Selasa, 22 Maret 2016

Sebuah Komentar Atas Resensi Pesan Dagang Pesan Politk - Hendrowiyatno

Oleh: Faisal Fathur (2125142204)

Hendrowiyanto memulai resensi seperti apa yang disarankan Gorys Keraf dalam Komposisi. Ia memulai dengan mengutarakan tema (tercakup dalam latar belakang) dari buku itu, yakni tentang kisah tiga seniman Tionghoa dan kaitannya dengan geger 1965. Selanjutnya latar belakang lain yang berisi identitas buku, seperti judul, penulis, penerbit, edisi, dan tebal dipaparkannya dalam bentuk poin-poin, bukan berbentuk deskriptif. 
Kemudian Hendrowiyanto menggiring pembaca untuk lebih mengenal tentang buku yang diresensinya melalui persoalan isi (dalam buku Keraf ada di bagian Keunggulan Buku). Soal isi ia menegaskan bahwa isi buku itu terdiri dari tiga kisah kehidupan seniman Tionghoa yang saling bersinggungan dengan geger 1965. Selanjutnya Hendrowiyanto memaparkan garis besar cerita tiap tokoh yang saya kira menarik.

Di mana tokoh pertama Lee Man Fong yang memprakarsai cita-cita “meng-indonesiakan para seniman Tionghoa.” Kedua, Lim Wasim yang penuh perjuangan untuk belajar seni di Beijing, dan ketiga yaitu Siauw Tik Kwie dengan kisah sebagai pelopor komik silat di Indonesia. Saya kira ketiga cuplikan kisah tersebut adalah bagian menarik yang sepertinya ditujukan untuk memantik ketergugahan pembaca. Hingga selanjutnya Hendrowiyanto mulai mengkritik buku tersebut yang seolah menyelipkan “pesan dagang” dan “pesan politik” pada karya-karya seniman Tionghoa. Persoalan itu sepertinya menjadi poin menarik bagi peresensi.
Di luar itu, ternyata resensi yang dituliskan Hendrowiyanto tak memenuhi 4 sasaran (organisasi, isi, bahasa, dan teknik) yang diutarakan Gorys Keraf. Asumsi yang muncul, ia hanya memaparkan aspek isi (konten) seperti yang sudah dipaparkan di atas. Pada aspek bahasa, Hendrowiyanto hanya sempat mengkritik soal narasi-narasi biografis yang tidak terlalu rinci dituliskan (paragraf terakhir). Dan pada aspek teknis tak sedikit pun juga dibahas persoalan perwajahan, pencetakan, dsb.
Kesimpulan dari resensi Pesan Dagang Pesan Politik sepertinya menunjukan bahwa Hendrowiyanto tidak mengikuti sepenuhnya anjuran Gorys Keraf dalam Komposisi. Ia hanya menekankan resensinya pada aspek konten semata dan itu cukup ditegaskan pada penilaiannya di bagian akhir, “Kisah tentang pelukis adalah satu hal, pencapaian artistik tentunya adalah perkara lain.”

1 komentar:

  1. Setelah membaca tanggapan Faisal Fathur atas resensi Hendrowiyanto. Saya kira Faisal sudah cukup memumpuni untuk menanggapi bagaimana cara menulis resensi, dan tentu saja mengikuti anjuran Gorys Keraf.

    Namun, sebelumnya saya sempat membaca tulisan Keraf jika seseorang yang menanggapi sebuah tulisan--alangkah lebih aduhai jika tidak menuliskan kata "Saya" dan saya kira Faisal juga cukup mengerti akan hal itu.

    Tanggapan Faisal menurut saya sudah cukup untuk sampai kepada pembaca lainnya.

    BalasHapus