Oleh Muhammas Putera Sukindar
Sejujurnya,
saya sendiri masih bingung menilai baik atau buruknya sebuah resensi. Sebab
menurut saya semua resensi itu baik asalnya bersifat objektif. Terlepas dari
teori, dan formula pakar-pakar tertentu.
Di
sini saya akan mengomentari resensi yang berjudul PESAN DAGANG DAN PESAN POLITIK Oleh Hendro Wiyanto yang indikator
kesesuaiannya merujuk pada buku Komposisi karya Gorys Keraf. Pada halaman 274,
bagian dasar resensi, diberi dua penekanan untuk penulis resensi yang berbunyi
bahwasannya peresensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya,
kemudian harus menyadari sepenuhnya apa maksud membuat resensi itu. Dan pada
hal ini, Hendro Wiyanto melakukan hal tersebut dengan cukup baik.
Kemudian
disusul dengan latar belakang, yang didalamnnya terdapat latar belakang dan
terdapat sub-subnya lagi. Seperti penulis, identitas buku, tanggal terbit,
penerbit, tema, dan harga. Peresensi menuliskan itu semua dalam resensinya
kecuali harga. Padahal harga cukup berperan penting dalam sebuah resensi, agar
menjadi perbandingan konten buku atau kualitas isi buku dengan harga yang
ditawarkan penerbit. Dan juga, harga dapat menjadi pertimbangan bagi seorang
pembaca.
Lalu
dalam bukunya, Gorys Keraf menegaskan jika tidak menjelaskan jenis atau macam
apa buku yang diresensi itu sudah dapat dikatakan gagal. Meski terdengar begitu
berlebihan, tapi jika diperhatikan dengan seksama hal tersebut terhitung
penting. Tapi, dengan pertimbangan deskripsi si peresensi jelas. Sebab, dalam
pendeskripsian saja pembaca sudah dapat mengklasifikasi buku jenis apa yang
diresensi ; fiksi ataupun non fiksi. Pada intinya resensi ini tidak menjelaskan
jenis buku secara verbal.
Kemudian
dalam keunggulan buku, pertama terdapat organisasi. Organisasi adalah kerangka
buku itu, atau hubungan antara satu bagian dengan bagian lain. Analoginya
seperti menilai hutan, pastinya harus melihat dari jauh, dan secara keseluruhan
agar dapat mencari daya tariknya. Dalam resensi ini, peresensi hanya memaparkan
organisasi pada dua paragraph awal saja. Kemudian Isi, atau detail. Hampir
seluruh resensi, peresensi memaparkan isi dengan detail yang terlihat ketika
menjelaskan tiga tokoh antara lain Man Fong, Lim Wasim, dan Siauw Tik Kwie.
Kemudian
Bahasa, yang isinya terdapat struktur kalimat, hubungan antar kalimat, dan
pilihan kata. Tiga unsur ini menurut
Gorys Keraf terbilang penting, karena bagaimanapun jika kontennya bagus namun
gaya bahasanya sukar untuk dicerna akan menjadi penghambat dalam menyerap
informasi. Tapi disayangkan peresensi tidak memaparkan hal tersebut.
Lalu
Teknik, meski terdengar sepele, Gorys Keraf memperhatikan hal tersebut. Yang di
dalamnya terdapat Layout, Kebersihan, dan Percetakannya. Namun peresensi
tampaknya tidak begitu acuh dengan hal-hal tersebut.
Di
sini, saya dapat membuat kesimpulan bahwa peresensi tidak mengacu pada formula
yang terdapat pada buku Komposisi karya Gorys Keraf. Terlepas dari itu, baik
atau buruknya resensi ini tergantung dari efektifitas penjelasan yang ia
tawarkan, dan juga rasa kepuasan informasi yang didapatkan seorang pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar