(2125140272)
Program
Studi Sastra Indonesia
Universitas
Negeri Jakarta
PENDAHULUAN
Karya sastra dapat dikatakan
sebagai salah satu bentuk kebudayaan yang diciptakan berkaitan erat dengan
kehidupan manusia Karya sastra adalah karya seni dalam bentuk ungkapan
tertulis. Karya sastra menjawab bagaimana gagasan-gagasan bisa diwujudkan dalam
ungkapan tertulis. Salah satu jenis karya sastra adalah prosa. Cerita pendek
merupakan bagian dari prosa. Tokoh adalah salah satu unsur dari sebuah cerita.
Setiap pengarang menghadirkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita dengan keunikan
dan masalahnya sendiri-sendiri. Setiap tokoh mempunyai kondisi psikologis
tersendiri. Berbicara kepribadian tidak dapat dipisahkan dari ilmu psikologi
sastra yang berkaitan dengan karya sastra.
Menurut Endraswara dalam Minderop (2011) Psikologi sastra adalah
sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi sastra
sebenarnya sama dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Psikologi sastra
melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra,
tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan
pengalaman sendiri dalam karya sastranya dan pengalaman pengarang itu sering
dialami oleh orang lain. Psikologi dalam sastra mengandung fenomena-fenomena
yang tampak melalui perilaku tokoh-tokohnya. Dengan begitu psikologi dan sasra
memiliki hubungan secara tidak langsung.
TEORI
Teori
psikoanalisis dikemukakan oleh Sigmund Freud yang hidup antara tahun 1856-1939.
Latar belakang pendidikannya adalah dokter namun ia justru lebih fokus menjadi
ilmuwan. Freud membagi struktur kepribadian menjadi tiga yaitu id, ego
dan superego.
Id (das Es)
Id adalah
struktur tentang kepribadian yang terdiri dari naluri yang merupakan sumber
energi psikis seseorang. Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar,
sistemyang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id tidak punya kontak
dengan dunia nyata tetapi selalu berusaha untuk meredakan ketegangan dengan
cara memuaskan.Orang yang sedang lapar tidak akan menjadinkenyang dengan
membayangkan makanan atau minuman dengan itu manusia membutuhkan sistem lain
yang bisa mengarahkannya kepada pemenuhan kebutuhan. Sistem itu tidak lain
adalah ego.
Ego (das Ich)
Ego adalah struktur kepribadian yang berfungsi
menghadapi tuntutan realitas. Superego merupakan struktur kepribadian yang
merupakan cabang moral dari kepribadian. Maksudnya adalah kepribadian dibagi
menjadi tiga struktur: Id, merupakan struktur kepribadian yang ada sejak lahir,
termasuk insting-insting. Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan seseorang namun
ia berusaha menekannya sesuai realitas seperti yang diungkapkan Albertine
Minderop sebagai berikut:
Ego terperangkap
di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip
realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh
realitas.[1]
Perlu diketahu bahwa Id dan Ego tidak memilki
moralitas karena keduanya tidak mengenal baik dan buruk. Ego dikendalikan oleh
prinsip kenyataan, yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik Id.
Sebagai salah satu struktur kepribadian yang berhubungan dengan realitas atau
dunia luar Ego mengambil peran sebagai pengambil keputusan.
Superego (das Ueber Ich)
Struktur yang terakhir
adalah superego. Superego bisa juga disebut dengan hati nurani karena ia
mengenal baik dan buruk. Superegolah yang mengendalikan id dan ego untuk
bekerja sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. Tingkah
laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi ketiga sistem tersebut.
Superego mencerminkan yang ideal dan bukan real. Tugasnya yang utama adalah
memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat
bertindak sesuai dengan norma dan moral yang berlaku dimasyarakat.
Dari
penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki tiga struktur
kepribadian yaitu: id, ego dan superego. Meskipun masing-masing
memiliki mekanisme dan cara kerja sendiri, ketiganya tidak bisa dipisahkan pengaruhnya
terhadap perilaku dan kepribadian manusia.
METODE
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena
tentang apa yang dialami subjek peneliti, secara holistik dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus. Tujuannya
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, sehingga
terlihatlah mutu atau pendidikan berkualitas dari objek yang diteliti tersebut.
Penelitian ini terfokus pada struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego dan
superego pada tokoh utama dalam cerpen Belian karya Korrie Layun Rampan.
ANALISIS & PEMBAHASAN
Dari teori yang sudah dipaparkan diatas maka dibuat sebuah tabel instrumen
penelitian sebagai berikut:
No.
|
Tokoh Utama
|
Data
|
Id
|
Ego
|
Superego
|
Keterangan
|
1.
|
Sentaru
|
Kutahu perlawanan dari Paman usan dahulu sebelum Ibu
memaksaku pergi ke kota ntuk melanjutkan pendidikan. Bahkan selama lima belas
tahun aku terhilang karena kesibukanku dengan pelajaran dan keinginan Ibu
agar aku segera menggantikan belian jika aku lulus sebagai dokter.
|
Pada kutipan tersebut sebenrnya Ru antara mau tidak mau
ingin menjadi dokter karena tidak dijelaskan apakah Ru ingin menjadi dokter
atau tidak
|
Pada kutipan tersebut menjelaskan bahwa Ego dari Ru adalah
ia menuruti apa kata Ibunya untuk pergi ke kota dengan menjadi dokter agar
menggantikan belian.
|
Aspek superego dari kutipan tersebut adalah Ru antara mau
tidak mau menjadi dokter, karena yang memintanya adalah Ibunya maka ia
menuruti karena ia tidak mungkin melawan ibunya.
|
-
|
2.
|
Kini aku ada disini sudah sebagai dokter namun aku merasa
aku bukanlah utusan yang tepat untuk masyarakat yang dikehendaki Ibu. Mungkin
orang Jakarta lebih membutuhkan aku.
|
Pada kutipan ini Ru sebenarnya ingin menjadi pengganti
belian, ia ingin berpera sebagai dokter sesungguhnya di daerah Temula.
|
Pada kutpan tersebut Ego Ru menunjukan bahwa Ru ingin
menggantikan belian karena ia tidak merasa pengobatan dengan belian itu masuk
akal.
|
Pada kutpan tersebut aspek superego menujukan bahwa ia
sebenrya ingin menjadi dokter di wilayahnya namun karena ia ditolak ia ingin
kembali dan bekerja di Jakarta.
|
|
KESIMPULAN
Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud terbagi atas tiga
bagian yaitu id, ego, dan superego. Setiap struktur memiliki perannya
masing-masing. Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan
manusia agar memenuhi kebutuhannya. Ego berada ditengah-tengah dua kekuatan yang berusaha memenuhi
kebutuhan namun dibatasi dengan realitas. Superego bisa juga disebut dengan
hati nurani karena ia mengenal baik dan buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Minderop,
Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rampan, Korrie Layun.
2003. Teluk Wengkay. Jakarta:
Penerbut Buku Kompas.
[1]
Albertine Minderop, Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan
Contoh Kasus, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hlm. 22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar