Selasa, 22 Maret 2016

MENGOMENTARI RESENSI YANG BERJUDUL “PESAN DAGANG DAN PESAN POLITIK”



Oleh Muhammas Putera Sukindar
Sejujurnya, saya sendiri masih bingung menilai baik atau buruknya sebuah resensi. Sebab menurut saya semua resensi itu baik asalnya bersifat objektif. Terlepas dari teori, dan formula pakar-pakar tertentu.
Di sini saya akan mengomentari resensi yang berjudul PESAN DAGANG DAN PESAN POLITIK Oleh Hendro Wiyanto yang indikator kesesuaiannya merujuk pada buku Komposisi karya Gorys Keraf. Pada halaman 274, bagian dasar resensi, diberi dua penekanan untuk penulis resensi yang berbunyi bahwasannya peresensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, kemudian harus menyadari sepenuhnya apa maksud membuat resensi itu. Dan pada hal ini, Hendro Wiyanto melakukan hal tersebut dengan cukup baik.
Kemudian disusul dengan latar belakang, yang didalamnnya terdapat latar belakang dan terdapat sub-subnya lagi. Seperti penulis, identitas buku, tanggal terbit, penerbit, tema, dan harga. Peresensi menuliskan itu semua dalam resensinya kecuali harga. Padahal harga cukup berperan penting dalam sebuah resensi, agar menjadi perbandingan konten buku atau kualitas isi buku dengan harga yang ditawarkan penerbit. Dan juga, harga dapat menjadi pertimbangan bagi seorang pembaca.
Lalu dalam bukunya, Gorys Keraf menegaskan jika tidak menjelaskan jenis atau macam apa buku yang diresensi itu sudah dapat dikatakan gagal. Meski terdengar begitu berlebihan, tapi jika diperhatikan dengan seksama hal tersebut terhitung penting. Tapi, dengan pertimbangan deskripsi si peresensi jelas. Sebab, dalam pendeskripsian saja pembaca sudah dapat mengklasifikasi buku jenis apa yang diresensi ; fiksi ataupun non fiksi. Pada intinya resensi ini tidak menjelaskan jenis buku secara verbal.
Kemudian dalam keunggulan buku, pertama terdapat organisasi. Organisasi adalah kerangka buku itu, atau hubungan antara satu bagian dengan bagian lain. Analoginya seperti menilai hutan, pastinya harus melihat dari jauh, dan secara keseluruhan agar dapat mencari daya tariknya. Dalam resensi ini, peresensi hanya memaparkan organisasi pada dua paragraph awal saja. Kemudian Isi, atau detail. Hampir seluruh resensi, peresensi memaparkan isi dengan detail yang terlihat ketika menjelaskan tiga tokoh antara lain Man Fong, Lim Wasim, dan Siauw Tik Kwie.
Kemudian Bahasa, yang isinya terdapat struktur kalimat, hubungan antar kalimat, dan pilihan kata.  Tiga unsur ini menurut Gorys Keraf terbilang penting, karena bagaimanapun jika kontennya bagus namun gaya bahasanya sukar untuk dicerna akan menjadi penghambat dalam menyerap informasi. Tapi disayangkan peresensi tidak memaparkan hal tersebut.
Lalu Teknik, meski terdengar sepele, Gorys Keraf memperhatikan hal tersebut. Yang di dalamnya terdapat Layout, Kebersihan, dan Percetakannya. Namun peresensi tampaknya tidak begitu acuh dengan hal-hal tersebut.
Di sini, saya dapat membuat kesimpulan bahwa peresensi tidak mengacu pada formula yang terdapat pada buku Komposisi karya Gorys Keraf. Terlepas dari itu, baik atau buruknya resensi ini tergantung dari efektifitas penjelasan yang ia tawarkan, dan juga rasa kepuasan informasi yang didapatkan seorang pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar