme genetik, memandang karya sastra sebagai fakta sosial. Fakta sosial diartikan sebagai fakta (sesuatu hal) yang mempunyai peran dalam sejarah (Faruk, via Wiyatmi, 2013)
Dalam konsep strukturralisme genetik, struktur karya sastra bersifat tematik. Hal itu dikarenakan yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya
Berdarkan [1]teori Pengasingan dan Reifikasi yang mana menampilkan tokoh dan ide-ide di wilayah pengasingan,yang mana tokoh yang asing dalam benak pembaca,menandai bahwa cerita itu menampilkan peta kehidupan aneh,kehidupan sosial yang tidak masuk akal, yang jauh dari tafsiran pembaca ,jelas menandai karya terasing,namun dalam cerita ini walaupun cerita itu sedikit aneh namun tetap termasuk dalam kategori realisme atau dalam kata lain tergabung dalam Reafikasi karna juga menggambarkan kehidupan kebiudayaan masyarakat yang masih terjadi dalam masyarakat dayak.
Dari uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah cerminan masyarakat yang menampilkan realita kehidupan dalam dunia imaji yang dalam hal ini adalah kehidupan suku dayak di kalimantan yang masih memiliki kebudayaan yang kuat mengenai kepercayaan terhadap hal-hal yang masih di luar akal sehat, itu sangat tepat dan cocok jika menggunakan kritik sosial dalam sosiologi sastra karna akan membuat  kita memahami bagaimana sebeneranya yang terjadi dalam cerita tersebut.

Metode penelitian yang saya gunakan adalah dengan menggunakan data deskripsi  kualitatif dengan melihat apa saja unsur-unsur yang membangun dalam karya sastra yang dalam hal ini cerpen belian karya Korrie dengan melihat Tema,Alur,Latar dan  Nilai sosial yang ada dalam cerita tersebut
Analisi
1.      Tema:
Tema adalah garis besar cerita yang akan di angkat atau di ceritakan dalam sebuah karya sastra
Tema dalam cerpen ini adalah Kebudayaan masyarakat yang masih sangat kental dengan kepercayaan masyarakat pada zaman dulu sehingga ilmu pengetahuan jadi sangat sulit untuk di terapkan pada kelompok masyarakat tersebut
Kutipan dalam cerita tersebut :
dokter itu untuk orang kota, kata seseorang tetua yang kudatangi rumahnya, orang desa seperti kami ini hanya bisa disembuhkan dengan belian,ia pandang wajahku seperti menyimpan ketakutan,apalagi kalau harus membayar.”
2.      Alur :
Alur adalah tahapan atau Rangkaian jalannya sebuah cerita yang disampaikan oleh pengarang cerita tersebut
Alur dalam cerpen tersebut maju dan mundur karna terdapat beberapa bagian yang mana sang tokoh menceritakan masa lalu nya

            Kutipan dalam cerita tersebut :
                        lima belas tahun yang lalu aku dipisahkan ibu dengan segala upacara yang kurasakan mendidihkan darahku,kini segalanya berulang berada di depan mataku, dan aku merasa kembali pada masa kanakku bersama dengan paman usan”
3.      Latar
Latar adalah keterangan mengenai Ruang dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra.
            Latar suasana yang terjadi di desa tersebut dalam kegiatan Belian
            musik itu seperti bersaing  dengan kegelapan,iramannya,keras,kadang meninggi,lalu suara mantra belian sedang dalam kata-kata panggilan mantra kepada malam”

4.      Nilai Sosial
Yaitu nilai nilai yang terkandung dalam cerpen tersebut baik itu nilai agama,sosial,kebudayaan dan pendidikan.
            Nilai kebudayaan
            “selama ratusan tahun kakek dari kakek dari kakekmu secara turun temurun memelihara belian dan mempertahankan ada istiadat”


Kesimpulan
Bersarkan dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang telah lama terjadi selama turun temurun ratusan tahun mengakibatkan masyarakat tersebut sulit untuk menerima ilmu pengetahuan baru dalam hal adalah metode pengobatan Belian di bandingkan dengan metode kedokteran







DAFTAR PUSTAKA
Damono,Sapardi Djoko.1978.Sosiologi sastra sebuah Pengantar
Ringkas.Jakarta.Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa departement Pendidikan dan Kebudayaan.
Emir & Saifur Rohman.2015.Teori dan Pengajaran Sastra.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.
Endraswara,Suwardi.2013.Teori Kritik Sastra Prinsip Falsafat dan Penerapan.Yogyakarta.CAPS.
Endraswara,Suwardi.2012.Teori Pengkajian Sosiologi Sastra .Yogyakarta.UNY Press


[1] Suwardi,Endraswara,Teori sosiologi sastra,hlm 8,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar