Sabtu, 04 Juni 2016

“KETERKAITAN HUBUNGAN KARAKTER TOKOH UTAMA DENGAN KONFLIK YANG TERJADI DALAM KUMPULAN CERPEN KLOP KARYA PUTU WIJAYA”

Oleh: RIA TRI RAHAYU


2.1.1. Hakikat Cerita Pendek

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV dijelaskan mengenai pengertian cerita pendek. Cerita pendek atau cerpen merupakan sebuah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh di dalam satu situasi (pada suatu ketika). Hal tersebut tentu berbeda dengan novel yang notabenenya juga merupakan karya sastra jenis prosa namun isi dalam novel lebih kompleks daripada cerpen. Maka daapat disimpulkan ciri-ciri dari cerpen antara lain: Alur lebih sederhana, tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang, latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas, tema dan nilai-nilai kehiduan yang disampaikan relatif sederhana
Peristiwa dalam cerita maupun cerita pendek atau novel berwujud hubungan antartokoh, tempat, waktu, dan waktu yang membentuk satu kesatuan. Kemudian rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam cerita akan tercipta sebuah konflik. Pengarang harus terampil dalam mengarang dan mengolah kata-kata karena kata-kata adalah senjata utama pengarang dalam menciptakan sebuah efek dalam cerpen kepada pembaca. 

2. 1. 2. Hakikat Struktural

Teori struktural Robert Stanton membagi unsur intrinsik fiksi menjadi tiga bagian, yaitu: tema, fakta cerita (alur, karakter, dan latar) dan sarana cerita (judul, sudut pandangan, gaya dan tone, simbolisme dan ironi).  Makna unsur-unsur karya sastra hanya akan dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman keseluruhan. Maka, perlu sebuah analisis struktural yang dapat menggali sepenuhnya makna dari sebuah karya sastra. Pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Pendekatan struktural mempunyai konsepsi dan berbagai kriteria, diantaranya:
Karya sastra dipandang dan diperlakukan sebagai sebuah sosok yang berdiri sendiri, yang mempunyai dunia sendiri, serta mempunyai rangka dan bentuknya sendiri.
Memberi penilaian terhadap keserasian atau keharmonisan semua komponen membentuk keseluruhan struktur. Mutu karya sastra ditentukan oleh emampuan penulis menjalin hubungan antarkomponen tersebut sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermkna dan bernilai estetik. 
Pendekatan struktural berusaha berlaku adil terhadap karya sastra dengan jalan hanya menganilis karya sastra tanpa mengikutsertakan hal-hal di luarnya. Unsur-unsur di dalam karya sastra memiliki sebuah kepaduan, keterkaitan yang saling memengaruhi.  

2. 1.2.1. Hakikat Karakter

Sebuah cerita pendek tidak akan hidup tanpa seorang tokoh. Seorang tokoh yang memiliki berbagai macam karakter. Berbicara mengenai karakter tidak bisa dilepaskan dari yang namanya penokohan atau perwatakan, yaitu bagaimana tokoh-tokoh dalam ceritaya. Pengungkapan karakter setiap pengarang berbeda-beda, ada beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan karakter setiap tokoh:
Physical description ( melukiskan bentuk fisik)
Potrayal of thought stream or concious thought (melukiskan melalui jalan pikiran tokoh)
Reaction to events (melukiskan dengan reaksi pada setiap kejadian)
Direct author analysis (pengarang melukiskan karakter secara langsung)
Discussion of environment ( pengarang melukiskan keadaan yang ada)
Reaction to others about / to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan tokoh terhadap tokoh lain)
Teknik pengungkapan karakter secara langsung dari pengarang bisa dikenal dengan teknik analitik. Sementara teknik yang memerlukan peristiwa atau gambaran lain untuk bisa mengetahui karakter sebuah tokoh disebut dengan teknik dramatik. Dalam teknik dramatik ini pengarang tidak menampilkan secara rinci bagaimana karakter tokoh namun ia menampilakn peristiwa dan tindakan si tokoh. 

2.1.2.2 Hakikat Tokoh Utama
Dalam sebuah cerita biasanya pembaca akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan didalamnya. Ada tokoh yang berperan penting ada juga tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali saja dalam cerita. Tokoh yang pertama disebutkan tadi adalah tokoh utama cerita (main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah tokoh yang dikenai kejadian dan konflik penting yang memengaruhi perkembangan plot. Tokoh utama memiliki peranan yang penting, karena secara langsung atau tidak tokoh utama adalah pembawa alur cerita. Selain itu tokoh utama juga menentukan kemana cerita itu akan dibawa, begitu juga dengan konflik yang disuguhkan.

2.1.2.3 Hakikat Konflik
Konflik adalah inti alur cerita. Bagaimana bila sebuah cerita tidak ada konflik? Maka sudah pasti cerita tersebut tidak menarik karena seperti yang sudah dikatakan bahwa konflik adalah target atau inti dari cerita tersebut. Sebuah cerita tanpa konflik memang masih bisa berjalan namun cerita tersebut tidak akan menarik perhatian pembaca dan akan terasa hambar. 
  • Konflik dalam cerita ada berbagai macam, yakni:
  • Konflik manusia dengan manusia (konflik batin)
  • Konflik manusia dengan sesama
  • Konflik manusia dengan lingkungannya.
  • Konflik manusia dengan Tuhan atau keyakinannya.
Kehadiran karya sastra bukan lagi hanya menjadi hiburan semata namun juga menjadi perenungan akan berbagai macam konflik dalam kehidupan manusia. Konflik yang diberikan pengarang kepada pembaca melalui cerpen bisa dikembangkan kembali menjadi cerita pendek yang baik dengan pemecahan (kesimpulan pengarang) atau tidak. Penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca karena pengarang menganggap bahwa pembaca sudah cukup dewasa dan mempunyai pandangan hidup yang beragam. 
Banyak pengarang yang menyerahkan akhir dari sebuah cerita kepada pembaca membuktikan bahwa pengarang beranggapan bahwa pembaca memiliki pandagan hidup dan pola pikir yang berbeda-beda. Jadi, dengan begitu pengarang tidak memaksakan gagasan yang dimilikinya untuk ditelan mentah-mentah oleh pembaca. 

1 komentar:

  1. Ringkasan skripsi yang sudah dibuat oleh Ria Tri Rahaya sudah baik, antara isi dengan judul sudah menunjukkan korelasi. Akan tetapi, lebih baik kembali di beberapa paragraf yang menjelaskan dengan tanda titik dua (:) dibuat perpoint agar tidak menyulitkan pembaca untuk mengetahui apakah ini merupakan pembahasan yang sama atau berbeda.

    BalasHapus