Rabu, 23 Maret 2016

Tanggapan Resensi Buku Melipat Air karya Agus Dermawan T



Oleh Nopriandi Saputra
2125143345
Sejujurnya jika saya harus berkomentar tentang resensi ini menurut saya resensi yang dibuat oleh Hendro Wiyanto sudah sangat bagus, karena jika kita mengacu pada buku Gorys Keraf tentang teori resensi ini, Hendro Wiyanto sudah mengikuti apa yang dijelaskan dalam bukunya Gorys keraf yaitu hubungan paragraf perparagraf pada resensi ini sudah relevan dengan menjelaskan sedikit isi cerita diawal paragraf supaya si pembaca terbawa oleh apa yang ingin ia sampaikan. 
            Resensi ini juga memiliki judul yang menarik, yaitu pesan dagang dan pesan politik yang menceritakan tentang kehidupan tiga orang tionghoa yang hidup pada masa kehidupan politik indonesia baru dibangun. walaupun buku ini terlihat berat untuk dibaca bagi pembaca pemula, tetapi disini ia membuat resensi ini menjadi mudah dipahami karena Hendro Wiyanto menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
            Secara keseluruhan resensi ini adalah resensi yang bagus dari latar belakang, isi, keunggulan buku dan nilai buku dipaparkan dengan rapih sesuai dengan yang di anjuran buku Gorys Keraf tentang teori resensi walaupun akan lebih baik lagi apabila pada identitas buku dibuat menjadi sebuah narasi bukan point-point supaya perhatian pembaca bisa terfokus pada satu teks.

Mengomentari Resensi Pesan Dagang Pesan Politik


Oleh : Naswati

Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Dalam resensi Majalah Tempo berjudul Pesan Dagang Pesan Politik, kita dapat melihat banyak perbedaan dengan teori yang dibuat oleh Gorys Keraf. Pada teori ini resensi dapat dibagi dalam 4 penilaian yaitu, latar belakang, jenis buku, keunggulan buku, dan nilai buku.
Sebelum itu kita dapat melihat jika pemilihan judul “Pesan Dagang dan Pesan Politik” terasa kurang pas digunakan peresensi. Kata pesan dagang tidak dalam ditemukan pada isi yang menjelaskan ketiga tokoh. Sementara pesan politiknya ada yaitu ketika ketiga seniman Tionghoa ini mengalami masalah politik pada 1965. Biarpun dijelaskan jika pesan dagang dan pesan politik itu ada secara samar di dalam buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia ini.

Tanggapan Terhadap Resensi Buku Melipat Air: Jurus Budaya Pendekar Tionghoa



Oleh Mia Karnia Sari

Belum ada kesan mendalam terhadap hasil resensi buku Melipat Air: Jurus Budaya Pendekar Tionghoa oleh Hendry Wiyanto ini. Menurut Bapak Keraf dalam bukunya yang berjudul Komposisi yang berbicara seputar resensi, hasil resensi Hendry ini kurang menyediakan informasi yang terkandung pada resensi-resensi secara umum. Bisa dikatakan bila hasil resensi Hendry di sini kurang lengkap unsur-unsurnya.
Menurut teori resensi yang telah saya baca, hasil resensi Hendry ini belum menyertakan latar belakang penulis dalam meresensi buku Melipat Air ini secara implisit. Hendry cenderung mengulas isi buku dalam intensitas yang terlalu banyak hingga kurang memberikan sensasi membaca resensi pada umumnya bagi saya. Pada tahapan ini, saya kurang mengerti maksud dari Hendry mengapa ia akhirnya memutuskan membuat resensi buku tersebut tanpa menyertakan latar belakang yang sejujurnya.
Hasil resensi ini juga belum menyebutkan jenis buku seperti apa Melipat Air di sini. Tak jarang identitas terkait jenis buku juga menjadi hal ikhwal yang dicari pembaca dalam hasil resensi seseorang. Hal inilah yang akan memperkuat alasan pembaca resensi untuk turut membaca buku yang telah diresensi sebelumnya.
Menurut saya, kesuksesan sebuah resensi dalam memotivasi pembaca terdapat pada kelengkapan unsur-unsur yang membangunnya, khususnya latar belakang yang disertakan peresensi dalam rangka memotivasi pembaca agar memiliki ketertarikan yang sama terhadap buku yang telah diresensi sebelumnya.


Selasa, 22 Maret 2016

KOMENTAR RESENSI

ARRY DWI PRASETYO
2125143356



Peresensi ini tidak begitu terlalu membahas tentang pesan dagan itu sendiri. Dengan menggunakan judul "pesan politik dan pesan dagang", peresensi malah lebih fokus kepada 3 pemain: seniman tionghoa yang lebih banyak  dibahas didalam isi resensi tersebut. Resensi yang dibuat oleh Kurator Seni Rupa, Hendro wiyanto  di awal cukup sesuai dengan teori Gorys Keraf dimana peresensi mencantumkan latar belakang buku tersebut, seperti : judul buku, penerbit, penulis, dll.

Tetapi saat di isi peresensi tidak begitu jelas ingin menayampaikan apa kepada pembaca. Seperti Ia hanya membahas tiga seniman tionghoa yang penjelasannya juga tidak begitu jelas dan tidak begitu menarik.

Peresensi juga tidak menuliskan tentang keunggulan buku dan tetek bengeknya, seperti isi, bahasa, teknik dan bahasa.  Dalam latar belakangnya juga peresensi tidak mencantumkan perkenalan penulisnya dan ringkasan ceritanya..















Tanggapan Resensi Buku Melipat Air : Jurus Budaya Pendekar Tionghoa karya Agus Dermawan T.

Oleh Wahyu Nurhaeni
Dalam resensi buku ini, sepertinya peresensi menargetkan kalangan menengah atas untuk membaca buku ini, terlihat dari bahasa dan kata-katanya yang tidak umum. Detail-detail isi buku dituliskan dengan baik. Peresensi juga menceritakan tiga sub utama yang ada di dalam buku, yang menceritakan tentang ketiga seniman tionghoa itu yang merupakan inti dari kesulurahan buku yang ingin di sampaikan pengarang, juga latar belakang ketiga tokoh-tokoh tersebut. Dalam tulisan resensi ini pun terdapat kritik terhadap kecondongan penulis yang sebenarnya masih peresensi maklumi, namun sepertinya persensi menyampaikan kelebihan dari buku ini tidak terlalu detail atau hanya tersirat saja, sehingga memungkinkan untuk bebarapa orang yang membaca resensi ini hanya melihat bagian kekurangannya saja atas presepsi peresensi. Meskipun terlihat saat peresensi mengungkapkan detail isi buku dan sejarah para seniman tionghoa yang terdapat dalam buku tersebut, tetapi peresensi tidak mencantumkan buku tersebut masuk golongan atau klasifikasi buku apa, sehingga ada kemungkinan besar pembaca hanya menebak-menebak buku tersebut adalah hanya buku biografi ketiga tokoh tersebut meskipun peresensi sudah menyisipkan ada pesan-pesan tersirat dari buku ini, tetapi tidak ada perbandingan dari buku serupa, jadi seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kelebiahannya pun tidak secara jelas dituliskan, kurangnya perbandingan dari buku-buku sejenis membuat isi resensi ini hanyalah presepsi penulis semata walaupun sudah dengan detail di gambarkan bahwa buku ini mengenai tiga tokoh seniman tionghoa, tetapi kesimpulan dan penilaian yang diambil menjadi kurang konkret. Latar belakang tokoh yang terdapat pada buku tersebut memang dituliskan dengan baik, tetapi sayangnya latar belakang si pangarangpun tidak dituliskan, meskipun ada latar belakang yang dituliskan mengapa si pengarang menulis buku tersebut, walau hanya secara tersirat. Kesimpulannya, penilaian yang di sampaikan peresensi agak kurang secara objektif karena kurangnya perbandingan dari buku-buku yang lain yang serupa dan hanya menceritakan secara detail latar belakang tokoh yang ada di dalam buku tersebut, tanpa membahas detail terlebihdahulu pengarang buku tersebut.

Komentar Resensi Pesan Dagang dan Pesan Politik

Oleh: Dhika Anggoro Satrio 

                Pesan Dagang dan Pesan Politik dipilih Hendro Wiyanto sebagai judul resensi. Pada bagian identitas buku sudah ditulis beberapa poin seperti judul, penulis, penerbit, edisi, dan tebal buku. Banyak kutipan yang ditulis peresensi dalam resensi tersebut yang tidak lain merupakan isi buku atau sinopsis, seperti pada kalimat pembuka resensi yang merupakan kutipan dalam buku yang juga menurut saya cukup memancing minat orang untuk membaca buku Melipat Air: Jurus Budaya Pendekar Tionghoa.

Komentar Untuk Pesan Dagang dan Pesan Politik


Oleh Latifah

Handrowiyanto membuat sebuah resensi yang dipublikasikan oleh majalah Tempo dengan judul Pesan Dagang dan Pesan Politik. Kurator seni rupa ini meresensi buku Melipat Air: Jurus Budaya Pendekar Tionghoa karya Agus Darmawan T. Buku tersebut berisi tentang tiga seniman Tionghoa dan kisah geger politik 1965.

Analisis terhadap isi resensi “Pesan Dagang dan Pesan Politik”

Oleh Ummi Anisa (2125142201)

Ketika akan memutuskan untuk membeli atau membaca sebuah buku, umumnya masyarakat akan cenderung mencari referensi atau bahan bacaan mengenai seluk-beluk buku tersebut. Menimang apakah akan semakin tertarik atau malah mengurungkan niat untuk membeli atau membaca buku tersebut. Salah satu referensi tersebut dapat berupa sebuah resensi.

MENGOMENTARI RESENSI YANG BERJUDUL “PESAN DAGANG DAN PESAN POLITIK”



Oleh Muhammas Putera Sukindar
Sejujurnya, saya sendiri masih bingung menilai baik atau buruknya sebuah resensi. Sebab menurut saya semua resensi itu baik asalnya bersifat objektif. Terlepas dari teori, dan formula pakar-pakar tertentu.
Di sini saya akan mengomentari resensi yang berjudul PESAN DAGANG DAN PESAN POLITIK Oleh Hendro Wiyanto yang indikator kesesuaiannya merujuk pada buku Komposisi karya Gorys Keraf. Pada halaman 274, bagian dasar resensi, diberi dua penekanan untuk penulis resensi yang berbunyi bahwasannya peresensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, kemudian harus menyadari sepenuhnya apa maksud membuat resensi itu. Dan pada hal ini, Hendro Wiyanto melakukan hal tersebut dengan cukup baik.

Komentar Resensi “Pesan Dagang dan Pesan Politik” Karya Hendro Wiyanto




 Oleh Claudia Putri

            Resensi yang berjudul “Pesan Dagang dan Pesan Politik” yang tuliskan oleh Hendro Wiyanto,  dalam kalimat pembukanya menjelaskan latar belakang dengan memperkenalkan Lee Man Fong, Lim Wasim, dan Siauk Tik Kwie. Penulis resensi menjelaskan bagaimana pekerjaan, pendidikan, hingga pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui oleh tiga seniman asal Tionghoa secara singkat.  Untuk deskripsi buku, penulis resensi menyampaikan identitas dimulai dari judul, penulis, penerbit, edisi, dan tebal buku, tetapi tidak mencantumkan harga buku. Sebaiknya penulis resensi ikut mencantumkan harga buku karena akan menjadi salah satu bahan pertimbangan pembaca. Dalam resensi ini, penulis resensi hanya memperkenalkan pengarang berdasarkan namanya saja, tidak menyertakan apa saja buku yang pernah ditulis oleh pengarang, ketenaran pengarang, dan apa yang menjadi alasan pengarang membuat buku berjudul “Melipat Air: Jurus Budaya Pendekar Tionghoa”.

Tanggapan mengenai resensi “Pesan Dagang dan Pesan Politik”



Oleh Ria Tri Rahayu

            Dewasa ini sudah semakin banyak orang-orang yang membeli sebuah buku tanpa tahu isi buku tersebut, semakin banyak orang-orang tergiur membeli buku hanya karena buku tersebut sedang menjadi tren dimasyarakat dan banyak diperbincangkan. Maka dibutuhkan peresensi buku yang jujur, yang mampu memberikan informasi tanpa melebih-lebihkan kekuranngan atau kelebihan dari sebuah buku itu sendiri. Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya. Dalam sebuah resensi terdapat kekurangan, kelebihan dan beberapa informasi yang didapat dari buku yang diresensi.

Komentar Resensi Pesan Dagang dan Pesan Politik



Oleh Muhammad Bismo


Resensi yang ditulis oleh Hendro Wiyanto ini belum memiliki unsur-unsur yang lengkap seperti pada teori milik Gorys Keraf. Unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah resensi menurut Gorys Keraf yaitu Latar belakang, Macam atau jenis buku, keunggulan buku, dan Nilai buku. Yang pertama yaitu tema, tema yang merupakan bagian dari latar belakang tidak dijelaskan dalam resensi ini. Tujuan dari pengarang yang juga merupakan bagian dari latar belakang juga tidak dituliskan oleh si peresensi dalam resensi ini. Jenis buku ini juga tidak dijelaskan dalam resensi ini, sehingga kita perlu mencari tahu sendiri jenis buku ini melalui isi sinopsis dari buku ini. Berikutnya ada keunggulan buku, bagian dari keunggulan buku ini yang dibahas hanya bagian isinya saja dan juga hanya sedikit saja. Sayang sekali peresensi tidak membahas lebih banyak keunggulan buku, padahal keunggulan buku dapat menarik minat dari pembaca. Yang terakhir adalah Nilai buku, nilai pada buku ini juga tidak dicantumkan oleh peresensi.

Analisis Resensi Buku Melipat Air karya Agus T Darmawan Dalam Majalah Tempo





Oleh Muhamad Rifqi

Resensi  yang dimuat dalam majalah Tempo ini secara umum sudah baik dalam resensinya peresensi menampilkan kutipan isi serta letak halaman. Lalu, latar belakang tokoh-tokoh 3 seniman yang ada didalam buku dijelaskan secara singkat  misalnya, Lee Man fong yang tidak lulus Sekolah dasar tapi karena bakat melukisnya, ia menghasilkan iklan dan majalah sebelum hijrah ke indonesia dan setelah hijrah di indonesia beliau bekerja sebagai perancang di perusahaan  benar aterkemuka di Kolff & Co.  Dan juga di jelaskan juga latar belakang sejarahnya juga di jelaskan dengan baik secara ringkas  mengambarkan  kondisi orang tionghoa pada saat peristiwa G-30 S PKI 1965 . kekurangannya secara lugas digambarkan seperti makna narasi “Pesan Dagang dan Pesan Politik yang tidak secara rinci di jelaskan. meskipun begitu, peresensi tampaknya lebih tertarik membahas isi yang ada dalam bukunya tanpa memperhatikan hal lain yang ada dalam buku misal cover bukunya, jenis kertasnya, lalu bagaimana ejaan tulisan yang ada dalam bukunya sudah benar atau belum.
Tapi secara kesuluruhan pembahasan isi cukup baik tapi kurang memperhatikan hal-hal kecil di luar isi buku.


Mengulas Resensi yang berjudul “Pesan Dagang dan Pesan Politik”



Oleh Febri Irdian

Resensi yang baik tentunya harus memiliki beberapa aspek yang mendukung nya,seperti hal nya dengan teori resensi menurut gorys kraf yang mana harus memiliki 4 aspek sehingga dapat dikatan sebagai sebuah resensi  yang baik.
                Jika kita melihat resensi yang berjudul “pesan dagang dan pesan politik” dari majalah Tempo maka ada beberapa hal yang bisa di lihat sesuai dengan teori gorys kraf namun ada beberapa juga yang tidak sesuai dengan teori resensi.

Kritik dalam Resensi Pesan Dagang dan Pesan Politik




Oleh Ibnu Hafizh Baihaqi           

           Didalam resensi buku Melipat Air : JUrus Budaya Pendekar Tionghoa ini, yang mana buku tersebut ditulis oleh Agus Dermawan T, didominasi oleh synopsis buku tersebut. dari paragraph awal, isi dalam resensi tersebut selalu menyebutkan kutipan-kutipan dalam buku tersebut dimana menurut Gorys Keraf, banyak hal yang harus diperhatikan dalam membuat resensi seperti jenis kertas, penggunaan bahasa dll yang tidak dimasukan dalam resensi tersebut. dalam resensi tersbut juga disebutkan tema dari buku tersebut, juga latar belakang buku tersebut. Menurut Gorys Keraf, selain hal-hal diatas, kelemahan dan keunggulan buku juga penting dalam sebuah resensi, karna hal tersebutlah yang banyak menentukan minat pembaca untuk membaca buku yang di resensi tersebut. namun, dalam resensi ini, kelebihannya hanya disebutkan secara tersirat, sehingga membuat pembaca resensi bingung mengenai keunggulan apa yang terdapat dalam buku tersebut sehingga dapat membuat pembaca tertarik untuk membelinya? Juga kelemahan yang disebutkan hanya sepintas. Dalam hal ini, penulis resensi menunjukan bahwa buku ini hampir tidak ada kelemahannya sehingga membuat buku trersebut memiliki nilai tambah. Akan tetapi, karna keseluruhan resensi tersebut hanya membahas isi dalam buku, membuat saya kurang tertarik untuk membaca, apalagi membeli buku tersebut.