Rabu, 23 Maret 2016

Mengomentari Resensi Pesan Dagang Pesan Politik


Oleh : Naswati

Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Dalam resensi Majalah Tempo berjudul Pesan Dagang Pesan Politik, kita dapat melihat banyak perbedaan dengan teori yang dibuat oleh Gorys Keraf. Pada teori ini resensi dapat dibagi dalam 4 penilaian yaitu, latar belakang, jenis buku, keunggulan buku, dan nilai buku.
Sebelum itu kita dapat melihat jika pemilihan judul “Pesan Dagang dan Pesan Politik” terasa kurang pas digunakan peresensi. Kata pesan dagang tidak dalam ditemukan pada isi yang menjelaskan ketiga tokoh. Sementara pesan politiknya ada yaitu ketika ketiga seniman Tionghoa ini mengalami masalah politik pada 1965. Biarpun dijelaskan jika pesan dagang dan pesan politik itu ada secara samar di dalam buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia ini.
Penilaian dimulai dari latar belakang buku peresensi hanya menuliskan poin-poin dari identitas buku. Namun pada poin itu tidak dicantumkan harga buku. Tema yang diangkat  kisah tiga tokoh seniman Tionghoa yaitu Lee Man Fong, Lim Wasim, dan Siauw Tik Kwie. Pengenalan Agus Dermawan T hanya mencantumkan jika dia adalah seorang kritikus seni rupa, seharusnya dapat ditambahkan penjelasan karyanya yang lain.
Dari segi penjelasan jenis buku, peresensi tidak menjelaskannya secara tersurat. Namun karena isinya tentang tokoh seniman Tionghoa maka buku ini dapat dikategorikan buku non-fiksi. Penjelasan pada tiga tokoh ini berupa biografi. Jadi jenis bukunya adalah non-fiksi berbentuk biografi.
Lain halnya dengan keunggulan buku, elemen terpenting ini justru tidak dimasukkan peresensi justru tidak ada. Peresensi tidak menganggap keunggulan buku penting padahal lewat ini peresensi dapat menarik pembaca untuk membeli  buku.
Namun peresensi dapat menuliskan nilai buku ini. Penilaian buku dinilai dari Organisasi, isi, bahasa dan teknik. Dalam  organisasi, memang penulis tidak menuliskan apakah alur buku ini maju, mundur, atau maju-mundur. Pada isi buku, peresensi banyak menjelaskan ketiga tokoh ini. Penggambaran ketiga tokoh seniman Tionghoa sangat memudahkan pembaca untuk mengetahui isi buku. Namun peresensi begitu fokus menceritakan isi hingga banyak aspek lain yang tidak dimasukan. Segi bahasa dan teknik menjadi contoh yang tidak ditilis peresensi.
Sehingga dapat disimpulkan jika peresensi tidak mngikuti kaidah penulisan Gorys Keraf. Peresensi membuat aspek-aspek pendukung menjadi kurang menjual karena eksplorasinya kurang.


2 komentar:

  1. komentar resensi yang dipaparkan oleh Naswati menurut saya sudah baik dan benar karena mengikuti kaidah-kaidah resensi dari Gorys Keraf. namun, ada beberapa bagian yang tidak dijelaskan oleh Naswati dengan mendetail. seperti pada bagian latar belakang, dalam teori resensi Gorys Keraf, latar belakang dibagi menjadi 4 sub, yaitu tema besar; identitas buku; sinopsis; dan pengenalan pengarang. namun Naswati tidak memaparkan tentang sinopsis buku tersebut.
    kemudian, dari keseluruhan isi, Naswati hanya mengomentari hal-hal dengan 1 atau 2 kalimat saja. tidak dikulik lebih dalam lagi.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus